5 Proyek Infrastruktur di Afrika yang Menggunakan Utang China, Nomor 3 Sempat Diisukan Bakal Disita
loading...
A
A
A
Dana untuk tahap pertama proyek (lot 1 dan 3) diberikan tahun 2007 senilai USD840 juta selama empat tahun oleh pemerintahan Presiden Obasanjo. Dari total angkanya, sekitar 60% di antaranya didanai Exim Bank of China di bawah perjanjian Preferential Buyer’s Credit (PBC).
Pada tahap 1 itu, China Civil Engineering Construction Company (CCECC) adalah kontraktor yang bertanggung jawab. Lebih lanjut, PBC memiliki jatuh tempo 20 tahun dengan masa tenggang 7 tahun, serta tingkat bunga 2,5%. Adapun tanggal jatuh tempo terakhir pinjaman ini adalah sekitar 21 September 2032.
Pada tahun 2014, pemerintah Zambia menandatangani perjanjian dengan China untuk proyek perluasan bandara Kenneth Kaunda. Mengutip AidData, China Exim Bank bersama negara Afrika itu menyepakati nilai kerja sama mencapai USD360 juta.
Pinjaman China itu memiliki beberapa syarat. Di antaranya seperti jatuh tempo 20 tahun, masa tenggang 7 tahun, suku bunga 2%, biaya komitmen 0,25%, hingga biaya manajemen 0,25%. Pada tahun 2018, sekitar USD250 juta dari total jumlah pinjaman USD360 juta telah dicairkan.
Pembangunan Kenneth Kaunda International Airport selesai dan diadakan acara pembukaan pada Agustus 2021. Beberapa waktu sebelumnya, sempat muncul kabar bahwa China akan mengambil alih bandara itu apabila Zambia tidak bisa membayar utangnya.
Namun, pemerintah Zambia telah membantah klaim yang menyebut pihaknya akan menyerahkan Bandara Internasional Kenneth Kaunda ke China karena gagal memenuhi pembayaran utangnya dan mengatakan laporan tersebut tidak benar.
Pada 2015 lalu, Presiden China Xi Jinping melakukan kunjungan ke Zimbabwe untuk menyaksikan penandatangan sejumlah perjanjian ekonomi. Dari sekian banyak, salah satunya terkait perluasan pembangkit listrik tenaga panas terbesar di negara Afrika itu.
Mengutip Reuters, China Exim Bank menandatangani perjanjian untuk memberikan suntikan dana lebih dari USD1 miliar pada proyek perluasan 600 megawatt Hwange Thermal Power Station. Proyek ini juga akan digarap oleh China melalui Sinohydro Corp.
Sebelumnya, Sinohydro Corp memenangkan proyek USD1,5 miliar untuk menambah dua unit generasi di Hwange di Zimbabwe barat pada Oktober 2014. Proyek ini merupakan langkah ambisius untuk mengatasi kekurangan listrik yang melumpuhkan negara itu.
Pada 2009, China Exim Bank dan Pemerintah Mauritania menandatangani pinjaman lunak senilai RMB 2 miliar untuk mengerjakan tahap 1 proyek perluasan pelabuhan otonomi Nouakchott.
Menurut laporan AidData, utang China itu memiliki beberapa persyaratan. Di antaranya jatuh tempo 20 tahun, tingkat bunga 2%, dan masa tenggang 5 tahun.
Proyek perluasan fase 1 itu melibatkan perluasan dermaga no. 4 dan dermaga no. 5 di Pelabuhan Otonomi Nouakchott. Kemudian, ada juga pembangunan tanggul pengaman sepanjang 5 kilometer untuk melindungi pelabuhan dan kota Nouakchott.
Itulah sejumlah proyek infrastruktur di Afrika yang menggunakan utang China. Sejatinya masih sangat banyak proyek lain yang turut mendapat suntikan dana dari Beijing, hanya saja belum bisa disebutkan satu per satu.
Pada tahap 1 itu, China Civil Engineering Construction Company (CCECC) adalah kontraktor yang bertanggung jawab. Lebih lanjut, PBC memiliki jatuh tempo 20 tahun dengan masa tenggang 7 tahun, serta tingkat bunga 2,5%. Adapun tanggal jatuh tempo terakhir pinjaman ini adalah sekitar 21 September 2032.
3. Kenneth Kaunda International Airport (Zambia)
Pada tahun 2014, pemerintah Zambia menandatangani perjanjian dengan China untuk proyek perluasan bandara Kenneth Kaunda. Mengutip AidData, China Exim Bank bersama negara Afrika itu menyepakati nilai kerja sama mencapai USD360 juta.
Pinjaman China itu memiliki beberapa syarat. Di antaranya seperti jatuh tempo 20 tahun, masa tenggang 7 tahun, suku bunga 2%, biaya komitmen 0,25%, hingga biaya manajemen 0,25%. Pada tahun 2018, sekitar USD250 juta dari total jumlah pinjaman USD360 juta telah dicairkan.
Pembangunan Kenneth Kaunda International Airport selesai dan diadakan acara pembukaan pada Agustus 2021. Beberapa waktu sebelumnya, sempat muncul kabar bahwa China akan mengambil alih bandara itu apabila Zambia tidak bisa membayar utangnya.
Namun, pemerintah Zambia telah membantah klaim yang menyebut pihaknya akan menyerahkan Bandara Internasional Kenneth Kaunda ke China karena gagal memenuhi pembayaran utangnya dan mengatakan laporan tersebut tidak benar.
4. Hwange Thermal Power Station (Zimbabwe)
Pada 2015 lalu, Presiden China Xi Jinping melakukan kunjungan ke Zimbabwe untuk menyaksikan penandatangan sejumlah perjanjian ekonomi. Dari sekian banyak, salah satunya terkait perluasan pembangkit listrik tenaga panas terbesar di negara Afrika itu.
Mengutip Reuters, China Exim Bank menandatangani perjanjian untuk memberikan suntikan dana lebih dari USD1 miliar pada proyek perluasan 600 megawatt Hwange Thermal Power Station. Proyek ini juga akan digarap oleh China melalui Sinohydro Corp.
Sebelumnya, Sinohydro Corp memenangkan proyek USD1,5 miliar untuk menambah dua unit generasi di Hwange di Zimbabwe barat pada Oktober 2014. Proyek ini merupakan langkah ambisius untuk mengatasi kekurangan listrik yang melumpuhkan negara itu.
5. Pelabuhan Nouakchott (Mauritania)
Pada 2009, China Exim Bank dan Pemerintah Mauritania menandatangani pinjaman lunak senilai RMB 2 miliar untuk mengerjakan tahap 1 proyek perluasan pelabuhan otonomi Nouakchott.
Menurut laporan AidData, utang China itu memiliki beberapa persyaratan. Di antaranya jatuh tempo 20 tahun, tingkat bunga 2%, dan masa tenggang 5 tahun.
Proyek perluasan fase 1 itu melibatkan perluasan dermaga no. 4 dan dermaga no. 5 di Pelabuhan Otonomi Nouakchott. Kemudian, ada juga pembangunan tanggul pengaman sepanjang 5 kilometer untuk melindungi pelabuhan dan kota Nouakchott.
Itulah sejumlah proyek infrastruktur di Afrika yang menggunakan utang China. Sejatinya masih sangat banyak proyek lain yang turut mendapat suntikan dana dari Beijing, hanya saja belum bisa disebutkan satu per satu.