Quantum Leap Pelindo Pascamerger, Siap Songsong Indonesia Emas

Rabu, 20 September 2023 - 20:04 WIB
loading...
Quantum Leap Pelindo Pascamerger, Siap Songsong Indonesia Emas
Aktivitas bongkar muat di lapangan 217 Pelabuhan Tanjung Priok. Foto/Anton C
A A A
JAKARTA - Suara sirine dari crane di Area Terminal Support (ATS) Pelabuhan Tanjung Priokterdengar nyaring. Sirine selalu menyalak tatkala sedang beroperasi memindahkan kontainer. Crane produksi Mitsui itu terlihat cepat mencabut kontainer berukuran 40 TEUS dari truk pengangkut ke tumpukan kontainer di lapangan, tak lebih dari 10 detik kontainer sudah berpindah.

Suhu udara yang panas tak menyurutkan semangat para pekerja untuk melakukan bongkar muat kontainer. Sejumlah petugas keamanan dan karyawan dari shipping lines Meratus dan Temas tampak lalu lalang dan mencatat setiap truk yang keluar dan masuk kawasan. Kontainer Meratus diangkut menggunakan truk Hino berkepala Hijau, sedangkan Temas berkelir putih.

"Di lapangan 217 ini kapasitasnya hingga 2.000 kontainer dan beroperasi 24 jam," jelas Samsuri, Koordinator Lapangan ATS Pelabuhan Tanjung Priok kepada SINDOnews Senin (18/9/2023). Lokasi ATS lapangan 217 berada persis di Kantor Pelayanan Utama Bea Cukai Tanjung Priok. Pria yang sudah dua dekade bekerja di pelabuhan itu menegaskan, pengawasan dilakukan dalam tiga shift dengan jumlah personil delapan orang. "Selain di sini ATS masih ada lagi lapangan 219," imbuhnya.

Truk-truk pengangkut kontainer harus memberikan laporan saat hendak masuk maupun keluar kawasan. Di lapangan 217 terpasang empat unit alat bongkar muat jenis rubber tyred gantry cranes (RTGc) Lapangan 217 Tanjung Priok merupakan lapangan lini 2 pelabuhan yang menjadi back up area lini 1 terminal petikemas di Pelabuhan Tanjung Priok. Adanya alat canggih itu terbukti mempercepat arus bongkar muat petikemas. "Memang lebih cepat sekarang, truk pengangkut kontainer yang mengambil barang dari ATS kami berikan waktu 30 menit untuk berada di dalam kawasan. Mereka harus segera mengangkut barangnya keluar," ujarSamsuri.



Truk-truk yang berada di kawasan pelabuhan Tanjung Priok sudah dipantau menggunakan sistem tunggal identifikasi truk atau single truck identification data (Single TID/STID). Single TID merupakan sebuah sistem berbasis elektronik yang terintegrasi dengan asosiasi truk, cabang-cabang pelabuhan yang dikelola Pelindo, dan terminal-terminal yang ada di wilayah pelabuhan. Penerapan STID merupakan cara Pelindo memangkas port stay dan cargo stay, serta meningkatkan pelayanan dan kelancaran distribusi barang. Dengan penerapan teknologi itu, pelayanan menjadi lebih efektif dan efisien. "Jika hasil pantauan kami ada truk yang melebihi 30 menit, kami cari. Biasanya di sistem ada, mobil tidak ada. Kadang sopir sedang ngopi, segera kami minta untuk beraktivitas," tutur Samsuri.

Dengan adanya dukungan teknologi informasi itu, kini proses bongkar muat petikemas menjadi sangat lancar. Sama sekali tak terlihat antrean mengular, bahkan hingga diluar kawasan pelabuhan seperti yang terjadi beberapa tahun yang lalu. "Semua prosesnya sekarang mudah dan cepat," ungkap Syafruddin, petugas dari PT Mitra Sentosa Abadi (MSA), perusahaan bongkar muat yang tergabung dalam Meratus Grup, di lapangan 217 pelabuhan Tanjung Priok. Saban hari, ungkap Syafruddin, MSA melakukan bongkar muat sekitar 500 kontainer. Dia pun mengklaim layanan Pelindo di pelabuhan Tanjung Priok kian hari kian mengesankan. "Semakin bagus (pelayanan)," katanya. Dengan handy talkie (HT) di genggamannya, pria berkumis itu sibuk mengarahkan sopir-sopir truk untuk mendekat ke crane.

Selama hampir dua tahun pascapenggabungan (merger), Pelindo telah melakukan lompatan besar atau quantum leap. Tak sekadar untuk memoles kinerja saja, lebih dari itu, Pelindo mengusung misi besar, menekan biaya logistik dalam rangka pemerataan ekonomi di seluruh Nusantara.

Pelindo terus berkomitmen dalam melakukan transformasi menyeluruh, baik dari sisi transformasi layanan operasional dan transformasi korporasi. Dari sisi transformasi layanan operasional, Pelindo melalui Subholding PT Pelindo Terminal Petikemas, hingga tahun 2023 ini, telah menyelesaikan proses transformasi di 11 terminal yakni TPK Sorong, TPK Nilam, Tanjung Priok 1 Zona 3, TPK Jayapura, TPK Tarakan, TPK Pantoloan, TPK Kupang. Selanjutnya, TPK Ambon, TPK Belawan, TPK New Makassar, TPK Perawang. Sedangkan terminal peti kemas yang saat ini masih proses transformasi TPK Bitung dan TPK Semarang.

"Adapun transformasi yang telah dilakukan dan telah mendatangkan benefit bagi pelanggan yakni dari sisi penurunan port stay pelabuhan," ungkapGroup Head Sekretariat Perusahaan Pelindo Ali Mulyono.

Selain itu, Pelindo juga berfokus pada pengembangan beberapa pelabuhan yang menjadi proyek strategis nasional yang harapannya dapat menstimulasi pertumbuhan industri dan mendorong konektivitas nasional. Di antaranya, pengembangan Pelabuhan Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yang dapat menstimulasi pertumbuhan industri pariwisata dan mendukung proses regasifikasi. Kemudian pengembangan Kawasan Ekosistem Pelabuhan Area Tanjung Priok yang terintegrasi dengan akses jalan New Priok Eastern Access (NPEA) dan terkoneksi dengan Jalan Tol Cibitung Cilincing. Juga pengembangan Pelabuhan Makassar New Port yang dapat mendukung pertumbuhan kargo di Kawasan Timur Indonesia.

Pelindo tidak hanya melakukan pengembangan dari sisi infrastruktur dan suprastruktur, melainkan juga dari sisi pengembangan industri yang menjadi fokus perusahaan. Misalnya, pengembangan pelabuhan Kijing yang terintegrasi dengan Kawasan Industri Pendukung, merupakan upaya untuk mendorong pertumbuhan industri area Kalimantan, sekaligus juga sebagai gerbang utama arus barang di Kalimantan Barat dan pintu ekspor terhadap komoditas alam di Kalimantan.

Dari area Timur Indonesia, Pelindo juga mendorong adanya hub di Pelabuhan Sorong yang akan menjadi konsolidator kargo pelabuhan di area Papua serta mendorong terciptanya keseimbangan kargo dari Barat ke Timur dan Timur ke Barat. Di luar itu, upaya untuk mengembangkan konektivitas dengan global, diwujudkan melalui kerjasama Pelindo dengan Konsorsium INA dan DP World yang akan mengembangkan Belawan New Container Terminal (BNCT).

"Saat ini telah didirikan perusahaan patungan (JV) antara PT Prima Terminal Petikemas (Pelindo Group) dengan Konsorsium INA dan DP World, Perusahaan patungan tersebut yang nantinya akan mengembangkan dan mengoperasikan BNCT di Medan," ujar Ali.

Pada saat ini, jelas dia, sedang dilakukan pekerjaan fisik melalui pengerukan kolam, remedial works atau perbaikan fasilitas dan inspeksi peralatan alat bongkar muat. Secara simultan proses terkait administrasi kerjasama konstruksi dan operasi sedang dalam tahap finalisasi.Targetnya, bisa diselesaikan di bulan Desember tahun ini.

Dalam hal kerja sama di Belawan ini, selain berkolaborasi dengan DP World, Pelindo juga berkolaborasi dengan INA (Indonesia Investment Authority) yang merupakan lembaga pemerintah dalam hal investasi, baik domestik maupun internasional. INA dan DPworld telah mendirikan perusahaan konsorsium yang bekerjasama langsung dengan Pelindo Group. Selain di Belawan-Medan, Pelindo juga akan berkolaborasi dengan mitra internasional dan domestik untuk membangun dan mengoperasikan terminal lainnya di wilayah kerja Pelindo. Beberapa pernyataan minat sudah ada dan untuk langkah kongkritnya akan melalui proses yang kompetitif dan transparan.

Pelindo menyadari, pelabuhan memiliki peran strategis dalam rantai pasok logistik khususnya melalui efisiensi port stay dan cargo stay. Peningkatan performa pelabuhan akan berkontribusi pada penurunan port stay suatu barang di pelabuhan sehingga dapat memberikan efisiensi biaya operasional bagi pelanggan, dalam hal ini shipping line, dan pada akhirnya menciptakan SLA (Service Level Agreement) yang lebih baik.

Penurunan port stay dan cargo stay akan memberikan kontribusi pada penurunan biaya logistik dari aspek pelabuhan. "Kami senantiasa melakukan perbaikan dan transformasi pelayanan operasional melalui standardisasi pada layanan. Melalui inisiatif ini, kami telah berhasil menurunkan port stay dan cargo stay," jelas Ali.

Sebagai gambaran, standardisasi layanan operasional peti kemas pada Pelabuhan Sorong, telah berhasil meningkatkan produktivitas peralatan dari 10 Box/Ship/Hour menjadi rata-rata 24 Box/Ship/Hour sehingga menurunkan port stay dan cargo stay dari 72 jam atau 3 hari menjadi rata-rata 24 jam atau 1 hari. Selain standarisasi, Pelindo juga melakukan digitalisasi layanan operasional untuk beberapa layanan melalui implementasi sistem layanan operasional yaitu melalui implementasi Sistem Layanan Peti Kemas (Palapa), Sistem Layanan Non Peti Kemas (PTOS-M), dan Sistem Layanan Kapal (Phinnisi).

Selain itu, Pelindo juga mendorong terjadinya efisiensi jaringan logistik di mana saat ini terdapat tantangan yakni adanya ketidakseimbangan perekonomian yang menyebabkan disparitas kargo dan inefisiensi jaringan pelayaran. Untuk mengatasi tantangan ini, Pelindo mendorong terjadinya efisiensi rute dengan optimalisasi jaringan Hub and Spoke melalui konsolidasi kargo di pelabuhan utama/hub sehingga mendukung penciptaan aktivitas ekonomi secara merata di Indonesia. Efisiensi rute yang dilakukan akan meningkatkan skalabilitas muatan serta meminimalisir rute direct port-to port dan diharapkan dapat menyerap biaya logistik dari Barat ke Timur dan sebaliknya sehingga berkontribusi pada efisiensi biaya logistik.

Khusus untuk Tanjung Priok, sebagai pelabuhan tersibuk yang dikelola Pelindo,yang utilisasinya telah mencapai 70%, saat ini sedang disiapkan perluasannya. Perluasan ini diperlukan untuk meningkatkan kapasitas sekaligus menjaga performanya sebagai pintu gerbang utama Indonesia.

Terminal New Priok tahap I telah beroperasi sejak 2016, yaitu New Priok Container Terminal 1 (NPCT1) yang dioperasikan melalui kemitraan Pelindo dengan mitra global Mitsui, PSA dan NYK Line. Realisasi pencapaian throughput pada 2022 mencapai 1,2 juta TEUs, naik sebesar 7% jika dibandingkan dengan tahun 2021 sebanyak 1,1 juta TEUs.

Saat ini, sedang dibangun infrastruktur dasar Container Terminal 2 dan 3 (CT2 dan CT3) serta Product Terminal 1 dan 2 (PT1 & PT2) yang sesuai standar internasional dengan panjang dermaga 800 meter per terminal, kedalaman hingga -20 mLWS, dan lapangan penumpukan petikemas seluas 32 Ha per terminal sehingga mampu menampung hingga 1,5 juta TEUs per tahun per terminal. Sedangkan PT1 dan PT2 masing-masing memiliki luas 24 Ha dengan kapasitas 500 ribu m3 per terminal.

Untuk CT2 dan PT1 ditargetkan mulai beroperasi di tahun 2026. Sedangkan goperasian CT3 dan PT2 akan disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas tambahan Pelabuhan Tanjung Priok ke depannya," terang Direktur Strategi Pelindo, Prasetyo dalam keterangan resmi.



Terminal ini juga akan dilengkapi dengan akses jalan khusus New Priok Eastern Access (NPEA), jalan terusan dari Jalan Tol Cibitung Cilincing (JTCC) yang saat ini telah beroperasi secara penuh sepanjang 34 kilometer. Akses ini bersama-sama dengan akses eksisting akan membantu kelancaran arus barang keluar masuk Terminal New Priok ketika nantinya beroperasi penuh.

Selama ini, truk-truk kontainer melewati Jalan Tol Jakarta-Cikampek melalui Cikunir Ramp dan Jakarta Outer Ring Road (JORR) Seksi E2 dan E3 menuju Cilincing. Waktu tempuhnya pada saat normal hanya 1 jam, tapi pada jam sibuk membutuhkan waktu hingga 3 jam. Dengan adanya akses JTCC, waktu tempuh perjalanan dari kawasan industri di wilayah timur Jakarta dapat dipangkas menjadi hanya sekitar 30 menit. Hal ini menjadi bagian komitmen dari Pelindo dalam mengurangi emisi karbon di sekitar pelabuhan guna mendukung konsep green port.

Quantum Leap Pelindo Pascamerger, Siap Songsong Indonesia Emas

Pintu Gerbang Menumpuk Devisa

Hari sudah menjelang petang, namun truk pengangkut mobil masih hilir mudik keluar masuk kawasan Indonesia Kendaraan Terminal (IKT) atau IPCC. Pelabuhan khusus ekspor dan impor kendaraan bermotor ini memang menjadi andalan pabrikan otomotif untuk mengapalkan barangnya ke luar negeri. Truk Hino milik PT Puninar Jaya bernopol B 9518 TEI yang mengangkut Toyota Avanza berpapasan dengan Truk pengangkut Toyota Hilux milik PT Puninar Logistics bernopol B 9515 TEI di pintu gerbang IKT. Toyota Avanza akan dikapalkan ke Filipina, sedangkan Toyota Hilux merupakan mobil kabin ganda yang diimpor dari Thailand.

Dua truk itu masuk dan keluar area IKT dengan cepat, hanya butuh waktu beberapa detik saja untuk melintasi gerbang utama. Ini lantaran IKT telah mengadopsi teknologi informasi yang menghadirkan efisiensi di segala lini. Salah satunya yakni penerapan Radio Frequency Identification (RFID).

RFID menggunakan verifikasi informasi digital dengan adopsi sistem autogate. Dengan penggunaan teknologi RFID yang terintegrasi, sistem pencatatan dari pemilik kargo hingga pencatatan di Bea Cukai menjadi terintegrasi. Saat masuk gate terminal, spesifikasi unit kendaraan telah terbaca RFID sehingga data-data kendaraan masuk ke dalam server RFID. Selanjutnya, data-data di dalam RFID bisa diakses oleh pemilik unit kendaraan dalam hal ini pabrikan, terkait dengan penempatan unit kendaraan di lahan penumpukan maupun gedung parkir, hingga dokumen-dokumen yang diterbitkan Bea Cukai.

Transformasi dan inovasi yang dilakukan IKT yang sejalan dengan Pelindo itu terbukti mampu mendukung peningkatan ekspor mobil nasional. "Tanjung Priok memang menjadi andalan ekspor kendaraan bermotor," tegas Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara kepada SINDOnews.

Bagi industri kendaraan bermotor nasional, beragam fasilitas dan layanan yang dihadirkan IKT mampu membantu kelancaran proses ekspor maupun impor kendaraan dalam bentuk Completely Bulit Up (CBU) mapun Completely Knocked Down (CKD). Salah satu keunggulan yang dimiliki oleh IKT yakni dermaga yang memiliki kedalaman yang mampu disandari oleh kapal-kapal besar (mother vessels). "Kapal-kapal besar bisa bersandar dan mengangkut banyak kendaraan," tutur Kukuh.

Hingga semester pertama 2023, ekspor mobil dari Indonesia dalam bentuk CBU mencapai 248.004 unit, naik dari 198.311 unit dibandingkan 2022. Mengantisipasi volume ekspor yang semakin meningkat, IKT juga terus melakukan transormasi. Salah satunya melalui ekspansi perluasan lahan, hingga penjajakan kerja sama operasi dengan sejumlah pelabuhan yang dinilai potensial untuk dijadikan hub terminal kendaraan atau menjadi bagian dari terminal satelit. Bahkan, IPCC membuka peluang kerja sama dengan pabrikan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang pengapalannya memerlukan penanganan khusus.

Untuk mendukung ekosistem ekspor dan impor kendaraan bermotor, IKT tancap gas dengan menyiapkan pembangunan Car Storage Building (CSB) seluas 3,2 hektare dengan kapasitas sekitar 1.400-1.500 unit kendaraan CBU. Selain itu, perluasan lapangan eksisting juga telah dilakukan melalui kerjasama dengan Pelindo Regional 2 Tanjung Priok dalam optimalisasi pengelolaan lapangan eks-PP seluas 2 hektare secara bertahap dimana saat ini sudah terealisasi 1,7 hektare.

"Opsi penambahan kapasitas juga melalui rencana kerjasama penyewaan lahan disekitar IKT Priok yang dapat digunakan utk lahan penumpukan internasional, domestik maupun kebutuhan PDC," kata Corporate Secretary IPCC Chandra Irawan kepada SINDOnews.

Beragam langkah inovatif yang dilakukan IKT itu, bagi PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) sebagai salah satu pelanggan merupakan langkah progresif dalam mendukung peningkatan devisa negara dari ekspor kendaraan bermotor. “Pelayanan IKT dalam proses ekspor maupun impor kendaraan sudah berlangsung dengan baik dan memadai untuk kebutuhan kami,”tegas Head of Export 4W PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) Domu Arisanto. Suzuki mengekspor beberapa kendaraan bermotor seperti Ertiga, XL 7 hybrid ke Kosta Rika, Nicaragua, Meksiko, dan Honduras.

Dalam menangani unit kendaraan ekspor, IKT memiliki standar yang ketat. Dalam hal handling dan storage, untuk unit CBU ekspor dan impor, saat kendaraan masuk ke dalam kawasan, dilakukan pengecekan unit di Central Inspection Facility (CIF), dimana jika terdapat temuan damage (kerusakan), scratch (goresan), dan dent (penyok), maka informasi tersebut akan dikonfirmasi kepada pabrikan. Hal itu dilakukan untuk menjaga kualitas kendaraan yang diekspor tetap terjaga. Pabrikan juga bisa mengakses dan memonitor kendaraan mulai dari masuk IKT (Port In), selama ada di IKT (Yard Location), dan masuk kedalam kapal (Port Out).

"Pengelolaan dan pelayanan IKT dalam hal penjagaan kualitas, kepastian dan keamanan ekspor sangat baik," tegasnya. Suzuki pun merasa terbantu dengan layanan pembersihan unit dan layanan pengecekan unit yang sesuai standar masing masing pabrikan. "Layanan Auto Gate System yang diberikan oleh IKT sangat membantu kelancaran proses pengiriman," ungkap Domu.

Secara keseluruhan, pelabuhan Tanjung Priok merupakan gerbang utama pengumpul devisa negara. Data menyebutkan, dalam kurun 2017-2021, total ekspor yang melewati Pelabuhan di ujung utara Jakarta itu mencapai USD274,2 miliar atau setara dengan 28,9% dari total ekspor Indonesia.

Melompat Lebih Jauh

Pendiri dan Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi menilai sudah saatnya Pelindo sebagai bagian dari Ekosistem Logistik Nasional (ELN) melakukan ekspansi bisnis. Tak sekadar mengurusi ekosistem kepelabuhanan di dalam negeri, namun Pelindo perlu memperluas spektrum bisnisnya. "Sudah saatnya Pelindo melakukan quantum leap dengan melakukan ekspansi dan go global," ujarnya kepada SINDOnews.

Dua tahun merger, kata Siswanto, Pelindo sudah menorehkan capaian gemilang. Salah satunya berhasil melakukan konsolidasi anak usaha, memperkuat portofolio bisnis di dalam negeri, hingga memangkas beragam inefisiensi yang sebelumnya kerap terjadi. Dengan adanya konsolidasi, Pelindo menjadi terbesar ke delapan di dunia.Pelindo, tegas dia, harus segera tancap gas untuk menghadapi tantangan-tantangan di masa depan. Tak sekadar menjalankan business as usual, tetapi perlu terus memperkuat posisinya, khususnya di ekosistem logistik dunia.

Siswanto menilai, yang menjadi tantangan ke depan bagi Pelindo adalah kompetisi di pasar internasional. Dia mencontohkan barang yang dikirimkan dari luar negeri, bill of loading-nya tidak menunjuk langsung pelabuhan Tanjung Priok, atau Tanjung Emas (Semarang), Belawan (Medan) maupun Tanjung Perak (Surabaya). Pemilik barang menggunakan bill of loading di Singapura, meski tujuan akhir barang adalah Indonesia. "Ini menjadi tantangan. Bahwa end destination petikemas itu di Indonesia. Kenapa tidak langsung ditujukan ke Indonesia? Ini yang harus segera ditaklukkan agar Pelindo semakin memiliki daya saing level global," tegasnya.

Untuk meyakinkan ekosistem logistik internasional, kata dia, Pelindo tak bisa sendirian. Alasannya, untuk membangun kepercayaan dunia internasional butuh peran pemerintah. "Jadi tanggung jawab semua stakeholder. Tak bisa hanya dibebankan ke Pelindo. Sekarang Pelindo sudah semakin baik, jika tidak diikuti dengan regulasi yang jelas, otomatis ada celah yang bisa menghambat hadirnya logistik yang efisien," cetusnya.

Menyongsong Indonesia Emas

Sejatinya, lompatan besar yang dilakukan Pelindo dalam dua tahun terakhir, tak sekadar menghadirkan layanan yang semakin handal. Lebih dari itu, Pelindo berhasil menaklukkan beragam tantangan yang menghadang, tercermin dari kinerjanya yang moncer. Selama 2022, arus peti kemas mencapai 17,2 juta TEUS, naik 1% dibandingkan periode yang sama tahun 2021. Arus barang pada 2022 terealisasi 160 juta Ton, tumbuh 9% dari tahun sebelumnya. Sementara arus kapal yang dilayani Pelindo mencapai 1,2 miliar GT pada 2022, naik 1% dibandingkan 2021. Jumlah penumpang pun tumbuh 86% pada 2022 yang mencapai 15 juta orang. Merger Pelindo telah menciptakan sinergi antar-entitas dalam Pelindo Grup. Hal ini menyebabkan pengelolaan pelabuhan dapat dilakukan secara tersentralisasi dan lebih optimal.

Dalam seminar "Era Baru Biaya Logistik untuk Indonesia Emas 2045" yang diselenggarakan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 14 September 2023 lalu, Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan, salah satu yang menjadi tantangan terciptanya ongkos logistik yang efisien alias murah karena adanya ketimpangan utilisasi pelabuhan di Kawasan Timur Indonesia yang rata-rata kurang dari 50%.

Selain karena faktor ketimpangan muatan, karena usai menurunkan barang, kapal tak lagi memiliki muatan, juga karena sarana fasilitas di pelabuhan yang tidak merata serta standardisasi fasilitas pendukungnya. Saat ini, utilisasi pelabuhan Tanjung Priok mencapai 90%, Tanjung Mas 95%, Tanjung Perak 87%, dan Makassar sebagai wilayah Timur tertinggi hanya 60%. "Karenanya pembangunan harus merata. Sehingga barang bergerak dari Timur ke Barat, dan dari Barat ke Timur," kata Airlangga.

Menyikapi kegundahan pemerintah, Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono pun memastikan Pelindo terus melakukan transformasi pada akhirnya mampu meningkatkan produktivitas, diantaranya dengan memperpendek port stay dan cargo stay. Arif meyakini, transformasi yang dilakukan Pelindo mampu mendukung target pembangunan 2045 yakni mengintegrasikan ekonomi domestik dan konektivitas global sehingga biaya logistik bisa diturunkan menjadi 9% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Kini, jelas dia, Pelindo fokus melakukan transformasi pelayanan pelabuhan, efisiensi jaringan pelayaran dan melakukan integrasi pelabuhan dengan kawasan. Tiga langkah strategis itu diyakini akan meningkatkan konektivitas dan efisiensi jaringan pelayaran, mendukung penurunan biaya logistik, dan mendorong pertumbuhan layanan logistik terintegrasi untuk meningkatkan kontribusi bagi perekonomian Indonesia di era Indonesia Emas 2045 nanti.
(fjo)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1503 seconds (0.1#10.140)