Harta Miliarder China Ini Lenyap Setengah Lebih, Tersisa Tinggal Rp80,5 Triliun
loading...
A
A
A
Tetapi sampai hari ini, manajemen JD.com masih berharap bisa mengendalikan biaya, dan hasil dari strategi harga rendah dinilai belum berjalan dengan baik. Hal itu membuat JD.com tertinggal di belakang saingannya termasuk Alibaba dan PDD Holdings dalam urusan pendapatan dan pertumbuhan pengguna.
Sementara itu penjualan di pasar tradisionalnya —yaitu perangkat elektronik— berada di bawah tekanan karena lesunya permintaan. Pada kuartal kedua, ketika perusahaan mengganti CEO-nya sebagai bagian dari perombakan, pendapatan perusahaan tumbuh 7,6% menjadi USD39,5 miliar, dan laba bersihnya melonjak 50% menjadi USD900 juta.
Hasilnya lebih baik dari yang diperkirakan banyak orang, meskipun tingkat pertumbuhan top-line-nya jauh dari Alibaba 14% selama periode April-Juni, dan PDD 66%. Seorang juru bicara JD.com tidak menanggapi permintaan komentar.
Analis mengatakan, pemulihan tampaknya tidak berjalan. Pekan lalu, setidaknya tujuh broker Wall Street termasuk Jefferies dan Morgan Stanley telah menurunkan peringkat perusahaan atau menurunkan target harga mereka.
Analis Jefferies Thomas Chong, yang memangkas target harganya dari USD97 menjadi USD80, tetapi masih mempertahankan peringkat beli, memperkirakan bahwa pendapatan kuartal ketiga hanya akan tumbuh 1% menjadi USD34 miliar, menurut catatan penelitian 12 Oktober.
"Kami menyesuaikan perkiraan pendapatan kami, memperhitungkan dampak hambatan makro di tengah pemulihan bertahap dalam sentimen konsumen serta penyesuaian strategis," katanya dalam catatan itu.
Pendiri dan kepala eksekutif perusahaan riset Blue Lotus Capital Advisors, Eric Wen mengatakan, JD.com mungkin harus menunggu sampai tahun depan untuk tanda-tanda pertumbuhan baru. Ini karena konsumsi dan ekonomi yang lebih luas dapat lebih membaik pada tahun 2024, karena upaya stimulus sebelumnya mulai berlaku, menempatkan pemulihan ekonomi negara pada pijakan yang lebih kuat di kuartal ketiga tahun ini.
Namun dia juga meminta JD.com untuk meningkatkan strategi bisnisnya dengan mempercepat ekspansi di luar China di tengah meningkatnya persaingan yang dihadapinya di dalam negeri. "JD.com belum cukup melakukan ini," katanya.
"Misalnya, dapat belajar dari Amazon dan mengekspor beberapa kemampuan logistiknya ke luar negeri," sambungnya.
Sementara itu penjualan di pasar tradisionalnya —yaitu perangkat elektronik— berada di bawah tekanan karena lesunya permintaan. Pada kuartal kedua, ketika perusahaan mengganti CEO-nya sebagai bagian dari perombakan, pendapatan perusahaan tumbuh 7,6% menjadi USD39,5 miliar, dan laba bersihnya melonjak 50% menjadi USD900 juta.
Hasilnya lebih baik dari yang diperkirakan banyak orang, meskipun tingkat pertumbuhan top-line-nya jauh dari Alibaba 14% selama periode April-Juni, dan PDD 66%. Seorang juru bicara JD.com tidak menanggapi permintaan komentar.
Analis mengatakan, pemulihan tampaknya tidak berjalan. Pekan lalu, setidaknya tujuh broker Wall Street termasuk Jefferies dan Morgan Stanley telah menurunkan peringkat perusahaan atau menurunkan target harga mereka.
Analis Jefferies Thomas Chong, yang memangkas target harganya dari USD97 menjadi USD80, tetapi masih mempertahankan peringkat beli, memperkirakan bahwa pendapatan kuartal ketiga hanya akan tumbuh 1% menjadi USD34 miliar, menurut catatan penelitian 12 Oktober.
"Kami menyesuaikan perkiraan pendapatan kami, memperhitungkan dampak hambatan makro di tengah pemulihan bertahap dalam sentimen konsumen serta penyesuaian strategis," katanya dalam catatan itu.
Pendiri dan kepala eksekutif perusahaan riset Blue Lotus Capital Advisors, Eric Wen mengatakan, JD.com mungkin harus menunggu sampai tahun depan untuk tanda-tanda pertumbuhan baru. Ini karena konsumsi dan ekonomi yang lebih luas dapat lebih membaik pada tahun 2024, karena upaya stimulus sebelumnya mulai berlaku, menempatkan pemulihan ekonomi negara pada pijakan yang lebih kuat di kuartal ketiga tahun ini.
Namun dia juga meminta JD.com untuk meningkatkan strategi bisnisnya dengan mempercepat ekspansi di luar China di tengah meningkatnya persaingan yang dihadapinya di dalam negeri. "JD.com belum cukup melakukan ini," katanya.
"Misalnya, dapat belajar dari Amazon dan mengekspor beberapa kemampuan logistiknya ke luar negeri," sambungnya.
(akr)