Profil Munib Al Masri, Orang Terkaya di Palestina yang Peduli dengan Kesejahteraan Wilayahnya

Jum'at, 27 Oktober 2023 - 11:35 WIB
loading...
Profil Munib Al Masri, Orang Terkaya di Palestina yang Peduli dengan Kesejahteraan Wilayahnya
Munib Al Masri merupakan salah satu orang terkaya di Palestina. Foto/JPost
A A A
JAKARTA - Munib Al Masri yang juga dikenal dengan Adipati Nablus merupakan salah satu orang terkaya di Palestina . Selain kaya, dia juga punya peran penting dalam politik dan pembangunan Palestina.

Tidak hanya itu, Munib Al Masri juga sempat menjadi orang kepercayaan tokoh Palestina terkemuka PA Yasser pada tahun 2016. Dia merupakan sosok yang mendukung dalam proses rekonsiliasi Hamas-Fatah.

Meskipun sampai saat ini jumlah kekayaannya masih belum diketahui secara pasti, namun pada tahun 2011 lalu World Cruch sempat memperkirakan bahwa kekayaannya bisa mencapai USD5 miliar atau sekitar Rp79,2 triliun.

Profil Munib Al Masri


Munib Al Masri lahir di Nablus pada tahun 1934. Dari tempat kelahirannya ini dirinya kerap dijuluki sebagai "Adipati Nablus". Dia lahir dari keluarga terpandang dan punya peran besar di wilayah tersebut.



Dalam riwayat pendidikannya, Masri tercatat pernah menuntut ilmu di an-Najah National University. Setelah itu, dia melanjutkan pendidikannya di University of Texas Amerika Serikat.

Untuk kekayaan Munib Al Masri diketahui bersumber dari berbagai bisnis. Dia memiliki bisnis minyak dan gas yang dikelolanya, hingga punya nilai investasi yang besar di Edgo Group, yang beroperasi di bidang kontraktor.

Menurut Arabian Business, Masri bergabung dengan belasan ekspatriat Palestina lainnya dalam upaya membangun perekonomian nasional di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Kelompok ini membentuk perusahaan induk Padico pada tahun 1994, yang membantu mendirikan bursa saham pertama di negara bagian tersebut dan perusahaan telepon swasta serta berinvestasi di hotel, kawasan industri, dan proyek lainnya.

Hingga pada akhirnya Padico dan perusahaannya berdiri sebagai perusahaan swasta terbesar di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Namun demikian, status tersebut sebenarnya hanya sebuah pencapaian karena sedikit investor swasta yang bersedia mempertaruhkan uang mereka di wilayah tersebut.



Banyak pengusaha Palestina yang pergi ke AS, Eropa, negara-negara Teluk dan tempat lain karena kecewa dengan gagalnya proses perdamaian dan meletusnya intifada kedua, atau pemberontakan yang bertujuan mengakhiri pendudukan militer Israel.

Bahkan Padico pun tidak luput dari cedera. Hotel Intercontinental bintang lima senilai USD60 juta di kota Betlehem, Tepi Barat, yang dibuka pada malam intifada, masih tetap buka namun hampir kosong setelah lima tahun merugi.

Kawasan Industri Gaza milik perusahaan juga sama tidak menguntungkannya. Sebab, separuh dari 40 pabriknya telah ditutup dalam lima tahun terakhir.

Meski begitu, Masri tetap menegaskan bahwa tindakannya tersebut adalah bentuk Patriotisme dan bukan hanya untuk mencari keuntungan. Mengingat dirinya memang dikenal sebagai seseorang yang peduli atas kesejahteraan palestina.

Masri telah mendirikan dan mendukung berbagai yayasan amal yang berfokus pada pengembangan masyarakat dan memberikan bantuan. Dia juga punya andil dalam al-Quds University yang jadi salah satu universitas terkemuka di Palestina.
(okt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1184 seconds (0.1#10.140)