10 Alasan Ekonomi Rusia Tumbuh Tinggi Atasi Sanksi Barat
loading...
A
A
A
6. Kegagalan Barat membatasi harga minyak Rusia
Batasan harga yang diberlakukan oleh negara-negara G7 dan UE terhadap penjualan minyak melalui laut Rusia sebagian besar telah gagal, karena pendapatan ekspor Moskow lebih tinggi dibandingkan sebelum konflik Ukraina. Mekanisme tersebut melarang perusahaan-perusahaan Barat memberikan asuransi dan layanan lainnya terhadap pengiriman minyak mentah Rusia kecuali jika kargo tersebut dibeli pada atau di bawah batas harga USD60 per barel. Pembatasan serupa diberlakukan pada bulan Februari untuk ekspor produk minyak bumi Rusia. Langkah-langkah tersebut dimaksudkan untuk mengurangi keuntungan energi Moskow secara signifikan. Namun, minyak Rusia secara konsisten terjual di atas batas buatan, dan pendapatan negara pun melonjak. Selain itu, studi terbaru yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA) dilaporkan menemukan bahwa sekitar 48% kargo minyak Rusia diangkut dengan kapal tanker yang dimiliki atau diasuransikan di negara-negara G7 dan UE.
7.Alihkan perdagangan ke Timur
Rusia terus melakukan reorientasi perdagangan dan bisnis ke Asia dan Timur Tengah, dan menjauh dari Barat. Negara ini telah menjadi pemasok minyak terbesar ke China dan India, serta eksportir Eropa terbesar ke China secara keseluruhan. Perdagangan dengan negara-negara Asia meningkat pesat, meskipun ada sanksi dari Barat. Statistik dari Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa 60% ekspor negara tersebut kini ditujukan ke Asia.
Pada saat yang sama, perdagangan Rusia dengan negara-negara yang "tidak bersahabat" yang mendukung sanksi telah menurun tiga kali lipat sejak tahun 2021, dan berada di jalur penurunan lebih lanjut. Jajak pendapat menunjukkan bahwa mayoritas warga Rusia menyetujui perubahan arah ke arah timur, sementara para ahli menyebutnya sebagai proses yang tidak dapat diubah.
8. De-dolarisasi dan perdagangan mata uang nasional
Tren global yang menggunakan mata uang nasional dalam perdagangan dibandingkan dolar AS mulai mendapatkan momentumnya tahun ini, setelah sanksi terkait Ukraina membuat Rusia terputus dari sistem keuangan Barat dan membekukan cadangan devisanya. Moskow telah mengurangi ketergantungannya pada dolar dan euro dalam perdagangan luar negeri, dan mulai menggunakan mata uang nasionalnya, rubel, dengan lebih aktif. Yuan China dan rupee India juga menjadi pemain utama dalam perdagangan eksternal Rusia, karena pembatasan di Barat telah meningkatkan penggunaannya dengan mengorbankan dolar AS dan euro. Meningkatnya penggunaan mata uang nasional oleh negara-negara BRICS kemungkinan akan mempercepat de-dolarisasi.
9. Berkurangnya peran negara-negara Barat dan bangkitnya negara-negara Selatan
Proses global redistribusi kekuasaan sudah berlangsung, kata para ahli, seraya mencatat bahwa Asia, Afrika, dan Amerika Selatan kini menjadi penyeimbang yang penting terhadap menurunnya dominasi Barat. Rusia terus mengembangkan hubungan dengan negara-negara di Timur dan Selatan dalam beberapa tahun terakhir, dan prosesnya semakin cepat karena sanksi Barat terhadap Moskow.
10. Anggaran "Kemenangan" untuk tahun 2024-2026
Pemerintah Rusia mengatakan fokus utamanya selama tiga tahun ke depan adalah mendanai militernya guna membantu mencapai kemenangan dalam konflik Ukraina. Meskipun demikian, pihak berwenang tidak berencana untuk mengingkari komitmen kebijakan sosial mereka. Menurut Kementerian Keuangan, sekitar 10-11% anggaran akan dialokasikan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Moskow berencana mengalokasikan sekitar $86 miliar untuk belanja kesejahteraan pada tahun 2024, dan angka tersebut diproyeksikan akan tetap pada tingkat yang sama selama dua tahun berikutnya. Pemerintah menyatakan tujuannya adalah untuk memenuhi seluruh kewajiban kepada masyarakat, dan melancarkan roda perekonomian.
Batasan harga yang diberlakukan oleh negara-negara G7 dan UE terhadap penjualan minyak melalui laut Rusia sebagian besar telah gagal, karena pendapatan ekspor Moskow lebih tinggi dibandingkan sebelum konflik Ukraina. Mekanisme tersebut melarang perusahaan-perusahaan Barat memberikan asuransi dan layanan lainnya terhadap pengiriman minyak mentah Rusia kecuali jika kargo tersebut dibeli pada atau di bawah batas harga USD60 per barel. Pembatasan serupa diberlakukan pada bulan Februari untuk ekspor produk minyak bumi Rusia. Langkah-langkah tersebut dimaksudkan untuk mengurangi keuntungan energi Moskow secara signifikan. Namun, minyak Rusia secara konsisten terjual di atas batas buatan, dan pendapatan negara pun melonjak. Selain itu, studi terbaru yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA) dilaporkan menemukan bahwa sekitar 48% kargo minyak Rusia diangkut dengan kapal tanker yang dimiliki atau diasuransikan di negara-negara G7 dan UE.
7.Alihkan perdagangan ke Timur
Rusia terus melakukan reorientasi perdagangan dan bisnis ke Asia dan Timur Tengah, dan menjauh dari Barat. Negara ini telah menjadi pemasok minyak terbesar ke China dan India, serta eksportir Eropa terbesar ke China secara keseluruhan. Perdagangan dengan negara-negara Asia meningkat pesat, meskipun ada sanksi dari Barat. Statistik dari Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa 60% ekspor negara tersebut kini ditujukan ke Asia.
Pada saat yang sama, perdagangan Rusia dengan negara-negara yang "tidak bersahabat" yang mendukung sanksi telah menurun tiga kali lipat sejak tahun 2021, dan berada di jalur penurunan lebih lanjut. Jajak pendapat menunjukkan bahwa mayoritas warga Rusia menyetujui perubahan arah ke arah timur, sementara para ahli menyebutnya sebagai proses yang tidak dapat diubah.
8. De-dolarisasi dan perdagangan mata uang nasional
Tren global yang menggunakan mata uang nasional dalam perdagangan dibandingkan dolar AS mulai mendapatkan momentumnya tahun ini, setelah sanksi terkait Ukraina membuat Rusia terputus dari sistem keuangan Barat dan membekukan cadangan devisanya. Moskow telah mengurangi ketergantungannya pada dolar dan euro dalam perdagangan luar negeri, dan mulai menggunakan mata uang nasionalnya, rubel, dengan lebih aktif. Yuan China dan rupee India juga menjadi pemain utama dalam perdagangan eksternal Rusia, karena pembatasan di Barat telah meningkatkan penggunaannya dengan mengorbankan dolar AS dan euro. Meningkatnya penggunaan mata uang nasional oleh negara-negara BRICS kemungkinan akan mempercepat de-dolarisasi.
9. Berkurangnya peran negara-negara Barat dan bangkitnya negara-negara Selatan
Proses global redistribusi kekuasaan sudah berlangsung, kata para ahli, seraya mencatat bahwa Asia, Afrika, dan Amerika Selatan kini menjadi penyeimbang yang penting terhadap menurunnya dominasi Barat. Rusia terus mengembangkan hubungan dengan negara-negara di Timur dan Selatan dalam beberapa tahun terakhir, dan prosesnya semakin cepat karena sanksi Barat terhadap Moskow.
10. Anggaran "Kemenangan" untuk tahun 2024-2026
Pemerintah Rusia mengatakan fokus utamanya selama tiga tahun ke depan adalah mendanai militernya guna membantu mencapai kemenangan dalam konflik Ukraina. Meskipun demikian, pihak berwenang tidak berencana untuk mengingkari komitmen kebijakan sosial mereka. Menurut Kementerian Keuangan, sekitar 10-11% anggaran akan dialokasikan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Moskow berencana mengalokasikan sekitar $86 miliar untuk belanja kesejahteraan pada tahun 2024, dan angka tersebut diproyeksikan akan tetap pada tingkat yang sama selama dua tahun berikutnya. Pemerintah menyatakan tujuannya adalah untuk memenuhi seluruh kewajiban kepada masyarakat, dan melancarkan roda perekonomian.
(fjo)