Semakin Berkembang, Pertagas Lirik Potensi Bisnis Baru
loading...
A
A
A
JAKARTA - Setelah 16 tahun berkiprah di sektor midstream dan downstream migas, PT Pertamina Gas (Pertagas), bagian dari Subholding Gas Pertamina, akan mulai mengembangkan potensi bisnis baru. Pertagas juga berkomitmen untuk ikut berperan dalam menyukseskan target Net Zero Emission (NZE).
Sekretaris Perusahaan Pertagas Muhammad Baron mengatakan, sebagai perusahaan infrastruktur dalam bidang transisi energi, Pertagas berencana mengembangkan potensi bisnis baru melalui pengembangan produk petrokimia dan bidang clean energy.
"Hal ini dalam rangka ikut serta berperan menyukseskan Net Zero Emission, yakni di antaranya pengelolaan limbah kelapa sawit menjadi biomethane atau bioethanol, hydrogen, ammonia, carbon pipeline dan CCUS," ujar Baron di sela Peringatan Ulang Tahun Pertagas ke-17 di Jakarta, Jumat (23/2/2024).
Baron mengungkapkan selain segmen bisnis transportasi gas dan minyak, niaga gas, pemrosesan dan regasifikasi gas, Pertagas juga akan mengembangkan bisnis lain, seperti pembangunan infrastruktur pipanisasi energi, pengembangan infrastruktur gasifikasi kelistrikan, pengelolaan limbah kelapa sawit menjadi biomethane atau bioethanol.
Tak hanya itu, Pertagas juga akan mengembangkan pembangunan infrastruktur untuk gray/green/blue hydrogen dan green/blue ammonia, hingga infrastruktur pendukung carbon capture utilization & storage (CCUS) gas yang memiliki peranan penting dalam transisi energi, mempertimbangkan jumlah emisi yang dihasilkan lebih rendah dibanding sumber energi lain, seperti minyak dan batu bara.
"Hal ini menjadi hal yang positif bagi Pertagas mengingat Indonesia masih memiliki cadangan gas yang cukup besar. Namun demikian, Pertagas juga telah memiliki rencana jangka panjang dalam pengembangan bisnis clean energy," tuturnya.
Pertagas didirikan pada 23 Februari 2007 untuk memenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 dan adanya peningkatan kebutuhan komoditas gas di Indonesia sebagai alternatif energi pengganti bahan bakar minyak yang ramah lingkungan, sekaligus memberikan nilai tambah pengusahaan gas. Sejauh ini, Pertagas telah memantapkan posisinya sebagai perusahaan infrastruktur energi terdepan.
Pertagas mencatatkan aset di sektor midstream hingga downstream, di antaranya adalah pipa transmisi gas, transmisi minyak, pemrosesan gas, regasifikasi LNG dan infrastruktur pendukung penyaluran energi lainnya di Indonesia. Pertagas telah membangun dan mengelola pipa transmisi gas sepanjang lebih dari 2.809 km, pipa minyak 605 km, dua LPG Plant dengan kapasitas 1130 ton per hari, terminal regasifikasi dengan kapasitas 400 BBtud dan LNG Hub dengan kapasitas 127.000 M3.
"Pertagas juga telah membangun Pipa Minyak Rokan dan telah mengalirkan minyak, serta telah melaksanakan commissioning Pipa Gas Senipah-Balikpapan," tambah Baron.
Sekretaris Perusahaan Pertagas Muhammad Baron mengatakan, sebagai perusahaan infrastruktur dalam bidang transisi energi, Pertagas berencana mengembangkan potensi bisnis baru melalui pengembangan produk petrokimia dan bidang clean energy.
"Hal ini dalam rangka ikut serta berperan menyukseskan Net Zero Emission, yakni di antaranya pengelolaan limbah kelapa sawit menjadi biomethane atau bioethanol, hydrogen, ammonia, carbon pipeline dan CCUS," ujar Baron di sela Peringatan Ulang Tahun Pertagas ke-17 di Jakarta, Jumat (23/2/2024).
Baron mengungkapkan selain segmen bisnis transportasi gas dan minyak, niaga gas, pemrosesan dan regasifikasi gas, Pertagas juga akan mengembangkan bisnis lain, seperti pembangunan infrastruktur pipanisasi energi, pengembangan infrastruktur gasifikasi kelistrikan, pengelolaan limbah kelapa sawit menjadi biomethane atau bioethanol.
Tak hanya itu, Pertagas juga akan mengembangkan pembangunan infrastruktur untuk gray/green/blue hydrogen dan green/blue ammonia, hingga infrastruktur pendukung carbon capture utilization & storage (CCUS) gas yang memiliki peranan penting dalam transisi energi, mempertimbangkan jumlah emisi yang dihasilkan lebih rendah dibanding sumber energi lain, seperti minyak dan batu bara.
"Hal ini menjadi hal yang positif bagi Pertagas mengingat Indonesia masih memiliki cadangan gas yang cukup besar. Namun demikian, Pertagas juga telah memiliki rencana jangka panjang dalam pengembangan bisnis clean energy," tuturnya.
Pertagas didirikan pada 23 Februari 2007 untuk memenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 dan adanya peningkatan kebutuhan komoditas gas di Indonesia sebagai alternatif energi pengganti bahan bakar minyak yang ramah lingkungan, sekaligus memberikan nilai tambah pengusahaan gas. Sejauh ini, Pertagas telah memantapkan posisinya sebagai perusahaan infrastruktur energi terdepan.
Pertagas mencatatkan aset di sektor midstream hingga downstream, di antaranya adalah pipa transmisi gas, transmisi minyak, pemrosesan gas, regasifikasi LNG dan infrastruktur pendukung penyaluran energi lainnya di Indonesia. Pertagas telah membangun dan mengelola pipa transmisi gas sepanjang lebih dari 2.809 km, pipa minyak 605 km, dua LPG Plant dengan kapasitas 1130 ton per hari, terminal regasifikasi dengan kapasitas 400 BBtud dan LNG Hub dengan kapasitas 127.000 M3.
"Pertagas juga telah membangun Pipa Minyak Rokan dan telah mengalirkan minyak, serta telah melaksanakan commissioning Pipa Gas Senipah-Balikpapan," tambah Baron.