10 Tahun Lagi, Oxfam Sebut Bakal Lahir Orang Terkaya Pertama dengan Harta Triliunan Dolar

Selasa, 16 Januari 2024 - 12:47 WIB
loading...
10 Tahun Lagi, Oxfam...
Dalam kurun waktu 10 tahun dari sekarang, organisasi amal Oxfam International menyebutkan, bakal muncul triliuner pertama di dunia atau orang terkaya dengan harta mencapai triliunan dolar. Foto/Dok
A A A
DAVOS - Dalam kurun waktu 10 tahun dari sekarang, organisasi amal Oxfam International menyebutkan, bakal muncul triliuner pertama di dunia atau orang terkaya dengan harta mencapai triliunan dolar. Hal ini diungkapkan Oxfam International dalam laporan evaluasi tahunannya mengenai kesenjangan global.

Laporan tersebut diungkapkan bertepatan dengan pertemuan elit politik dan pemimpin bisnis dunia dalam World Economic Forum's (WEF) 2024 di Davos, Swiss. Baca Juga: Orang Terkaya Dunia Makin Tajir di 2023, Harta Elon Musk Bertambah Rp1.500 Triliun

Oxfam, yang selama bertahun-tahun mencoba menyoroti kesenjangan yang semakin lebar antara orang- orang super kaya dan sebagian besar penduduk dunia selama pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia, menilai kesenjangan telah menjadi “sangat masif” sejak pandemi COVID-19.



Organisasi itu mengungkapkan, bahwa kekayaan lima orang terkaya di dunia melonjak 114% secara riil sejak tahun 2020 ketika dunia tertatih-tatih dihantam Pandemu. Mereka adalah CEO Tesla Elon Musk, Bernard Arnault dan keluarganya yang merupakan pemilik perusahaan barang-barang mewah LVMH, pendiri Amazon Jeff Bezos, pendiri Oracle Larry Ellison, dan pakar investasi Warren Buffett.

Direktur Eksekutif Sementara Oxfam, Amitabh Behar mengatakan, bahwa laporan tersebut menunjukkan bahwa dunia sedang memasuki “dekade yang penuh perpecahan”.

"Kami memiliki lima miliarder teratas, mereka telah menggandakan kekayaan. Di sisi lain, hampir 5 miliar orang telah menjadi lebih miskin," kata Amitabh Behar dalam sebuah wawancara di Davos, Swiss.

“Tidak lama lagi, Oxfam memprediksi bahwa dunia akan memiliki seorang triliuner dalam satu dekade ke depan,” ujar Behar, merujuk pada seseorang yang memiliki kekayaan seribu miliar dolar.

“Padahal dibutuhkan waktu lebih dari 200 tahun untuk mengentaskan kemiskinan," ungkapnya.

Jika seseorang berhasil meraup kekayaan triliunan dolar, dan bisa jadi orang itu bahkan belum masuk ke dalam daftar orang terkaya saat ini, maka kekayaannya akan menyamai Arab Saudi, sebuah negara yang kaya minyak.

John D. Rockefeller, pemilik perusahaan Standard Oil, dianggap sebagai miliarder pertama di dunia pada tahun 1916. Manurut Oxfam, saat ini Elon Musk adalah orang terkaya di planet ini, dengan kekayaan pribadi yang mencapai hampir USD250 miliar (sekitar Rp3.887 triliun).

Sebaliknya, organisasi itu mengatakan, hampir 5 miliar orang telah menjadi lebih miskin sejak pandemi, dengan banyak negara berkembang di dunia tidak dapat memberikan dukungan keuangan yang dapat diberikan oleh negara-negara kaya selama kebijakan lockdown.

Selain itu, Oxfam mengatakan perang Rusia ke Ukraina sejak Februari 2022, telah membuat harga energi dan pangan melonjak. Pada akhirnya berdampak buruk terhadap negara-negara termiskin di dunia.

Dengan Brasil menjadi tuan rumah KTT G 20 tahun ini dari negara-negara industri dan berkembang terkemuka, Lawson mengatakan, itu adalah "saat yang tepat bagi Oxfam untuk meningkatkan kesadaran" tentang ketidaksetaraan. Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva telah menempatkan isu-isu yang menjadi perhatian negara berkembang di jantung agenda G20.

Oxfam juga menyampaikan bahwa untuk “memberantas kesenjangan” diperlukan langkah-langkah seperti menerapkan pajak permanen bagi orang-orang terkaya di setiap negara, pajak yang lebih efektif bagi perusahaan-perusahaan besar dan upaya-upaya yang diperbaharui dan lebih kuat untuk melawan penghindaran pajak.

Dalam melakukan penghitungan kekayaan lima miliarder teratas dunia, Oxfam menggunakan data dari laporan majalah Forbes per November 2023. Total kekayaan kelimanya saat itu adalah USD869 miliar (sekitar Rp13.513 triliun); naik 155% dari USD340 miliar (sekitar Rp5.287 triliun) sejak Maret 2020.

Untuk 60% populasi global terbawah, Oxfam menggunakan angka dari UBS Global Wealth Report 2023 dan dari Credit Suisse Global Wealth Databook 2019. Keduanya menggunakan metodologi yang sama.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1703 seconds (0.1#10.140)