Deretan Negara dengan Ekonomi Terbesar yang Terkena Resesi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonomi global saat ini masih penuh ketidakpastian, dimana Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat, perlambatan ekonomi pasca pandemi Covid-19 masih akan berlanjut di sepanjang tahun 2024. Jepang dan Inggris, dua negara industri maju anggota G-7, sudah masuk zona resesi .
Masih menurut IMF, kecenderungan melambannya pertumbuhan ekonomi juga masih akan terjadi di beberapa negara lain, termasuk China dan Amerika Serikat (AS). Tahun ini, IMF memperkirakan ekonomi AS hanya tumbuh 1,6% atau turun dari pertumbuhan 2023 yang 2%.
Sedangkan ekonomi China per 2024 diperkirakan tumbuh 4,5% atau turun dari pertumbuhan 2023 yang tercatat lima persen. Selain itu Bank Sentral Jerman, Deutsche Bundesbank dalam laporan bulanan memprediksi perekonomian Jerman dibayangi resesi karena permintaan eksternal yang melemah, konsumen lebih berhati-hati dan investasi dalam negeri terhambat tingginya biaya pinjaman.
Kecenderungan perekonomian global yang sedang tidak baik-baik saja saat ini hendaknya diwaspadai. Apalagi ketika perekonomian Jepang dan Inggris sudah masuk zona resesi.
Karena dua kuartal berturut-turut tumbuh negatif, Jepang secara teknis telah resmi masuk zona resesi. Perekonomian Jepang dilaporkan alami kontraksi (penurunan) 0,4% pada kuartal IV 2023, setelah sebelumnya mengalami kontraksi 3,3% pada kuartal III 2023.
Selain inflasi yang relatif tinggi, faktor lain yang menyebabkan menurunnya kinerja perekonomian Jepang adalah terus melemahnya konsumsi dalam negeri.
Perekonomian Inggris juga dilaporkan alami kontraksi pada kuartal III dan IV tahun 2023. Ekonomi Inggris mengalami kesulitan untuk pulih dari dampak yang disebabkan oleh Pandemi Covid-19, terutama karena naiknya harga energi. Terpantau banyak laporan tentang meningkatnya jumlah warga miskin di Inggris.
Inggris berada dalam resesi jika PDB turun selama dua periode tiga bulan berturut-turut – yang dikenal sebagai triwulan. Angka terbaru menunjukkan bahwa perekonomian menyusut 0,3% antara Oktober dan Desember 2023.
Hal ini terjadi setelah sebelumnya juga terjadi penurunan sebesar 0,1% antara bulan Juli dan September dan berarti perekonomian mengalami resesi pada akhir tahun 2023.
Resesi terakhir dirasakan Inggris terjadi pada tahun 2020 lalu, saat puncak pandemi virus corona. Penurunan tersebut hanya berlangsung selama enam bulan, meskipun ada penurunan sebesar 20,4% yang tercatat antara bulan April dan Juni 2020, dimana merupakan penurunan terbesar yang pernah tercatat.
Selain itu resesi sebelumnya yang dialami Inggris dimulai pada tahun 2008 sebagai akibat dari krisis keuangan global, dan berlangsung selama lima kuartal, atau 15 bulan. Inggris telah menjadi salah satu anggota terlemah dalam kelompok G7 -negara dengan perekonomian terbesar di dunia-.
Ekonomi Global Tak Baik-baik Saja
Gejolak perekonomian global saat ini telah membawa beberapa negara tidak hanya Inggris dan Jepang masuk ke jurang resesi pada awal tahun 2024. Beberapa negara pun juga menyusul resesi Inggris dan Jepang.
Ada Denmark yang mengalami penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 0,3% pada kuartal ketiga, menyusul penurunan serupa pada kuartal sebelumnya. Penguatan sektor farmasi sebelumnya kuat telah menutupi kelemahan ekonomi di negara ini.
Lalu ada juga Finlandia mengalami resesi teknis karena PDB kuartal IV-2023 turun sebesar 0,4%, menandai penurunan 1,3% dari tahun ke tahun. Kuartal ketiga juga melemah sebesar 0,7%, menghasilkan penurunan 0,5% dari tahun ke tahun untuk keseluruhan 2023.
Beberapa negara Eropa lainnya merasakan hal serupa yakni Estonia, Irlandia, Luxembourg dan Moldova. Sementara dari benua Amerika, ada Peru yang memasuki resesi tahun ini karena El Nino, investasi swasta yang lebih rendah, dan efek yang tersisa dari protes pada akhir 2022 dan awal tahun ini menjadi penyebabnya.
Negeri Paman Sam -julukan AS- mencatat pertumbuhan minus hingga 32,9% pada kuartal II-2020. Makin parahnya pertumbuhan ekonomi di kuartal II lantas menyeret negeri adidaya itu dalam fase resesi, usai mencatatkan pertumbuhan negatif sebesar minus 5% pada kuartal I-2020.
Tercatat, kontraksi terjadi karena adanya penurunan tajam pada konsumsi rumah tangga, ekspor, produksi, investasi, serta belanja pemerintah lokal maupun negara bagian.
Satu lagi negara maju yang goyah dihantam Pandemi adalah Jerman, dimana perekonomiannya mengalami kontraksi paling tajam pada kuartal II-2020. Ini menyusul pertumbuhan ekonomi minus yang telah dialami Jerman pada kuartal I-2020.
Dilansir dari Reuters, Kantor Statistik Federal Jerman menyatakan, pertumbuhan ekonomi Jerman minus 10,1% pada kuartal II-2020. Sedangkan pada tiga bulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Jerman dilaporkan minus %.
Angka pada kuartal II-2020 tersebut merupakan yang terendah sejak Kantor Statistik Federal mengumpulkan data pertumbuhan ekonomi Jerman per kuartal pada tahun 1970.
Pertumbuhan ekonomi Perancis pada kuartal II tahun 2020 tercatat minus 13,8%. Sebelumnya pada kuartal I tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Perancis minus 5,9%.
Dengan begitu, Perancis resmi masuk dalam jurang resesi. Pelemahan ekonomi di Perancis ini terjadi di antaranya karena menyusutnya konsumsi rumah tangga, investasi, dan perdagangan akibat lockdown mencegah penyebaran virus corona.
Pertumbuhan ekonomi Italia sudah minus 2 kuartal berturut-turut. Pada kuartal II-2020, ekonomi Italia terkontraksi hingga minus 17,3%. Sementara di kuartal I-2020, ekonomi Italia sudah minus 5,5%.
Menurut Badan Statistik Spanyol, negara ini telah memasuki fase resesi ekonomi usai PDB kuartal II 2020 turun hingga 18,5%. Secara kuartalan, pertumbuhan minus ini merupakan rekor pertumbuhan ekonomi terburuk. Di kuartal I 2020, ekonomi Spanyol juga anjlok hingga 5,2%.
Pada akhir tahun 2020, tercatat ada 14 negara mengonfirmasi terjadinya resesi akibat pandemi Covid-19.
Lihat Juga: PPN Naik Jadi 12% Berlaku di 2025, Ini Daftar Barang dan Jasa Terdampak dan Tak Terdampak
Masih menurut IMF, kecenderungan melambannya pertumbuhan ekonomi juga masih akan terjadi di beberapa negara lain, termasuk China dan Amerika Serikat (AS). Tahun ini, IMF memperkirakan ekonomi AS hanya tumbuh 1,6% atau turun dari pertumbuhan 2023 yang 2%.
Sedangkan ekonomi China per 2024 diperkirakan tumbuh 4,5% atau turun dari pertumbuhan 2023 yang tercatat lima persen. Selain itu Bank Sentral Jerman, Deutsche Bundesbank dalam laporan bulanan memprediksi perekonomian Jerman dibayangi resesi karena permintaan eksternal yang melemah, konsumen lebih berhati-hati dan investasi dalam negeri terhambat tingginya biaya pinjaman.
Kecenderungan perekonomian global yang sedang tidak baik-baik saja saat ini hendaknya diwaspadai. Apalagi ketika perekonomian Jepang dan Inggris sudah masuk zona resesi.
Berikut deretan negara dengan ekonomi terbesar yang terkena resesi di awal 2024.
1. Jepang
Karena dua kuartal berturut-turut tumbuh negatif, Jepang secara teknis telah resmi masuk zona resesi. Perekonomian Jepang dilaporkan alami kontraksi (penurunan) 0,4% pada kuartal IV 2023, setelah sebelumnya mengalami kontraksi 3,3% pada kuartal III 2023.
Selain inflasi yang relatif tinggi, faktor lain yang menyebabkan menurunnya kinerja perekonomian Jepang adalah terus melemahnya konsumsi dalam negeri.
2. Inggris
Perekonomian Inggris juga dilaporkan alami kontraksi pada kuartal III dan IV tahun 2023. Ekonomi Inggris mengalami kesulitan untuk pulih dari dampak yang disebabkan oleh Pandemi Covid-19, terutama karena naiknya harga energi. Terpantau banyak laporan tentang meningkatnya jumlah warga miskin di Inggris.
Inggris berada dalam resesi jika PDB turun selama dua periode tiga bulan berturut-turut – yang dikenal sebagai triwulan. Angka terbaru menunjukkan bahwa perekonomian menyusut 0,3% antara Oktober dan Desember 2023.
Hal ini terjadi setelah sebelumnya juga terjadi penurunan sebesar 0,1% antara bulan Juli dan September dan berarti perekonomian mengalami resesi pada akhir tahun 2023.
Resesi terakhir dirasakan Inggris terjadi pada tahun 2020 lalu, saat puncak pandemi virus corona. Penurunan tersebut hanya berlangsung selama enam bulan, meskipun ada penurunan sebesar 20,4% yang tercatat antara bulan April dan Juni 2020, dimana merupakan penurunan terbesar yang pernah tercatat.
Selain itu resesi sebelumnya yang dialami Inggris dimulai pada tahun 2008 sebagai akibat dari krisis keuangan global, dan berlangsung selama lima kuartal, atau 15 bulan. Inggris telah menjadi salah satu anggota terlemah dalam kelompok G7 -negara dengan perekonomian terbesar di dunia-.
Ekonomi Global Tak Baik-baik Saja
Gejolak perekonomian global saat ini telah membawa beberapa negara tidak hanya Inggris dan Jepang masuk ke jurang resesi pada awal tahun 2024. Beberapa negara pun juga menyusul resesi Inggris dan Jepang.
Ada Denmark yang mengalami penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 0,3% pada kuartal ketiga, menyusul penurunan serupa pada kuartal sebelumnya. Penguatan sektor farmasi sebelumnya kuat telah menutupi kelemahan ekonomi di negara ini.
Lalu ada juga Finlandia mengalami resesi teknis karena PDB kuartal IV-2023 turun sebesar 0,4%, menandai penurunan 1,3% dari tahun ke tahun. Kuartal ketiga juga melemah sebesar 0,7%, menghasilkan penurunan 0,5% dari tahun ke tahun untuk keseluruhan 2023.
Beberapa negara Eropa lainnya merasakan hal serupa yakni Estonia, Irlandia, Luxembourg dan Moldova. Sementara dari benua Amerika, ada Peru yang memasuki resesi tahun ini karena El Nino, investasi swasta yang lebih rendah, dan efek yang tersisa dari protes pada akhir 2022 dan awal tahun ini menjadi penyebabnya.
Resesi Covid-19
Saat pandemi Covid-19 melanda dunia, beberapa negara maju tidak lolos dari resesi. Resesi dapat diartikan sebagai pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kuartal berturut-turut. Apabila pertumbuhan negatif berlangsung lama, maka negara tersebut masuk dalam fase depresi.Amerika Serikat
Negeri Paman Sam -julukan AS- mencatat pertumbuhan minus hingga 32,9% pada kuartal II-2020. Makin parahnya pertumbuhan ekonomi di kuartal II lantas menyeret negeri adidaya itu dalam fase resesi, usai mencatatkan pertumbuhan negatif sebesar minus 5% pada kuartal I-2020.
Tercatat, kontraksi terjadi karena adanya penurunan tajam pada konsumsi rumah tangga, ekspor, produksi, investasi, serta belanja pemerintah lokal maupun negara bagian.
Jerman
Satu lagi negara maju yang goyah dihantam Pandemi adalah Jerman, dimana perekonomiannya mengalami kontraksi paling tajam pada kuartal II-2020. Ini menyusul pertumbuhan ekonomi minus yang telah dialami Jerman pada kuartal I-2020.
Dilansir dari Reuters, Kantor Statistik Federal Jerman menyatakan, pertumbuhan ekonomi Jerman minus 10,1% pada kuartal II-2020. Sedangkan pada tiga bulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Jerman dilaporkan minus %.
Angka pada kuartal II-2020 tersebut merupakan yang terendah sejak Kantor Statistik Federal mengumpulkan data pertumbuhan ekonomi Jerman per kuartal pada tahun 1970.
Prancis
Pertumbuhan ekonomi Perancis pada kuartal II tahun 2020 tercatat minus 13,8%. Sebelumnya pada kuartal I tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Perancis minus 5,9%.
Dengan begitu, Perancis resmi masuk dalam jurang resesi. Pelemahan ekonomi di Perancis ini terjadi di antaranya karena menyusutnya konsumsi rumah tangga, investasi, dan perdagangan akibat lockdown mencegah penyebaran virus corona.
Italia
Pertumbuhan ekonomi Italia sudah minus 2 kuartal berturut-turut. Pada kuartal II-2020, ekonomi Italia terkontraksi hingga minus 17,3%. Sementara di kuartal I-2020, ekonomi Italia sudah minus 5,5%.
Spanyol
Menurut Badan Statistik Spanyol, negara ini telah memasuki fase resesi ekonomi usai PDB kuartal II 2020 turun hingga 18,5%. Secara kuartalan, pertumbuhan minus ini merupakan rekor pertumbuhan ekonomi terburuk. Di kuartal I 2020, ekonomi Spanyol juga anjlok hingga 5,2%.
Pada akhir tahun 2020, tercatat ada 14 negara mengonfirmasi terjadinya resesi akibat pandemi Covid-19.
Lihat Juga: PPN Naik Jadi 12% Berlaku di 2025, Ini Daftar Barang dan Jasa Terdampak dan Tak Terdampak
(akr)