9 Alasan Kenapa Kekuatan BRICS Bakal Berlipat Ganda

Senin, 15 Januari 2024 - 11:46 WIB
loading...
9 Alasan Kenapa Kekuatan BRICS Bakal Berlipat Ganda
Kelompok negara-negara berkembang yang tergabung dalam BRICS (akronim dari Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan) telah menjelma menjadi pengendali pemberi pinjaman multilateral. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Kelompok negara- negara berkembang yang tergabung dalam BRICS (akronim dari Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan) telah menjelma menjadi pengendali pemberi pinjaman multilateral. Kekuatan BRICS diproyeksikan bakal berlipat ganda pada tahun baru 2024.

Bergabungnya beberapa produsen energi terbesar di dunia, ditambah konsumen terbesar di antara negara berkembang berpotensi meningkatkan pengaruh BRICS di tengah dominasi Amerika Serikat (AS) . Berikut 9 alasan kenapa dominasi BRICS bakal semakin besar di tahun ini.

1. Anggota Baru BRICS


Arab Saudi, Iran, Uni Emirat Arab, Ethiopia dan Mesir menerima undangan untuk bergabung masuk BRICS mulai 1 Januari 2024. Argentina juga diundang, tetapi Presiden Javier Milei yang mulai menjabat pada 10 Desember, memutuskan menolak untuk bergabung.



Selama kampanye, Javier Milei telah lama mengindikasikan bakal mengarahkan kebijakan luar negeri negaranya menjauh dari China dan Brasil, dengan mengatakan, "Keselarasan geopolitik kami adalah dengan Amerika Serikat dan Israel. Kami tidak akan bersekutu dengan komunis."

2. Dorongan Ekspansi


Ada dorongan ekspansi yang intens dilontarkan oleh China, dimana mereka tengah berusaha untuk meningkatkan pengaruh globalnya, dan hal itu mendapat dukungan dari Rusia dan Afrika Selatan. Di sisi lain ada kekhawatiran dari China bahwa membesarnya BRICS akan mengubah kelompok tersebut menjadi corong China, sedangkan Brazil cemas akan mengasingkan Barat.

3. Efek Positif Ekspansi BRICS buat Dunia


Bertambahnya negara-negara produsen utama bahan bakar fosil, dapat memberikan kekuatan lebih besar buat BRICS untuk menantang dominasi dolar AS (USD) dalam perdagangan minyak dan gas dengan beralih ke mata uang lain. Sebuah konsep yang disebut dedolarisasi.

Namun ekspansi "lebih banyak tentang politik dan kurang tentang ekonomi," menurut analis di Bloomberg Economics.



Aliansi yang diperbesar dapat menjadi penyeimbang bagi G7 (Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan AS). BRICS mendorong langkah menuju dunia yang lebih 'multipolar' – dan jauh dari dominasi AS pasca-Perang Dingin.

4. Apa yang dilakukan BRICS?


Kekuatan terbesar BRICS adalah keuangan. Negara-negara yang tergabung dalam group ini sepakat untuk mengumpulkan USD100 miliar sebagai cadangan mata uang asing, yang dapat mereka pinjamkan satu sama lain ketika berada dalam kondisi darurat.

Fasilitas likuiditas itu mulai beroperasi pada tahun 2016. Mereka mendirikan New Development Bank – sebuah lembaga yang terinspirasi dari Bank Dunia yang telah menyetujui pinjaman hampir USD33 miliar – terutama untuk air, transportasi dan proyek infrastruktur lainnya – sejak mulai beroperasi pada tahun 2015.

(Afrika Selatan meminjam USD1 miliar pada tahun 2020 untuk memerangi pandemi Covid-19.) Sebagai perbandingan, Bank Dunia berkomitmen, mengucurkan USD70,8 miliar untuk negara-negara mitra pada tahun fiskal 2022.

5. Mengubah Hubungan Perdagangan


Perdagangan di antara 5 anggota pertama blok itu melonjak 56% menjadi USD422 miliar di antara periode tahun 2017 dan 2022. Secara ekonomi, sumber daya alam dan produk pertanian Brasil dan Rusia menjadikannya mitra alami untuk permintaan China.

Sementara itu India dan China memiliki hubungan perdagangan yang lebih lemah satu sama lain, sebagian karena persaingan geopolitik mereka dan sengketa perbatasan.

6. Kesamaan Visi Anggota BRICS


"BRIC" diciptakan pada tahun 2001 oleh ekonom Jim O'Neill, yang kemudian di Goldman Sachs Group Inc., untuk menarik perhatian pertumbuhan ekonomi yang kuat di Brasil, Rusia, India dan China. Istilah ini dimaksudkan sebagai skenario optimis bagi investor di tengah pesimisme pasar menyusul serangan teroris di AS pada 11 September tahun itu.

Keempat negara kemudian mengambil konsep tersebut dan menjalankannya. Pertumbuhan mereka yang cepat pada saat itu, membuatnya memiliki minat dan tantangan yang sama, dan menggabungkan suara mereka dapat meningkatkan pengaruh.

Pertemuan pertama para menteri luar negeri BRIC diselenggarakan oleh Rusia di sela-sela Majelis Umum PBB pada tahun 2006. Kelompok ini mengadakan pertemuan puncak pemimpin pertamanya pada tahun 2009. Afrika Selatan diundang untuk bergabung pada tahun 2010.

7. Ekonomi BRICS


Posisi China dengan produk domestik bruto (PDB) yang dominan, seharusnya memberikan pengaruh paling besar di dalam BRICS. Dalam praktiknya, India yang baru-baru ini melampaui China dalam hal populasi, telah menjadi penyeimbang.

BRICS belum sepenuhnya mendukung upaya China membangun infrastruktur masif secara global atau yang dikenal dengan sebutan Belt and Road Initiative (jalur sutra modern). Hal itu karena India cenderung menolak langkah tersebut, lantara berada di wilayah sengketa yang dikuasai oleh Pakistan yang merupakan negara tetangga sekaligus saingan beratnya.

New Development Bank tidak memiliki pemegang saham dominan: Beijing menyetujui kepemilikan yang sama untuk setiap anggota yang diusulkan oleh New Delhi. Bank ini berkantor pusat di Shanghai, tetapi dipimpin oleh orang India dan dua orang Brasil, yang terakhir mantan Presiden Dilma Rousseff.

8. Apakah Invasi Rusia ke Ukraina Mempengaruhi BRICS?


Negara-negara BRICS mengadopsi sikap netral terhadap perang, mereka melihatnya lebih sebagai masalah regional daripada krisis global. Namun, perang mengubah hubungan Rusia dengan lembaga-lembaga BRICS.

New Development Bank dengan cepat membekukan proyek-proyek Rusia, dan Moskow belum dapat mengakses dolar melalui sistem mata uang asing bersama BRICS. Pada dasarnya, dengan sanksi AS yang menumpuk, negara-negara BRICS lainnya memprioritaskan akses berkelanjutan ke sistem keuangan berbasis dolar daripada membantu Rusia.

9. Apakah Investor Masih Tertarik dengan BRICS?


Masih ada minat yang kuat di pasar negara berkembang. Tetapi BRICS tidak relevan sebagai tema investasi saat ini karena perubahan geopolitik dan lintasan ekonomi anggota yang berbeda. Kecuali untuk India, BRICS dinilai tidak berdampak signifikan bari pasar negara berkembang lainnya dalam lima tahun terakhir.

Sanksi yang dipimpin AS telah membuat Rusia terlarang bagi sebagian besar investor asing, dan beberapa sektor di China – terutama perusahaan teknologi – juga telah dikenai sanksi atau menghadapi larangan investasi potensial.

China sedang menghadapi perlambatan struktural, saat semakin terpisah dari pasar negara berkembang lainnya. Ekonomi Brasil melambat tajam setelah berakhirnya ledakan komoditas global sekitar satu dekade lalu.

Afrika Selatan telah mengalami pemadaman listrik bergilir selama bertahun-tahun, karena utilitas negara tidak dapat menghasilkan listrik yang cukup untuk memenuhi permintaan, serta kemacetan logistik. Sedangkan India merupakan kisah tentang pertumbuhan, meski tidak jelas apakah dapat mengikuti model manufaktur yang dipimpin China.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1793 seconds (0.1#10.140)