Banking Consumer Megashifts
loading...
A
A
A
Di tengah maraknya e-commerce pascapandemi, bank harus agresif menjalankan strategi “open banking” dengan berkolaborasi dengan pelaku e-commerce mendukung transaksi konsumen. Kolaborasi ini dilakukan dengan membuka akses application programming interfaces (APIs), e-commerce atau third-party service providers untuk mendukung layanan transaksi dan keuangan lainnya.
Open banking bakal menjadi sumber inovasi produk dan layanan bagi bank yang paling hot di era pandemi. Namun, ingat, masalah privacy juga akan menjadi persoalan pelik bagi nasabah. Karena itu, di era open banking kepercayaan konsumen menjadi krusial. Customer trust is king.
#4. Consumers Are in FEAR: Declining Income, Savings, and Spending
Di tengah krisis pandemi Covid-19, orang mengalami kekacauan mental healthiness dan well-being sehingga menjalani hari-hari dalam ketakutan. Takut akan krisis ekonomi, takut kehilangan pekerjaan, takut tak mampu bayar utang, hingga takut terenggut nyawa.
Pesimisme, kecemasan, dan ketakutan berdampak pada konsumen mengurangi spending: belanja non-essential goods, durable goods, dan liburan dipangkas bahkan stop. Di tengah krisis, konsumen cenderung saving, itu sebabnya sekarang DPK (dana pihak ketiga) bank meningkat. Namun, dengan berkepanjangannya krisis, bahkan resesi, saving ujung-ujungnya juga akan berkurang ketika income turun. Alarm bagi bank.
#5. In Time of Recession, Customers Want FLEXIBILITY and SECURITY
Di ambang resesi, rumah tangga, perusahaan kecil-menengah, bahkan korporasi besar akan mengalami kesulitan keuangan yang fatal, bahkan gulung tikar. Dampaknya bisa diduga mereka kesulitan membayar cicilan dan ujung-ujungnya non-performing loan (NPL) bank melonjak. (Baca juga: Pemerintah Membolehkan Sekolah Tatap Muka di Zona Kuning)
Dalam kondisi demikian, yang dibutuhkan nasabah adalah flexibility dan security. Mereka butuh keringanan dan kelonggaran terkait penurunan suku bunga, perpanjangan jangka waktu kredit, pengurangan tunggakan bunga/pokok kredit, hingga kemudahan mendapatkan fasilitas kredit agar kondisi keuangan dan bisnis mereka membaik kembali.
Tapi, tentu saja itu tak bisa dilakukan secara sembrono. Bank harus tahu persoalan unik dari masing-masing nasabah dan mampu menyelesaikan persoalan tersebut bersama-sama secara efektif. Ketika nasabah sakit, bank harus bisa menjadi dokter yang mumpuni.
#7. Welcome CASHLESS society
Open banking bakal menjadi sumber inovasi produk dan layanan bagi bank yang paling hot di era pandemi. Namun, ingat, masalah privacy juga akan menjadi persoalan pelik bagi nasabah. Karena itu, di era open banking kepercayaan konsumen menjadi krusial. Customer trust is king.
#4. Consumers Are in FEAR: Declining Income, Savings, and Spending
Di tengah krisis pandemi Covid-19, orang mengalami kekacauan mental healthiness dan well-being sehingga menjalani hari-hari dalam ketakutan. Takut akan krisis ekonomi, takut kehilangan pekerjaan, takut tak mampu bayar utang, hingga takut terenggut nyawa.
Pesimisme, kecemasan, dan ketakutan berdampak pada konsumen mengurangi spending: belanja non-essential goods, durable goods, dan liburan dipangkas bahkan stop. Di tengah krisis, konsumen cenderung saving, itu sebabnya sekarang DPK (dana pihak ketiga) bank meningkat. Namun, dengan berkepanjangannya krisis, bahkan resesi, saving ujung-ujungnya juga akan berkurang ketika income turun. Alarm bagi bank.
#5. In Time of Recession, Customers Want FLEXIBILITY and SECURITY
Di ambang resesi, rumah tangga, perusahaan kecil-menengah, bahkan korporasi besar akan mengalami kesulitan keuangan yang fatal, bahkan gulung tikar. Dampaknya bisa diduga mereka kesulitan membayar cicilan dan ujung-ujungnya non-performing loan (NPL) bank melonjak. (Baca juga: Pemerintah Membolehkan Sekolah Tatap Muka di Zona Kuning)
Dalam kondisi demikian, yang dibutuhkan nasabah adalah flexibility dan security. Mereka butuh keringanan dan kelonggaran terkait penurunan suku bunga, perpanjangan jangka waktu kredit, pengurangan tunggakan bunga/pokok kredit, hingga kemudahan mendapatkan fasilitas kredit agar kondisi keuangan dan bisnis mereka membaik kembali.
Tapi, tentu saja itu tak bisa dilakukan secara sembrono. Bank harus tahu persoalan unik dari masing-masing nasabah dan mampu menyelesaikan persoalan tersebut bersama-sama secara efektif. Ketika nasabah sakit, bank harus bisa menjadi dokter yang mumpuni.
#7. Welcome CASHLESS society