Perdagangan Rusia-China di 2023 Bersiap Tembus Rekor, Bakal Melewati Rp3.068 Triliun

Senin, 25 September 2023 - 13:37 WIB
loading...
Perdagangan Rusia-China...
Perdagangan antara Rusia dan China telah mempertahankan momentum sejak mencapai rekor pada tahun lalu, dimana sejak awal 2023 tetap mengalami pertumbuhan yang kuat. Foto/Dok
A A A
MOSKOW - Perdagangan antara Rusia dan China telah mempertahankan momentum sejak mencapai rekor pada tahun 2022, lalu. Sejak memasuki awal 2023, kinerja ekspor dan impor kedua negara mengalami pertumbuhan kuat apabila melihat data dari Bea Cukai Rusia.

Seperti dilansir RT, perdagangan bilateral antara kedua negara melonjak 25% dari Januari hingga Agustus 2023 dibandingkan tahun lalu. Data dari badan bea cukai China menunjukkan sebelumnya bahwa omset perdagangan mencapai USD155,1 miliar selama periode tersebut.



Otoritas bea cukai Rusia mengatakan, bahwa Moskow dan Beijing akan terus menyederhanakan formalitas bea cukai untuk lebih meningkatkan perdagangan. Perlu dicatat ada rencana khusus dalam mengatur operasi permanen dari salah satu pusat transportasi utama – pos pemeriksaan penyeberangan perbatasan mobil Zabaikalsk-Manzhouli, serta penyeberangan jalan Pogranichny-Suifenhe.

Rusia telah memasok sebagian besar produk energi ke China seperti minyak dan gas serta produk olahan, makanan pertanian hingga produk industri. Sementara China mengekspor hampir semua jenis barang, termasuk makanan, peralatan, ponsel, elektronik, produk teknik, furnitur, mainan, tekstil, pakaian, hingga alas kaki.



Selama tahun 2022, perdagangan antara Rusia dan China melonjak ke level tertinggi sepanjang masa dengan nilai sebesar USD190,3 miliar. Kedua negara saat ini siap untuk melampaui target USD200 miliar atau setara Rp3.068 triliun (Kurs Rp15,340 per USD) pada tahun 2023 ini, dan mereka tetap teguh dalam keyakinan mereka bahwa mencapai USD250 miliar secara tahunan dalam hal perdagangan adalah "benar-benar realistis."

Penguatan hubungan ekonomi antara Rusia dan China telah diperkuat oleh komitmen bersama mereka untuk melakukan sebagian besar transaksi menggunakan mata uang nasional masing-masing daripada mengandalkan dolar AS.

Moskow dan Beijing telah mengintensifkan upaya mereka untuk mengurangi ketergantungan mereka pada dolar dan euro dalam perdagangan global, terutama mengingat sanksi Barat yang dikenakan pada Rusia dan sengketa perdagangan yang sedang berlangsung antara AS dan China.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2011 seconds (0.1#10.140)