Tak Selalu Langgeng, Hanya 3% Bisnis Keluarga di Indonesia yang Bisa Bertahan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hadi Cahyadi, penulis buku "Go Perpetuate: How to Beat the 3rd Generation Curse" membeberkan bahwa hanya 3% bisnis keluarga di Indonesia yang bisa bertahan. Dari hasil riset yang dituangkan dalam bukunya tersebut, Hadi mendapati hanya 13% bisnis keluarga di Indonesia yang mampu melewati generasi ketiga, dan 30% saja yang melewati generasi kedua.
"Pada saat riset saya mendapatkan satu fenomena, family business hanya 30% yang melewati generasi kedua dan hanya 13% yang melewati generasi ketiga, dan hanya 3% yang sukses melewati generasi selanjutnya," ujar Hadi kepada MNC Portal, Minggu (8/10/2023).
Hadi mengatakan, bisnis keluarga di Indonesia memiliki tantangan yang kompleks. Karena itu pula bisnis yang digeluti keluarga konglomerasi hanya 3% saja yang mampu bertahan hingga melewati generasi ketiga.
Di sisi lain, banyak bisnis keluarga di Indonesia ini menjadi instrumen penting dalam pertumbuhan makro ekonomi nasional. Hadi mencatat, banyak bisnis keluarga mendukung pemerintah untuk mengatasi masalah sosial, ekonomi, dan menyerap lapangan pekerjaan.
"Bayangin, family business bisa men-support banyak sekali pekerjaan, membantu pemerintah untuk mengatasi masalah sosial dan mengatasi masalah ekonomi, dan lapangan pekerjaan," ucapnya.
Dengan peran penting tersebut, Hadi mengatakan, bisnis yang dikembangkan sejumlah keluarga tersebut perlu didukung dan dibantu mengatasi kendalanya. Terutama, tegas dia, bagaimana mengatasi kendala saat mereka menjalani transisi antargenerasi.
Buku "Go Perpetuate: How to Beat the 3rd Generation Curse" baru saja dirilis Minggu pagi tadi. Peluncurannya menandai eksplorasi yang luar biasa terhadap tantangan yang dihadapi oleh bisnis keluarga. Dalam buku tersebut, Hadi menawarkan sebuah teori intergenerational, dimana ada paradigma yang menjadi landasan agar bisnis keluarga di Indonesia bisa bertahan atau melewati 6-7 generasi.
"Dengan teori yang paling susah yang ada di dunia yaitu menciptakan teori intergenerational, supaya family business itu bisa selamat, selamanya memang enggak bisa, tapi bisa melewati enam sampai tujuh generasi," tutupnya.
"Pada saat riset saya mendapatkan satu fenomena, family business hanya 30% yang melewati generasi kedua dan hanya 13% yang melewati generasi ketiga, dan hanya 3% yang sukses melewati generasi selanjutnya," ujar Hadi kepada MNC Portal, Minggu (8/10/2023).
Baca Juga
Hadi mengatakan, bisnis keluarga di Indonesia memiliki tantangan yang kompleks. Karena itu pula bisnis yang digeluti keluarga konglomerasi hanya 3% saja yang mampu bertahan hingga melewati generasi ketiga.
Di sisi lain, banyak bisnis keluarga di Indonesia ini menjadi instrumen penting dalam pertumbuhan makro ekonomi nasional. Hadi mencatat, banyak bisnis keluarga mendukung pemerintah untuk mengatasi masalah sosial, ekonomi, dan menyerap lapangan pekerjaan.
"Bayangin, family business bisa men-support banyak sekali pekerjaan, membantu pemerintah untuk mengatasi masalah sosial dan mengatasi masalah ekonomi, dan lapangan pekerjaan," ucapnya.
Dengan peran penting tersebut, Hadi mengatakan, bisnis yang dikembangkan sejumlah keluarga tersebut perlu didukung dan dibantu mengatasi kendalanya. Terutama, tegas dia, bagaimana mengatasi kendala saat mereka menjalani transisi antargenerasi.
Buku "Go Perpetuate: How to Beat the 3rd Generation Curse" baru saja dirilis Minggu pagi tadi. Peluncurannya menandai eksplorasi yang luar biasa terhadap tantangan yang dihadapi oleh bisnis keluarga. Dalam buku tersebut, Hadi menawarkan sebuah teori intergenerational, dimana ada paradigma yang menjadi landasan agar bisnis keluarga di Indonesia bisa bertahan atau melewati 6-7 generasi.
"Dengan teori yang paling susah yang ada di dunia yaitu menciptakan teori intergenerational, supaya family business itu bisa selamat, selamanya memang enggak bisa, tapi bisa melewati enam sampai tujuh generasi," tutupnya.
(fjo)