Tanpa Garuda Indonesia Merger Maskapai BUMN Terus Jalan, Ini Alasannya!

Minggu, 03 September 2023 - 15:15 WIB
loading...
Tanpa Garuda Indonesia Merger Maskapai BUMN Terus Jalan, Ini Alasannya!
Garuda Indonesia batal dimerger dengan maskapai lain. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Garuda Indonesia batal masuk dalam rencana merger maskapai badan usaha milik negara (BUMN) seperti yang diungkap Menteri BUMN Erick Thohir . Awalnya Erick berencana melebur Garuda Indonesia bersama dua maskapai pelat merah lainnya, yaitu Citilink dan Pelita Air Service.



Namun rencana itu berubah dengan mengeluarkan Garuda dalam penggabungan maskapai BUMN. Alasannya, Garuda akan dibiarkan menjadi maskapai tersendiri, sedangkan Citilink dan Pelita Air Service akan tetap dimerger.

"Garuda tetap di premium, lalu Citilink sama Pelita merger, tapi kita lihat pembukuannya seperti apa. Kalau bisa tahun ini, ya tahun ini, kalau tidak awal tahun depan," ujar Erick saat ditemui di kawasan DPR RI, Kamis (31/8/2023).

Meski tanpa Garuda, meger maskapai BUMN tetap akan dilakukan. Erick mengungkap beberapa alasan perlunya merger maskapai BUMN. Pertama, menurunkan biaya logistik di Indonesia sehingga semakin meringankan dunia bisnis.

Dengan merger yang bisa menambah jumlah pesawat sehingga menekan biaya logistik. Penekanan biaya logistik itu merupakan upaya yang terus dilakukan oleh BUMN yang sebelumnya dilakukan dengan menggabungkan Pelindo.

”BUMN terus menekan biaya logistik. Sebelumnya biaya logistik mencapai 23%, sekarang jadi 11%. Upaya merger untuk menekan cost,’’ beber Erick.

Selain bisa menekan biaya logistik, merger maskapai juga bisa menekan harga tiket. Ini yang jadi alasan selanjutnya.

Dengan merger, Erick berharap akan membantu menurunkan harga tiket. Pasalnya, jika jumlah pesawat bertambah, kompetisi antar-maskapai semakin meningkat sehingga akan membentuk keseimbangan harga baru.

"Kalau jumlah pesawatnya nambah, kompetisi terbuka, tiket menurun. Kita hanya bisa kontrol 35%, 65% swasta,” jelas Erick.

Alasan ketiga adalah menjaga efektivitas penerbangan. Erick menjelaskan, saat ini industri pesawat terbang Indonesia 65% dikuasai oleh pihak swasta. Sementara pemerintah hanya memiliki porsi 35% saja.

"(Dengan merger) Efektivitas penerbangan yang ada di Indonesia bisa kita terus jaga," ujar Erick

Jika skema awal dengan melibatkan Garuda, maka hasil merger maskapai BUMN akan memiliki setidaknya 140 pesawat. Setelah Garuda keluar, memang jumlah pesawat maskapai hasil merger akan berkurang, tetapi akan lebih banyak jika Citilink dan Pelita Air berdiri sendiri-sendiri.

PT Pelita Air Service (PAS) saat ini memiliki tujuh armada pesawat. Hingga akhir tahun 2023, Pelita Air menargetkan akan menambah jumlah pesawat hingga menjadi 18 unit.

Sementara, Citilink memiliki 50 unit armada yang terdiri dari A320 sebanyak 43 unit serta ATR72 sebanyak 7 unit sehingga total ada 44 unit. Jumlah maskapai tersebut untuk melayani 41 destinasi domestik dan 4 destinasi internasional.



Erick Thohir berharap target merger maskapai BUMN bisa selesai tahun ini. Tapi jika tak terlaksana, dia ingin proses ini rampung awal 2024.

(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1547 seconds (0.1#10.140)