Bukti Nyata, Ekonomi Israel Babak Belur Perang dengan Hamas

Selasa, 28 November 2023 - 13:40 WIB
loading...
Bukti Nyata, Ekonomi Israel Babak Belur Perang dengan Hamas
Konflik bersenjata terburuk di Israel dalam setengah abad terakhir telah mengoyak perekonomian dengan melumpuhkan banyak bisnis. FOTO/Reuters
A A A
JAKARTA - Konflik bersenjata terburuk di Israel dalam setengah abad terakhir telah mengoyak perekonomian dengan melumpuhkan banyak bisnis dan mengguncang permintaan konsumen. Bank Sentral Israel memaparkan penilaian yang paling rinci mengenai implikasi-implikasi ekonomi dari perang dengan Hamas saat mengumumkan penundaan penurunan suku bunga demi menstabilkan pasar.

Sebuah pandangan terbaru dari departemen riset bank tersebut menempatkan rugi kotor konflik terhadap Israel sebesar 198 miliar shekel atau USD53 miliar dengan pengeluaran pertahanan yang terdiri dari lebih dari separuh dari total keseluruhan.



Biaya fiskal perang sebelumnya diperkirakan mencapai 180 miliar shekel pada 2023-2024 oleh Leader Capital Markets, dengan Kementerian Keuangan mengatakan bahwa perang ini merugikan ekonomi hampir USD270 juta per hari. Tim riset internal Bank of Israel juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonominya, dan sekarang memperkirakan produk domestik bruto (PDB) tumbuh 2% tahun ini dan tahun depan turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,3% pada tahun 2023 dan 2,8% pada tahun 2024.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memproyeksikan PDB yang sama untuk tahun ini tetapi melihat kenaikan yang sedikit lebih lemah di masa mendatang. Bersamaan dengan itu, komite moneter mempertahankan suku bunga acuan pada 4,75%, sejalan dengan semua perkiraan. Shekel diperdagangkan lebih kuat terhadap dolar setelah pengumuman tersebut.

Berbicara setelah keputusan tersebut, Gubernur Bank Isarel Amir Yaron memperingatkan konsekuensi fiskal dari perang akan berlangsung dalam jangka menengah dan mendesak kehati-hatian dari pemerintah saat mereka menyusun anggaran baru.

"Bersamaan dengan kebutuhan untuk memberikan tanggapan anggaran terhadap kebutuhan yang diciptakan oleh perang, di masa darurat juga sangat penting untuk mempertahankan kerangka kerja fiskal yang bertanggung jawab," kata dia dikutip dari Hindustantimes, Selasa (28/11/2023).

"Penting bagi pemerintah untuk memangkas pengeluaran-pengeluaran baru yang sifatnya berkepanjangan."

Sebuah perdebatan sedang berlangsung di Israel mengenai perubahan pada anggarannya saat ini, dengan para pejabat bank sentral baru-baru ini mengkritik keengganan pemerintah yang berkuasa untuk membatalkan pengeluaran untuk program-program keagamaan dan permukiman Tepi Barat pada saat pemerintah berada di bawah tekanan untuk mengumpulkan dana guna membiayai upaya perang.

Konflik bersenjata terburuk di Israel menguras pasar tenaga kerja setelah serangan Hamas dari Gaza pada 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang. Kabinet dijadwalkan bertemu pada hari Senin untuk membahas rencana fiskal yang direvisi untuk tahun 2023 yang akan meningkatkan pengeluaran sebesar 30 miliar shekel, yang sebagian besar akan didanai oleh utang.

Sementara, ketegangan mengenai alokasi khusus telah meningkat, antara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan saingan politiknya, mantan Menteri Pertahanan Benny Gantz, yang baru-baru ini membentuk pemerintahan persatuan nasional selama perang.

Gantz mengatakan bahwa partainya harus mempertimbangkan langkah-langkah ke depan jika pembiayaan diskresioner tetap ada dalam anggaran yang baru.



Ketidaksepakatan tersebut dapat menjadi penghalang bagi penurunan suku bunga awal tahun depan, menurut kepala ekonom pasar Mizrahi Tefahot Bank, Ronen Menahem. Hal itu menandakan keengganan pemerintah untuk mengubah prioritas politiknya demi disiplin fiskal yang lebih besar dan fokus pada kebijakan-kebijakan yang meningkatkan pertumbuhan, ujarnya.

Dalam sebuah pernyataan yang menyertai keputusan bank sentral pada hari Senin, para pembuat kebijakan mengulangi hampir kata demi kata panduan mereka dari bulan lalu, dengan mengatakan bahwa fokusnya adalah menstabilkan pasar dan mengurangi ketidakpastian, di samping stabilitas harga dan mendukung aktivitas ekonomi.

"Sejauh stabilitas baru-baru ini di pasar keuangan mengakar dan lingkungan inflasi terus moderat menuju kisaran target, kebijakan moneter akan dapat lebih fokus untuk mendukung aktivitas ekonomi," kata laporan bank sentral.
(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1299 seconds (0.1#10.140)