Mengantre Gabung BRICS, Upaya Negara-negara Afrika Melarikan Diri dari Pengaruh Barat?
loading...
A
A
A
"Dewan direksi lembaga multilateral Anda tidak terdiri dari direktur independen. Mereka sebagian besar adalah orang-orang internal atau pemegang saham. Itu sendiri merupakan reformasi penting," katanya tentang Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia.
Ada seruan serupa dari para pemimpin Afrika lainnya seperti William Ruto dari Kenya dan Presiden Kongo-Brazzaville Denis Sassou Nguesso. Masalah mata uang BRICS dan penerimaan anggota baru ke blok tersebut akan menjadi agenda utama ketika Afrika Selatan menjadi tuan rumah KTT BRICS ke-15 bulan depan.
Sementara itu XN Iraki, seorang profesor ekonomi di Universitas Nairobi, mengatakan, banyak negara melihat BRICS sebagai kesempatan untuk melarikan diri dari dominasi Barat, baik secara ekonomi maupun politik. Dia mengatakan, China dan India adalah kekuatan yang muncul dan melihat Afrika sebagai taman bermain baru mereka.
"Mereka mungkin akan bersaing satu sama lain untuk 'mengesankan' Afrika dengan beberapa hal seperti bantuan, pinjaman lunak atau perdagangan," katanya.
"Anggota baru akan menjadi masalah karena loyalitas dan harapan mereka," bebernya.
Sementara senior di program Afrika Pusat Studi Strategis dan Internasional, Cameron Hudson mengatakan, BRICS menawarkan negara-negara Afrika, jalan yang mungkin untuk menciptakan pengaruh internasional dengan bergabung bersama negara-negara Global South lainnya yang berbagi banyak tantangan dan perspektif sama.
Hudson mengatakan, jelas ada minat di antara negara-negara Afrika untuk melihat dunia yang lebih multipolar muncul. Dimana memberi mereka kesempatan lebih besar untuk membentuk isu-isu yang mempengaruhi, dari perubahan iklim hingga pembiayaan pembangunan hingga politik global.
Banyak yang melihat BRICS sebagai cara lain untuk membantu memajukan kepentingan tersebut, katanya, selain upaya untuk mereformasi instrumen kekuatan global yang ada di G20, PBB, IMF dan Bank Dunia.
Ada seruan serupa dari para pemimpin Afrika lainnya seperti William Ruto dari Kenya dan Presiden Kongo-Brazzaville Denis Sassou Nguesso. Masalah mata uang BRICS dan penerimaan anggota baru ke blok tersebut akan menjadi agenda utama ketika Afrika Selatan menjadi tuan rumah KTT BRICS ke-15 bulan depan.
Sementara itu XN Iraki, seorang profesor ekonomi di Universitas Nairobi, mengatakan, banyak negara melihat BRICS sebagai kesempatan untuk melarikan diri dari dominasi Barat, baik secara ekonomi maupun politik. Dia mengatakan, China dan India adalah kekuatan yang muncul dan melihat Afrika sebagai taman bermain baru mereka.
"Mereka mungkin akan bersaing satu sama lain untuk 'mengesankan' Afrika dengan beberapa hal seperti bantuan, pinjaman lunak atau perdagangan," katanya.
"Anggota baru akan menjadi masalah karena loyalitas dan harapan mereka," bebernya.
Sementara senior di program Afrika Pusat Studi Strategis dan Internasional, Cameron Hudson mengatakan, BRICS menawarkan negara-negara Afrika, jalan yang mungkin untuk menciptakan pengaruh internasional dengan bergabung bersama negara-negara Global South lainnya yang berbagi banyak tantangan dan perspektif sama.
Hudson mengatakan, jelas ada minat di antara negara-negara Afrika untuk melihat dunia yang lebih multipolar muncul. Dimana memberi mereka kesempatan lebih besar untuk membentuk isu-isu yang mempengaruhi, dari perubahan iklim hingga pembiayaan pembangunan hingga politik global.
Banyak yang melihat BRICS sebagai cara lain untuk membantu memajukan kepentingan tersebut, katanya, selain upaya untuk mereformasi instrumen kekuatan global yang ada di G20, PBB, IMF dan Bank Dunia.
(akr)