Konflik Israel-Hamas Bikin Harga Minyak Mendidih, Brent Dekati USD92 per Barel
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak mentah naik tajam di perdagangan Asia pada hari Rabu (18/10/2023), setelah ledakan mematikan di sebuah rumah sakit Gaza yang tampaknya telah menghambat upaya diplomatik Amerika Serikat (AS) dalam perang Israel-Hamas . Sementara data industri menunjukkan bahwa stok AS menyusut lebih dalam dari yang diperkirakan pekan lalu.
Gedung Putih mengatakan, Presiden AS Joe Biden tidak akan mengunjungi Yordania sebagai bagian dari perjalanannya ke Israel, setelah Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan bahwa pertemuan puncak yang direncanakan antara para pemimpin AS, Mesir dan Palestina tidak akan berlangsung.
Perjalanan itu dipandang sebagai upaya untuk mempertahankan dukungan bagi Israel , selain itu juga menenangkan negara-negara Arab dan mencegah eskalasi yang lebih besar dalam konflik.
Langkah itu dilakukan hanya beberapa jam setelah ledakan di sebuah rumah sakit di Kota Gaza yang dilaporkan menewaskan ratusan warga Palestina. Ledakan itu memicu kemarahan dari masyarakat internasional, dan mengurangi harapan untuk deeskalasi cepat dalam ketegangan di Timur Tengah.
Kondisi ini pada gilirannya memicu kekhawatiran baru bahwa limpahan konflik Israel-Hamas dapat mengganggu pasokan minyak mentah di kawasan Timur Tengah yang kaya minyak. Sebuah kekhawatiran yang telah mendorong harga minyak selama seminggu terakhir.
Tercatat, harga minyak Brent yang menjadi patokan global melonjak 2,3% menjadi USD91,97 per barel. Sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate meningkat 2,6% di posisi USD87,63 per barel pada pukul 22:20 ET (02:20 GMT).
Kekhawatiran eskalasi dalam perang Israel-Hamas, terutama bahwa negara-negara Timur Tengah lainnya dapat bergabung dalam konflik, telah mendorong harga minyak selama seminggu terakhir. Sentimen tersebut mengabaikan dolar yang lebih kuat dan kekhawatiran suku bunga yang lebih tinggi.
Kabar baik dari China menawarkan, beberapa dukungan ke pasar minyak pada hari Rabu, setelah serangkaian stimulus moneter dari Beijing tampaknya membuahkan hasil. Data produk domestik bruto kuartal ketiga lebih kuat dari perkiraan dari importir minyak no.1 dunia China.
Gedung Putih mengatakan, Presiden AS Joe Biden tidak akan mengunjungi Yordania sebagai bagian dari perjalanannya ke Israel, setelah Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan bahwa pertemuan puncak yang direncanakan antara para pemimpin AS, Mesir dan Palestina tidak akan berlangsung.
Perjalanan itu dipandang sebagai upaya untuk mempertahankan dukungan bagi Israel , selain itu juga menenangkan negara-negara Arab dan mencegah eskalasi yang lebih besar dalam konflik.
Langkah itu dilakukan hanya beberapa jam setelah ledakan di sebuah rumah sakit di Kota Gaza yang dilaporkan menewaskan ratusan warga Palestina. Ledakan itu memicu kemarahan dari masyarakat internasional, dan mengurangi harapan untuk deeskalasi cepat dalam ketegangan di Timur Tengah.
Kondisi ini pada gilirannya memicu kekhawatiran baru bahwa limpahan konflik Israel-Hamas dapat mengganggu pasokan minyak mentah di kawasan Timur Tengah yang kaya minyak. Sebuah kekhawatiran yang telah mendorong harga minyak selama seminggu terakhir.
Tercatat, harga minyak Brent yang menjadi patokan global melonjak 2,3% menjadi USD91,97 per barel. Sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate meningkat 2,6% di posisi USD87,63 per barel pada pukul 22:20 ET (02:20 GMT).
Kekhawatiran eskalasi dalam perang Israel-Hamas, terutama bahwa negara-negara Timur Tengah lainnya dapat bergabung dalam konflik, telah mendorong harga minyak selama seminggu terakhir. Sentimen tersebut mengabaikan dolar yang lebih kuat dan kekhawatiran suku bunga yang lebih tinggi.
Kabar baik dari China menawarkan, beberapa dukungan ke pasar minyak pada hari Rabu, setelah serangkaian stimulus moneter dari Beijing tampaknya membuahkan hasil. Data produk domestik bruto kuartal ketiga lebih kuat dari perkiraan dari importir minyak no.1 dunia China.