Bulog Akan Impor 600.000 Ton Beras Hingga Maret, Bersamaan Musim Panen

Sabtu, 10 Februari 2024 - 13:38 WIB
loading...
Bulog Akan Impor 600.000 Ton Beras Hingga Maret, Bersamaan Musim Panen
Bulog akan mengimpor 600.000 ton beras hingga Maret, berbarengan dengan dimulainya panen musim tanam I 2024. FOTO/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Bulog telah mendapatkan restu dari pemerintah untuk mengimpor sebanyak 600.000 ton beras hingga bulan Maret 2024. Di saat bersamaan, bulan Maret mendatang juga mulai memasuki musim panen dari musim tanam (MT) I 2024.

General Manager Unit Bisnis Bulog Sentra Niaga Topan Ruspayandi menjelaskan, 600.000 ton beras ini terdiri dari 100.000 ton sisa kuota impor pada akhir Desember 2023 yang belum terealisasi, dan 500.000 ton lagi merupakan izin impor baru yang dikeluarkan oleh pemerintah dan sudah mendapatkan kontrak impor.



"Untuk izin (impor) di tahun 2024, kita kemarin baru saja 2 minggu yang lalu, kita mengundang puluhan eksportir dari negara produsen beras, kita sudah berkontrak 500.000 ton, dan itu kita targetnya akhir maret sudah masuk semua, jadi 100.000 ton sisa 2023 dan 500.000 ton baru kontrak," papar Topan dalam FGD (Forum Group Discussion) di Jakarta, Jumat (9/2/2024).

Kebijakan importasi ini menurutnya dalam rangka menjaga cadangan pangan pemerintah agar mampu menjaga stabilitas harga pangan di pasar. Sambil berjalan, kata dia, Bulog juga tengah memenuhi lelang izin impor di 2024. "Tahun ini kita menghadapi tantangan yang luar biasa besar untuk produksi padi, dan pangan yang lain," tuturnya.

Terkait waktu impor dan masa panen yang bersamaan, Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan, ketika beras impor masuk dan pada saat yang sama panen tiba, maka suplai otomatis akan melimpah. Hal itu akan membentuk harga jual yang murah yang merugikan petani.



"Kenapa petani tetap miskin, karena dia hanya punya pendapatan saat panen, kehidupan sehari hari dari utang, dia terjebak dalam debt interlock. Jadi dia tidak punya penghasilan sehari hari-hari dia utang dari warung, ketika panen dia memberikan hasil panen kepada tengkulak, gimana mau kaya?" kata Esther.

Esther menambahkan, para petani juga tidak bisa menyimpan uang hasil panen dikarenakan jumlah yang diterima tidak lebih banyak. Di samping untuk memenuhi biaya hidup, petani juga harus melunasi utangnya.

"Petani yang bisa sustain yang punya penghasilan lain, misalnya dari tukang ojek, kemudian dari pegawai, jadi dia dapat memenuhi kebutuhan sehari hari dari ojek, nanti ketika panen dia bisa saving, dia bisa hidup. Tapi kalau hanya petani, itu menurut pengamatan saya tidak punya saving karena harus bayar utang," cetusnya.
(fjo)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2263 seconds (0.1#10.140)