Mengantre Gabung BRICS, Upaya Negara-negara Afrika Melarikan Diri dari Pengaruh Barat?

Rabu, 19 Juli 2023 - 12:16 WIB
loading...
Mengantre Gabung BRICS,...
Jelang KTT BRICS yang akan berlangsung bulan depan, banyak negara-negara di Afrika bakal menggunakan kesempatan itu untuk mendapatkan pengaruh dan dukungan yang lebih besar. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Jelang KTT BRICS yang akan berlangsung bulan depan, banyak negara-negara di Afrika bakal menggunakan kesempatan itu untuk mendapatkan pengaruh dan dukunganyang lebih besar. Banyak negara Afrika mengaku berminat gabung BRICS, termasuk Mesir, Ethiopia, Zimbabwe, Aljazair, Nigeria, Sudan dan Tunisia.

Dibentuk pada tahun 2009 yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan, kehadiran BRICS sudah menjadi kekuatan yang diperhitungkan.

Sejumlah ekonomi di Amerika Latin, Timur Tengah dan Eropa Timur juga tertarik untuk menjadi anggota, termasuk Arab Saudi, Belarus, Iran, Meksiko, Suriah, Turki dan Venezuela. Tahun lalu, Argentina juga mengatakan, telah menerima dukungan resmi China dalam upayanya bergabung dengan BRICS.



Blok ini telah menjadi semakin menarik sebagai tahap baru untuk diplomasi dan pembiayaan pembangunan. Menurut pengamat, banyak negara, terutama di Afrika melihatnya sebagai organisasi yang dapat menantang struktur pemerintahan global yang dipimpin AS (Amerika Serikat) dan Eropa yang mendominasi.

Anggota BRICS tercatat menyumbang lebih dari 40% populasi dunia dan sekitar seperempat dari produk domestik bruto (PDB) global. Hal ini dipandang jadi kekuatan tersendiri di tengah dominasi Barat terhadap sistem keuangan.

Ini disorot selama pertukaran di KTT untuk Pakta Keuangan Global Baru, yang diadakan di Paris pada bulan Juni, di mana para pemimpin dari Global South menyuarakan keprihatinan mereka.

"Beberapa orang takut ketika saya mengatakan bahwa kita perlu menciptakan mata uang baru untuk perdagangan ... Jadi ini adalah diskusi yang ada dalam agenda. Jika terserah saya, itu akan terjadi pada pertemuan BRICS ... kita perlu mendapatkan lebih banyak rekan Afrika untuk berpartisipasi," ucap Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva seperti dilansir South China Morning Post.

Terkait hal itu, Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa menjawab: "Presiden Lula, jangan khawatir, ketika kita mengadakan pertemuan BRICS (pada bulan Agustus), masalah mata uang menjadi agenda utama. Jadi, kita akan membahasnya."

Ramaphosa juga menambahkan, konsensus yang solid diperlukan pada reformasi arsitektur keuangan global.

"Dewan direksi lembaga multilateral Anda tidak terdiri dari direktur independen. Mereka sebagian besar adalah orang-orang internal atau pemegang saham. Itu sendiri merupakan reformasi penting," katanya tentang Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia.

Ada seruan serupa dari para pemimpin Afrika lainnya seperti William Ruto dari Kenya dan Presiden Kongo-Brazzaville Denis Sassou Nguesso. Masalah mata uang BRICS dan penerimaan anggota baru ke blok tersebut akan menjadi agenda utama ketika Afrika Selatan menjadi tuan rumah KTT BRICS ke-15 bulan depan.

Sementara itu XN Iraki, seorang profesor ekonomi di Universitas Nairobi, mengatakan, banyak negara melihat BRICS sebagai kesempatan untuk melarikan diri dari dominasi Barat, baik secara ekonomi maupun politik. Dia mengatakan, China dan India adalah kekuatan yang muncul dan melihat Afrika sebagai taman bermain baru mereka.

"Mereka mungkin akan bersaing satu sama lain untuk 'mengesankan' Afrika dengan beberapa hal seperti bantuan, pinjaman lunak atau perdagangan," katanya.

"Anggota baru akan menjadi masalah karena loyalitas dan harapan mereka," bebernya.

Sementara senior di program Afrika Pusat Studi Strategis dan Internasional, Cameron Hudson mengatakan, BRICS menawarkan negara-negara Afrika, jalan yang mungkin untuk menciptakan pengaruh internasional dengan bergabung bersama negara-negara Global South lainnya yang berbagi banyak tantangan dan perspektif sama.

Hudson mengatakan, jelas ada minat di antara negara-negara Afrika untuk melihat dunia yang lebih multipolar muncul. Dimana memberi mereka kesempatan lebih besar untuk membentuk isu-isu yang mempengaruhi, dari perubahan iklim hingga pembiayaan pembangunan hingga politik global.

Banyak yang melihat BRICS sebagai cara lain untuk membantu memajukan kepentingan tersebut, katanya, selain upaya untuk mereformasi instrumen kekuatan global yang ada di G20, PBB, IMF dan Bank Dunia.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1365 seconds (0.1#10.140)