Saat Ekonomi Israel Terancam Bangkrut, Kekayaan Kaum Miliarder Yahudi Capai Rp27.000 Triliun: Bisa Jadi Juru Selamat?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonomi Israel kini tengah porak poranda. Tahun ini ekonomi negara zionis itu diperkirakan hanya akan tumbuh 2%, lebih rendah dari poyeksi semula yang sebesar 3,4%. Jika aksi Israel terus melanggengkan peperangan di Palestina , maka di tahun 2025 ekonominya semakin tiarap di 0,2%.
Ambruknya ekonomi Israel lantaran sendi-sendi perekonomiannya juga terganggu. Sejak membobardir Palestina dengan dalih memerangi pejuang Hamas, Israel sudah menumpuk utang sebanyak Rp121 triliun.
Gara-gara itu, defisit Israel membengkak menjadi Rp90 triliun pada Oktober lalu. Padahal sebelum aksi bombardirnya, defisit Israel hanya dikisaran Rp18,9 triliun.
Jika perang terus berlangsung, Israel akan mengalami kerugian sebesar Rp4 triliun per hari. Hingga saat ini perekonomian Israel telah tekor hingga Rp748 triliun.
80% perusahaan teknologi Israel melaporkan kerusakan akibat situasi keamanan yang memburuk, sementara seperempatnya melaporkan kerusakan ganda, baik pada sumber daya manusia maupun dalam memperoleh modal investasi. Lebih dari 40% perusahaan teknologi mengalami penundaan atau pembatalan perjanjian investasi, dan hanya 10% yang berhasil mengadakan pertemuan dengan investor.
Sektor teknologi merupkan mesin duit Israel yang paling utama. Pada 2022 ekspor Israel mencapai USD166,59 miliar. Nah ekspor produk berteknologi tinggi Israel menyumbang lebih dari USD40 miliar (Rp620 triliun) atau hampir 25%.
Ekspor senjata Israel juga rontok karena adanya boikot, terutama dari negara-negara muslim. Tahun lalu ekspor senjata Israel mencapai USD12,5 miliar atau Rp193,7 triliun.
Sektor ekonomi Israel lainnya yang juga terganggu adalah pariwisata dan bisnis konstruksi mangkrak. Tak pelak dunia usaha terganggu sehingga menciptakan pengangguran yang membeludak.
Kementerian Tenaga Kerja Israel melaporkan bahwa 764.000 warga negara, hampir seperlima dari angkatan kerja Israel, menganggur karena evakuasi, penutupan sekolah yang mewajibkan tanggung jawab pengasuhan anak, atau panggilan tugas cadangan.
Semua kondisi itu mencuatkan pandangan bahwa ekonomi Israel mengarah pada kebangkrutan. Indikasinya, enam kementerian Israel belum lama ini ditutup. Enam kementerian itu adalah Kementerian Urusan Diaspora, Kementerian Urusan Yerusalem, Kementerian Warisan Budaya, Kementerian Pemukiman dan Misi Nasional, Kementerian Kooperasi Regional, dan Kementerian Kesetaraan Sosial.
Pertanyaannya apakah ekonomi Israel benar-benar bisa bangkrut? Apakah Israel akan kekeringan sumber duit untuk membiayai perang, atau bahkan ekonominya?
Harap dicatat, bahwa beberapa hari setelah operasi Badai Al Aqsa mengguncang Israel, sejumlah perusahaan global dengan lantang menyatakan akan memberikan donasi ke negara itu. Ada Meta, Google, Paramout, Disnes, dan masih banyak lagi. Perusahaan-perusahaan itu umumnya dimiliki oleh kaum Yahudi.
Tampaknya, jika kaum triliuner Yahudi harus menyokong ekonomi Israel, bukanlah perkara berat. Yahudi merupakan kaum yang memiliki triliuner paling banyak di dunia dan kekayaannya paling gede di kolong langit.
Forbes pada Fabruari lalu mengungkap, ada 267 orang Yahudi yang masuk dalam daftar orang terkaya di dunia. Mereka berasal dari berbagai negara dan juga bidang usaha.
Miliarder Yahudi "paling miskin" memiliki kekayaan USD1 miliar atau sekitar Rp15,5 triliun. Sedangkan yang paling tajir, kekayaannya menembus USD102,9 miliar atau Rp1.543,5 triliun.
Jika ditotal, harta kekayaan pengusaha Yahudi itu menembus USD1.802,85 miliar. Kalau dirupiahkan sekitar Rp27.000 triliun. Sekali lagi, jumlah itu mengacu pada data Forbes yang rilis di Februari, bukan real time billionaire list.
Kebanyakan orang kaya Yahudi itu didominasi warga Amerika Serikat. Dari 10 yang masuk daftar teratas, tujuh di antaranya bermukim di AS. Tiga orang lagi di Inggris dan Perancis.
Orang-orang super kaya Yahudi memiliki beberapa perusahaan global. Sebut saja, Larry Ellison yang merupakan pemilik Oracle dan mengantongi kekayaan sebesar USD102,9 miliar atau Rp1.543,5 triliun. Lalu ada Larry Page yang mendirikan Google dengan kekayaan USD85,2 miliar atau Rp1.278 triliun.
Nama-nama lain yang tak kalah mentereng dan menjadi pemilik perusahaan global adalah Michael Bloomberg, Michael Dell (Dell Technologies), dan Mark Zuckerberg (Facebook/Meta).
Jika kaum miliarder Yahudi di seluruh dunia bersatu menggalangan dukungan buat Israel, apakah ekonomi negara itu bisa terhindar dari kebangkrutan?
Ambruknya ekonomi Israel lantaran sendi-sendi perekonomiannya juga terganggu. Sejak membobardir Palestina dengan dalih memerangi pejuang Hamas, Israel sudah menumpuk utang sebanyak Rp121 triliun.
Gara-gara itu, defisit Israel membengkak menjadi Rp90 triliun pada Oktober lalu. Padahal sebelum aksi bombardirnya, defisit Israel hanya dikisaran Rp18,9 triliun.
Jika perang terus berlangsung, Israel akan mengalami kerugian sebesar Rp4 triliun per hari. Hingga saat ini perekonomian Israel telah tekor hingga Rp748 triliun.
80% perusahaan teknologi Israel melaporkan kerusakan akibat situasi keamanan yang memburuk, sementara seperempatnya melaporkan kerusakan ganda, baik pada sumber daya manusia maupun dalam memperoleh modal investasi. Lebih dari 40% perusahaan teknologi mengalami penundaan atau pembatalan perjanjian investasi, dan hanya 10% yang berhasil mengadakan pertemuan dengan investor.
Sektor teknologi merupkan mesin duit Israel yang paling utama. Pada 2022 ekspor Israel mencapai USD166,59 miliar. Nah ekspor produk berteknologi tinggi Israel menyumbang lebih dari USD40 miliar (Rp620 triliun) atau hampir 25%.
Ekspor senjata Israel juga rontok karena adanya boikot, terutama dari negara-negara muslim. Tahun lalu ekspor senjata Israel mencapai USD12,5 miliar atau Rp193,7 triliun.
Sektor ekonomi Israel lainnya yang juga terganggu adalah pariwisata dan bisnis konstruksi mangkrak. Tak pelak dunia usaha terganggu sehingga menciptakan pengangguran yang membeludak.
Kementerian Tenaga Kerja Israel melaporkan bahwa 764.000 warga negara, hampir seperlima dari angkatan kerja Israel, menganggur karena evakuasi, penutupan sekolah yang mewajibkan tanggung jawab pengasuhan anak, atau panggilan tugas cadangan.
Semua kondisi itu mencuatkan pandangan bahwa ekonomi Israel mengarah pada kebangkrutan. Indikasinya, enam kementerian Israel belum lama ini ditutup. Enam kementerian itu adalah Kementerian Urusan Diaspora, Kementerian Urusan Yerusalem, Kementerian Warisan Budaya, Kementerian Pemukiman dan Misi Nasional, Kementerian Kooperasi Regional, dan Kementerian Kesetaraan Sosial.
Pertanyaannya apakah ekonomi Israel benar-benar bisa bangkrut? Apakah Israel akan kekeringan sumber duit untuk membiayai perang, atau bahkan ekonominya?
Harap dicatat, bahwa beberapa hari setelah operasi Badai Al Aqsa mengguncang Israel, sejumlah perusahaan global dengan lantang menyatakan akan memberikan donasi ke negara itu. Ada Meta, Google, Paramout, Disnes, dan masih banyak lagi. Perusahaan-perusahaan itu umumnya dimiliki oleh kaum Yahudi.
Tampaknya, jika kaum triliuner Yahudi harus menyokong ekonomi Israel, bukanlah perkara berat. Yahudi merupakan kaum yang memiliki triliuner paling banyak di dunia dan kekayaannya paling gede di kolong langit.
Forbes pada Fabruari lalu mengungkap, ada 267 orang Yahudi yang masuk dalam daftar orang terkaya di dunia. Mereka berasal dari berbagai negara dan juga bidang usaha.
Miliarder Yahudi "paling miskin" memiliki kekayaan USD1 miliar atau sekitar Rp15,5 triliun. Sedangkan yang paling tajir, kekayaannya menembus USD102,9 miliar atau Rp1.543,5 triliun.
Jika ditotal, harta kekayaan pengusaha Yahudi itu menembus USD1.802,85 miliar. Kalau dirupiahkan sekitar Rp27.000 triliun. Sekali lagi, jumlah itu mengacu pada data Forbes yang rilis di Februari, bukan real time billionaire list.
Kebanyakan orang kaya Yahudi itu didominasi warga Amerika Serikat. Dari 10 yang masuk daftar teratas, tujuh di antaranya bermukim di AS. Tiga orang lagi di Inggris dan Perancis.
Orang-orang super kaya Yahudi memiliki beberapa perusahaan global. Sebut saja, Larry Ellison yang merupakan pemilik Oracle dan mengantongi kekayaan sebesar USD102,9 miliar atau Rp1.543,5 triliun. Lalu ada Larry Page yang mendirikan Google dengan kekayaan USD85,2 miliar atau Rp1.278 triliun.
Nama-nama lain yang tak kalah mentereng dan menjadi pemilik perusahaan global adalah Michael Bloomberg, Michael Dell (Dell Technologies), dan Mark Zuckerberg (Facebook/Meta).
Jika kaum miliarder Yahudi di seluruh dunia bersatu menggalangan dukungan buat Israel, apakah ekonomi negara itu bisa terhindar dari kebangkrutan?
(uka)