Efek Krisis Laut Merah Dinilai Lebih Buruk dari Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Krisis yang tengah berlangsung terhadap pelayaran di Laut Merah dinilai lebih merusak bagi rantai pasokan global dibandingkan dampak pandemi Covid-19. Penilaian itu didasarkan pada analisis data yang dilakukan perusahaan penasihat maritim, Sea-Intelligence.
Sea-Intelligence menganalisis penundaan kapal saat ini dibandingkan dengan penundaan yang terjadi beberapa tahun terakhir. Statistik yang dikeluarkan pada Kamis (18/1) lalu menunjukkan bahwa transit yang lebih lama di sekitar Tanjung Harapan di Afrika bagian selatan akibat beralihnya kapal-kapal dari Laut Merah sudah berdampak lebih signifikan bagi ketersediaan kapal untuk mengambil kontainer di pelabuhan dibandingkan selama periode Covid-19.
Menurut laporan tersebut, penurunan kapasitas kapal saat ini merupakan yang terbesar kedua dalam beberapa tahun terakhir. Satu-satunya peristiwa dengan dampak yang lebih besar dari krisis saat ini adalah terblokirnya Terusan Suez oleh kapal kontainer Ever Given yang kandas selama 6 hari pada Maret tahun lalu.
Menurut CNBC, Sea-Intelligence dan organisasi maritim lainnya memperkirakan sekitar 10% armada dunia saat ini tidak beroperasi. "Jika kapal tambahan dikerahkan, hal ini dapat memperbaiki ketidakseimbangan ketersediaan kapal dan meningkatkan kepastian jadwal kapal," tulis outlet tersebut.
Meningkatnya risiko serangan di Laut Merah telah memaksa perusahaan pelayaran besar menghindari Terusan Suez, rute kargo tercepat dari Asia ke Eropa. Jalur laut ini biasanya mencakup 15% pelayaran komersial dunia.
Kelompok Houthi yang berbasis di Yaman telah melakukan puluhan serangan drone dan rudal di Laut Merah sejak awal perang Israel-Hamas Oktober lalu. Kelompok tersebut berjanji akan melanjutkan aksi mereka sampai konflik berakhir dan blokade Israel terhadap Gaza dicabut.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah melancarkan kampanye pengeboman di Yaman dengan tujuan melindungi perdagangan maritim di Laut Merah. Namun, hal itu tak mengendurkan perlawanan dan serangan kelompok Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Setelah serangan udara Barat, juru bicara Houthi mengumumkan bahwa sebuah kapal Amerika menjadi sasaran mereka. Minggu ini, kelompok tersebut mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap kapal kargo milik AS Genco Picardy.
Lihat Juga: Senjata Makan Tuan, Kapal Perang AS Tembak Jatuh Jet Tempur F/A-18 Amerika di Laut Merah
Sea-Intelligence menganalisis penundaan kapal saat ini dibandingkan dengan penundaan yang terjadi beberapa tahun terakhir. Statistik yang dikeluarkan pada Kamis (18/1) lalu menunjukkan bahwa transit yang lebih lama di sekitar Tanjung Harapan di Afrika bagian selatan akibat beralihnya kapal-kapal dari Laut Merah sudah berdampak lebih signifikan bagi ketersediaan kapal untuk mengambil kontainer di pelabuhan dibandingkan selama periode Covid-19.
Menurut laporan tersebut, penurunan kapasitas kapal saat ini merupakan yang terbesar kedua dalam beberapa tahun terakhir. Satu-satunya peristiwa dengan dampak yang lebih besar dari krisis saat ini adalah terblokirnya Terusan Suez oleh kapal kontainer Ever Given yang kandas selama 6 hari pada Maret tahun lalu.
Menurut CNBC, Sea-Intelligence dan organisasi maritim lainnya memperkirakan sekitar 10% armada dunia saat ini tidak beroperasi. "Jika kapal tambahan dikerahkan, hal ini dapat memperbaiki ketidakseimbangan ketersediaan kapal dan meningkatkan kepastian jadwal kapal," tulis outlet tersebut.
Meningkatnya risiko serangan di Laut Merah telah memaksa perusahaan pelayaran besar menghindari Terusan Suez, rute kargo tercepat dari Asia ke Eropa. Jalur laut ini biasanya mencakup 15% pelayaran komersial dunia.
Kelompok Houthi yang berbasis di Yaman telah melakukan puluhan serangan drone dan rudal di Laut Merah sejak awal perang Israel-Hamas Oktober lalu. Kelompok tersebut berjanji akan melanjutkan aksi mereka sampai konflik berakhir dan blokade Israel terhadap Gaza dicabut.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah melancarkan kampanye pengeboman di Yaman dengan tujuan melindungi perdagangan maritim di Laut Merah. Namun, hal itu tak mengendurkan perlawanan dan serangan kelompok Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Setelah serangan udara Barat, juru bicara Houthi mengumumkan bahwa sebuah kapal Amerika menjadi sasaran mereka. Minggu ini, kelompok tersebut mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap kapal kargo milik AS Genco Picardy.
Lihat Juga: Senjata Makan Tuan, Kapal Perang AS Tembak Jatuh Jet Tempur F/A-18 Amerika di Laut Merah
(fjo)