Menyita Aset Rusia Akan Jadi Bencana buat Dolar AS, Peraih Nobel Ekonomi Memperingatkan
loading...
A
A
A
MOSKOW - Posisi dolar Amerika Serikat (USD) sebagai mata uang cadangan akan terancam jika Barat menyita aset Rusia yang dibekukan untuk membantu Ukraina. Hal ini disampaikan oleh pemenang Hadiah Nobel dan profesor Universitas Yale, Robert Shiller dalam sebuah wawancara dengan La Repubblica.
Menurut Shiller, menyita aset akan memberi alasan bagi komunitas global untuk meragukan mata uang AS. Terutama bagi negara-negara yang mengubah tabungan mereka menjadi dolar dan dengan demikian mempercayakan di tangan Paman Sam -julukan AS-.
Ada anggapan jika Amerika melakukan ini ke Rusia hari ini ... Maka besok bisa melakukan ini kepada siapa saja. Ini akan menghancurkan lingkaran keamanan yang mengelilingi dolar dan akan menjadi langkah pertama menuju dedolarisasi.
"Banyak orang semakin percaya diri condong ke arah, dari China ke negara-negara berkembang, belum lagi Rusia sendiri," ucap ekonom memperingatkan.
"Saya tidak bisa meyakinkan diri sendiri bahwa ini (penyitaan aset Rusia) adalah cara yang benar," jelasnya.
"Selain fakta bahwa ini akan menjadi konfirmasi bagi pemimpin Rusia bahwa apa yang terjadi di Ukraina adalah perang proksi, itu bisa secara paradoks berbalik melawan Amerika dan seluruh Barat," ungkap Shiller menjelaskan.
Ia menambahkan bahwa situasinya kemungkinan akan berubah menjadi "bencana bagi sistem ekonomi yang didominasi dolar saat ini," terangnya.
Secara keseluruhan dia mengatakan, bahwa untuk sementara menyoroti beberapa landasan moral saat menggunakan aset Rusia untuk membantu Ukraina. Menurutnya ada terlalu banyak risiko dan "terlalu banyak hal yang tidak diketahui" sehubungan dengan dampak dari tindakan semacam itu.
Shiller dikenal karena penelitiannya di pasar keuangan, inovasi keuangan, ekonomi perilaku, ekonomi makro, dan real estat. Pada tahun 2011, ia dinobatkan sebagai salah satu dari '50 Orang Paling Berpengaruh' di bidang Keuangan Global, dan pada tahun 2013, ia menerima Hadiah Nobel di bidang Ekonomi untuk analisis empirisnya tentang harga aset pada tahun 2013.
Uni Eropa, AS, dan sekutu mereka telah membekukan sekitar USD300 miliar aset cadangan devisa Rusia sejak tahun lalu sebagai bagian dari kampanye sanksi atas konflik Ukraina. Negara- negara Barat telah mempertimbangkan cara-cara untuk menggunakan dana tersebut untuk membantu Ukraina selama lebih dari setahun.
Meskipun sejauh ini tidak ada rencana khusus yang diselesaikan, laporan media pekan lalu mengindikasikan AS baru-baru ini meningkatkan diskusi tentang masalah ini dengan sekutu-sekutunya. Washington dilaporkan ingin "melegalkan" penyitaan aset Rusia dengan mengakui negara-negara Barat sebagai pihak yang dirugikan dalam konflik Ukraina.
Rusia menganggap pembekuan awal asetnya dan rencana untuk menyitanya sebagai tindakan melanggar hukum. Berbicara kepada wartawan pekan lalu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov memperingatkan, bahwa setiap negara yang mempertimbangkan langkah itu harus memahami bahwa mereka akan menghadapi tanggapan langsung dari Moskow.
Menurut Shiller, menyita aset akan memberi alasan bagi komunitas global untuk meragukan mata uang AS. Terutama bagi negara-negara yang mengubah tabungan mereka menjadi dolar dan dengan demikian mempercayakan di tangan Paman Sam -julukan AS-.
Ada anggapan jika Amerika melakukan ini ke Rusia hari ini ... Maka besok bisa melakukan ini kepada siapa saja. Ini akan menghancurkan lingkaran keamanan yang mengelilingi dolar dan akan menjadi langkah pertama menuju dedolarisasi.
"Banyak orang semakin percaya diri condong ke arah, dari China ke negara-negara berkembang, belum lagi Rusia sendiri," ucap ekonom memperingatkan.
"Saya tidak bisa meyakinkan diri sendiri bahwa ini (penyitaan aset Rusia) adalah cara yang benar," jelasnya.
"Selain fakta bahwa ini akan menjadi konfirmasi bagi pemimpin Rusia bahwa apa yang terjadi di Ukraina adalah perang proksi, itu bisa secara paradoks berbalik melawan Amerika dan seluruh Barat," ungkap Shiller menjelaskan.
Ia menambahkan bahwa situasinya kemungkinan akan berubah menjadi "bencana bagi sistem ekonomi yang didominasi dolar saat ini," terangnya.
Secara keseluruhan dia mengatakan, bahwa untuk sementara menyoroti beberapa landasan moral saat menggunakan aset Rusia untuk membantu Ukraina. Menurutnya ada terlalu banyak risiko dan "terlalu banyak hal yang tidak diketahui" sehubungan dengan dampak dari tindakan semacam itu.
Shiller dikenal karena penelitiannya di pasar keuangan, inovasi keuangan, ekonomi perilaku, ekonomi makro, dan real estat. Pada tahun 2011, ia dinobatkan sebagai salah satu dari '50 Orang Paling Berpengaruh' di bidang Keuangan Global, dan pada tahun 2013, ia menerima Hadiah Nobel di bidang Ekonomi untuk analisis empirisnya tentang harga aset pada tahun 2013.
Uni Eropa, AS, dan sekutu mereka telah membekukan sekitar USD300 miliar aset cadangan devisa Rusia sejak tahun lalu sebagai bagian dari kampanye sanksi atas konflik Ukraina. Negara- negara Barat telah mempertimbangkan cara-cara untuk menggunakan dana tersebut untuk membantu Ukraina selama lebih dari setahun.
Meskipun sejauh ini tidak ada rencana khusus yang diselesaikan, laporan media pekan lalu mengindikasikan AS baru-baru ini meningkatkan diskusi tentang masalah ini dengan sekutu-sekutunya. Washington dilaporkan ingin "melegalkan" penyitaan aset Rusia dengan mengakui negara-negara Barat sebagai pihak yang dirugikan dalam konflik Ukraina.
Rusia menganggap pembekuan awal asetnya dan rencana untuk menyitanya sebagai tindakan melanggar hukum. Berbicara kepada wartawan pekan lalu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov memperingatkan, bahwa setiap negara yang mempertimbangkan langkah itu harus memahami bahwa mereka akan menghadapi tanggapan langsung dari Moskow.
(akr)