Negosiasi Panjang Sri Lanka dan China Soal Perdagangan Bebas

Minggu, 04 Februari 2018 - 19:11 WIB
Negosiasi Panjang Sri Lanka dan China Soal Perdagangan Bebas
Negosiasi Panjang Sri Lanka dan China Soal Perdagangan Bebas
A A A
BEIJING - Sri Lanka menginginkan perpanjangan negosiasi terkait perjanjian perdagangan bebas dengan China, lantaran prihatin akan dampak ekonomi dari kesepakatan tersebut terhadap negara kecil mereka, apabila diputuskan secara terburu-buru. Hal ini disampaikan oleh dua besar Sri Lanka untuk China seperti dilansir Reuters, Minggu (4/2/2018).

(Baca Juga: Diprotes, China Pede Zona Industri Investor di Sri Lanka Berlanjut
Telah muncul kekhawatiran di negara Asia Selatan itu mengenaik investasi China yang merupakan bagian penting dari inisiatif Beijing Belt and Road untuk kembali menciptakan jalur perdagangan modern di seluruh Asia. Sebelumnya ratusan warga Sri Lanka memprotes langkah China yang ingin membentuk zona industri investasi China dengan alasan mereka tidak ingin dipindahkan.

Penolakan tersebut untuk pertama kalinya terhadap investasi China di Sri Lanka yang berbuntut hingga terjadinya bentrokan. Berbicara di sela-sela resepsi hari kemerdekaan di kedutaan Sri Lanka di Beijing, Duta Besar Karunasena Kodituwakku mengatakan bahwa sebuah kesepakatan perdagangan bebas dengan China tidak dapat dilewati begitu saja.

"Kami ingin prosesnya sedikit lebih lama, sedangkan China ingin mendapatkannya lebih cepat. Alasannya karena Sri Lanka merupakan ekonomi kecil, sehingga kita harus mendapatkan konsensus dari para pemangku kepentingan. Tapi akhirnya kita akan menandatangani kesepakatan," ucap Kodituwakku kepada Reuters.

Sri Lanka sendiri bulan lalu menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Singapura, namun ekonomi Singapura tidak serumit China, terang Kodituwakku. "Impor China sangat penting bagi Sri Lanka, namun membuka semuanya dalam waktu singkat dapat membuat beberapa masalah bagi perusahaan lokal. Karena itu kita harus menyeimbangkannya," sambung dia

Lebih lanjut diterangkan Sri Lanka juga telah mencoba untuk mendapatkan investasi untuk bandara di ujung selatannya, di Mattala, yang dibangun dengan biaya sebesar USD253 juta oleh China, yang juga menyediakan dana sebesar USD230 juta. Tidak diragukan lagi itu gajah putih. Ini masih gajah putih, "kata Kodituwakku.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6723 seconds (0.1#10.140)