Perang Hamas vs Israel Meletus, OPEC Prediksi Permintaan Minyak Makin Tinggi
loading...
A
A
A
JAKARTA - OPEC menaikkan estimasi untuk permintaan minyak jangka menengah dan panjang di tengah konflik Timur Tengah setelah pertempuran antara Hamas dan Israel meletus akhir pekan lalu. Triliunan dolar akan dibutuhkan untuk memenuhi permintaan minyak yang lebih tinggi.
Kartel minyak global ini menunjuk pada pertumbuhan permintaan di sejumlah negara termasuk di China dan India, serta negara-negara lain di Asia, Afrika, dan Timur Tengah.
Mengutip Investopedia, OPEC memperingatkan bahwa upaya-upaya untuk menghentikan investasi-investasi baru dalam proyek-proyek minyak justru akan berbahaya.
Sekretaris Jenderal OPEC Haitham Al Ghais berpendapat bahwa seruan untuk menghentikan investasi di proyek-proyek minyak baru salah arah dan dapat menyebabkan kekacauan energi dan ekonomi.
Posisi dari negara-negara produsen minyak besar ini bertolak belakang dengan pandangan Badan Energi Internasional (IEA), yang mengatakan pada bulan Juni bahwa permintaan minyak dapat mencapai puncaknya pada akhir dekade ini.
Sebagaimana diketahui, minyak mentah berjangka naik lebih dari 4% pada awal perdagangan Senin (9/10), di tengah kekhawatiran konflik Timur Tengah.
Kartel minyak global ini menunjuk pada pertumbuhan permintaan di sejumlah negara termasuk di China dan India, serta negara-negara lain di Asia, Afrika, dan Timur Tengah.
Mengutip Investopedia, OPEC memperingatkan bahwa upaya-upaya untuk menghentikan investasi-investasi baru dalam proyek-proyek minyak justru akan berbahaya.
Baca Juga
Sekretaris Jenderal OPEC Haitham Al Ghais berpendapat bahwa seruan untuk menghentikan investasi di proyek-proyek minyak baru salah arah dan dapat menyebabkan kekacauan energi dan ekonomi.
Posisi dari negara-negara produsen minyak besar ini bertolak belakang dengan pandangan Badan Energi Internasional (IEA), yang mengatakan pada bulan Juni bahwa permintaan minyak dapat mencapai puncaknya pada akhir dekade ini.
Sebagaimana diketahui, minyak mentah berjangka naik lebih dari 4% pada awal perdagangan Senin (9/10), di tengah kekhawatiran konflik Timur Tengah.
(nng)