Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Minus, Stimulus Harus Masif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sesuai prediksi sejumlah lembaga, pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 dilaporkan terkontraksi alias minus -5,32%. Data ini menunjukkan perekonomian pada periode April–Juni 2020 tak berdaya akibat pandemi corona (Covid-19).
Kondisi ini juga menjadi peringatan kepada para pemangku kepentingan untuk membuat langkah jangka pendek maupun menengah guna menyelamatkan perekonomian pada kuartal III. Pasalnya, apabila pada kuartal III/2020 kembali minus, secara teori perekonomian nasional masuk ke zona resesi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka produk domestik bruto (PDB) kuartal II/2020 yang minus 5,32% tersebut merupakan kali pertama sejak 1998. Dari sejumlah jenis lapangan usaha yang diukur kinerja PDB-nya, hanya sektor pertanian, pengadaan air serta informasi dan komunikasi yang masih mencatatkan pertumbuhan.
Menanggapi perkembangan terkini perekonomian, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pemerintah akan lebih agresif lagi dalam penggunaan anggaran yang dialokasikan untuk pertumbuhan ekonomi. Termasuk dengan memberikan stimulus pada sektor industri. Sektor industri ini terdampak cukup dalam dengan mencatatkan minus 6,49%. (Baca: Ini Biang Kerok Penyebab Bisnis BPR Alami Kebangkrutan)
"Presiden telah memutuskan akan memperlebar defisit menjadi 5,2% dari PDB. Hal itu menunjukkan agresivitas dari pemerintah untuk mengatasi dampak ini," kata Agus di Jakarta kemarin.
Selain industri, sektor lain juga harus bekerja ekstrakeras mengembalikan perekonomian ke jalur hijau. Sektor-sektor yang terkontraksi pada kuartal II harus segera diperbaiki, termasuk jasa dan konsumsi rumah tangga.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartato menegaskan, pihaknya meyakini pada kuartal III/2020 pertumbuhan ekonomi bisa pulih. Walaupun tidak secara tegas mengatakan bahwa pertumbuhan akan kembali positif, Airlangga percaya ekonomi akan lebih baik dari realisasi kuartal II/2020 yang minus 5,32%.
Menurutnya, keyakinan akan kembali pulihnya pertumbuhan ekonomi itu didasari tren mulai meningkatnya beberapa indikator aktivitas ekonomi, dari sisi permintaan hingga sisi penawaran atau produksi. (Baca juga: Dua Buronan Kakap Asal Indonesia Ditangkap di Amerika Serikat)
"Jadi kita lihat trennya karena dalam situasi seperti ini yang harus kita lihat adalah tren. Apabila kita lihat dari Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia sudah terjadi kenaikan dari Maret yang terendah," ujarnya.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebutkan, kendati perekonomian terkontraksi, pemerintah meyakini sistem keuangan nasional pada kuartal II dalam kondisi normal. Dia pun menegaskan bahwa kewaspadaan tetap perlu ditingkatkan untuk merespons data perekonomian.
Kondisi ini juga menjadi peringatan kepada para pemangku kepentingan untuk membuat langkah jangka pendek maupun menengah guna menyelamatkan perekonomian pada kuartal III. Pasalnya, apabila pada kuartal III/2020 kembali minus, secara teori perekonomian nasional masuk ke zona resesi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka produk domestik bruto (PDB) kuartal II/2020 yang minus 5,32% tersebut merupakan kali pertama sejak 1998. Dari sejumlah jenis lapangan usaha yang diukur kinerja PDB-nya, hanya sektor pertanian, pengadaan air serta informasi dan komunikasi yang masih mencatatkan pertumbuhan.
Menanggapi perkembangan terkini perekonomian, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pemerintah akan lebih agresif lagi dalam penggunaan anggaran yang dialokasikan untuk pertumbuhan ekonomi. Termasuk dengan memberikan stimulus pada sektor industri. Sektor industri ini terdampak cukup dalam dengan mencatatkan minus 6,49%. (Baca: Ini Biang Kerok Penyebab Bisnis BPR Alami Kebangkrutan)
"Presiden telah memutuskan akan memperlebar defisit menjadi 5,2% dari PDB. Hal itu menunjukkan agresivitas dari pemerintah untuk mengatasi dampak ini," kata Agus di Jakarta kemarin.
Selain industri, sektor lain juga harus bekerja ekstrakeras mengembalikan perekonomian ke jalur hijau. Sektor-sektor yang terkontraksi pada kuartal II harus segera diperbaiki, termasuk jasa dan konsumsi rumah tangga.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartato menegaskan, pihaknya meyakini pada kuartal III/2020 pertumbuhan ekonomi bisa pulih. Walaupun tidak secara tegas mengatakan bahwa pertumbuhan akan kembali positif, Airlangga percaya ekonomi akan lebih baik dari realisasi kuartal II/2020 yang minus 5,32%.
Menurutnya, keyakinan akan kembali pulihnya pertumbuhan ekonomi itu didasari tren mulai meningkatnya beberapa indikator aktivitas ekonomi, dari sisi permintaan hingga sisi penawaran atau produksi. (Baca juga: Dua Buronan Kakap Asal Indonesia Ditangkap di Amerika Serikat)
"Jadi kita lihat trennya karena dalam situasi seperti ini yang harus kita lihat adalah tren. Apabila kita lihat dari Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia sudah terjadi kenaikan dari Maret yang terendah," ujarnya.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebutkan, kendati perekonomian terkontraksi, pemerintah meyakini sistem keuangan nasional pada kuartal II dalam kondisi normal. Dia pun menegaskan bahwa kewaspadaan tetap perlu ditingkatkan untuk merespons data perekonomian.