Waspada Pembajakan Akun Medsos Kian Marak Sejak Pandemi, Influencer Jadi Sasaran Empuk

Sabtu, 01 Agustus 2020 - 15:54 WIB
loading...
Waspada Pembajakan Akun...
Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Kondisi pandemi membuat motivasi penjahat untuk melakukan pembajakan akun email atau media sosial (medsos) semakin tinggi pula. Ini sebagai dampak kegiatan usaha rumahan yang mengandalkan medsos semakin marak.

Bahkan tren terkini sang pembajak semakin lihai menirukan gaya komunikasi layaknya admin sehingga membuat orang mudah percaya. Tidak sedikit korban yang hanya bisa mengadu di medsos sambil mewanti-wanti orang lain agar tidak ikut terjebak. (Baca juga: Meski Pandemi, Hewan Kurban Malah Semakin Ramai di Cisauk )

Senior Manager Information Security Blibli.com Ricky Setiadi menjelaskan, saat ini praktik e-commerce terbagi dua yaitu social commerce dan e-tailing. Social commerce artinya melakukan jual beli memanfaatkan medsos untuk bertransaksi.

"Saat ini memang lagi ramai orang menggunakan medsos sebagai lahan berjualan. Karena belum ada aturan main ketat dari penyedia platform. Keunggulannya mudah dalam bertransaksi, berinteraksi, untuk pemasaran, dan lainnya," ujar Ricky di Jakarta, Sabtu (1/8/2020).

Namun demikian, menurutnya ada banyak masalah yang ditimbulkan dari transaksi online yang menggunakan medsos. Dia merujuk data dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) untuk profil transaksi di Indonesia. Datanya menunjukan statistik di sisi pelanggan tentang keluhan bertransaksi di ecommerce. (Baca juga: Ketika Alvaro Morata dan Istri Kompak Ucapkan Ultah buat Anak Kembarnya di Medsos )

Adapun beberapa keluhan yang kerap disuarakan oleh pelanggan yang disurvei antara lain 28,2% yang menyatakan pelanggan tidak menerima barang yang dipesan atau tidak terkirim.

Kemudian, sebanyak 15,3% barang pesanan tidak sesuai dan 15,3% menyatakan bermasalah dengan sistem refund. Selain itu, 12,8% bermasalah dengan sistem platform dalam bertransaksi, lalu 12,8% terjadi penipuan dalam transaksi, serta 7,6% bermasalah dengan perihal lainnya. "Juga terdapat 2,5% yang melaporkan pembajakan account, mereka" ujarnya.

Jika melihat data dari para penjual atau seller, persentase keluhan tersebut boleh jadi datang dari beberapa seller social commerce yang akunnya dibajak.

Menurut dia, saat ini motivasi para pelaku kejahatan akan berujung kepada masalah keuangan. Seberapa besar mereka bisa mendapatkan uang dari hasil hacking-nya. "Ada banyak metode yang dilakukan oleh mereka sebelum melakukan memeras uang dari hasil bajakannya," ujarnya.

Bahkan bila dirinya memosisikan diri sebagai penjahat maka yang dipikirkan tentu saja menjalankan prinsip-prinsip ekonomi yaitu harus praktis atau efisien demi mendapatkan hasil yang maksimal.

Salah satu cara yang efektif tentu dengan melakukan pembajakan terhadap akun para influencer. Pasalnya, semakin banyak follower-nya maka semakin banyak seseorang memiliki potensial untuk meng-endorse sebuah produk. Semakin banyak endorsement, semakin banyak penghasilan yang didapatkan. (Baca juga: Tak Ada Habisnya Dengan Influencer )

Berawal dari hijack account-nya, si pelaku akan mencoba untuk melakukan hacking terhadap akun lainnya termasuk akun bidang keuangannya.

"Ini karena kebanyakan dari kita akan menggunakan pola yang hampir sama dalam mengamankan akun kita. Seperti menggunakan password yang sama untuk semua akun, atau kalaupun tidak sama akan menggunakan informasi-informasi pribadi lainnya yang mudah ditebak seperti tanggal, tahun, bulan lahir pasangan, anak, nomor rumah, dan lainnya," bebernya.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Siap-siap, OJK Bakal...
Siap-siap, OJK Bakal Atur Influencer Keuangan Wajib Tersertifikasi
Gandeng Para Influencer...
Gandeng Para Influencer BUMN, Pegadaian Peduli Gelar Aksi Sosial dan Hibur Anak Panti Asuhan
Kisah Inspiratif Rega...
Kisah Inspiratif Rega Satria Nugraha, dari Cleaning Service hingga Jadi Ahli SEO
BUMN Berperan Penting...
BUMN Berperan Penting selama Pandemi Covid-19 dan Era Pemulihan
OJK Larang Influencer...
OJK Larang Influencer Promosikan Aset Kripto di Media Sosial
Viral Influencer Saham...
Viral Influencer Saham Ahmad Rafif Gagal Kelola Dana Rp71 Miliar, BEI Buka Suara
China Jewer Keras Influencer...
China Jewer Keras Influencer yang Suka Pamer Harta di Medsos
BRI Ungkap Fakta tentang...
BRI Ungkap Fakta tentang Video Viral Uang Hilang Rp400 Juta
Fitur Sosial Media Ada...
Fitur Sosial Media Ada di Banyak E-Commerce, Apakah Melanggar?
Rekomendasi
Honda BeAT Diam-Diam...
Honda BeAT Diam-Diam Naik Kasta, Harga Tembus Rp20 Jutaan!
Prabowo Dapat Cenderamata...
Prabowo Dapat Cenderamata Album Foto dari Erdogan selama Kunjungan di Turki
Hymne Kopassus Ternyata...
Hymne Kopassus Ternyata Ciptaan Titiek Puspa, Liriknya Membakar Semangat Prajurit
Berita Terkini
2 Senjata Pamungkas...
2 Senjata Pamungkas China Lawan Amerika dalam Perang Dagang
46 menit yang lalu
Harga Emas Menggila,...
Harga Emas Menggila, Kini Tembus Rp1,9 Juta Per Gram
1 jam yang lalu
Kunjungi RI, Menteri...
Kunjungi RI, Menteri Industri dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi Siap Perkuat Kolaborasi
3 jam yang lalu
Gara-gara Perang Tarif,...
Gara-gara Perang Tarif, AS Disebut Jadi Kacau Mirip Negara Berkembang
4 jam yang lalu
Media Asing Sebut Orang...
Media Asing Sebut Orang Kaya Indonesia Mulai Pindahkan Kekayaan ke Luar Negeri
5 jam yang lalu
Fenomena IHSG Pasca-Lebaran:...
Fenomena IHSG Pasca-Lebaran: Penurunan Jadi Peluang untuk Rebound
14 jam yang lalu
Infografis
Berpotensi Jadi Pandemi...
Berpotensi Jadi Pandemi Baru, Nyamuk Wolbachia Harus Diwaspadai
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved