Menadah Bunga dari Aset Beku Rusia Rp4 Kuadriliun, UE Kirim Duitnya ke Ukraina

Jum'at, 15 Maret 2024 - 13:59 WIB
loading...
Menadah Bunga dari Aset...
Komisi Eropa disebut bakal bergerak maju terkait dengan rencana menggunakan bunga yang diperoleh dari aset bank sentral Rusia yang dibekukan, untuk pemulihan Ukraina. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Komisi Eropa disebut bakal bergerak maju terkait dengan rencana menggunakan bunga yang diperoleh dari aset bank sentral Rusia yang dibekukan, untuk pemulihan Ukraina. Negara- negara Barat diketahui telah membekukan aset Rusia sekitar 260 miliar euro atau USD282 miliar (sekitar Rp4,43 kuadriliun) dalam bentuk surat berharga dan uang tunai, dimana lebih dari dua pertiganya berada di Uni Eropa (UE) .



Kini kabar terbaru dari aksi tersebut, Komisi Eropa untuk tahap pertama bakal mengirimkan dana sebesar USD3,2 miliar ke Kiev. Kucuran miliaran dolar didapatkan dari keuntungan yang dihasilkan oleh aset Rusia yang dibekukan di tengah berkurangnya dukungan keuangan dari AS.

Seperti dilansir Financial Times (FT), Brussels mempercepat keputusan untuk menadah bunga yang diperoleh dari aset yang dimiliki di clearinghouse Euroclear, mulai dari Februari dan seterusnya. Mengutip dari pejabat UE yang tidak ingin disebutkan namanya tersebut, pengiriman uang tahap pertama ke Kiev akan dilakukan pada awal Juli, mendatang.



Namun dengan catatan, Brussels harus dapat memperoleh persetujuan dari semua anggota blok. Proposal tersebut dilaporkan bakal disampaikan sebelum pertemuan puncak para pemimpin Uni Eropa minggu depan.

Dari total sekitar USD300 miliar aset milik bank sentral Rusia yang dibekukan oleh Barat sejak dimulainya konflik Ukraina dua tahun lalu. Lembaga kliring Euroclear yang berbasis di Brussels memegang sekitar USD205 miliar dan telah menghasilkan bunga hampir 4,4 miliar euro selama setahun terakhir.

Seperti dilaporkan FT, Brussels akan mengucurkan, pendapatan yang dihasilkan dari aset beku Rusia sekitar 2-3 miliar euro, tergantung pada suku bunga. Pejabat Uni Eropa memperkirakan, keuntungan secara keseluruhan yang berasal dari dana Rusia yang dipegang oleh Euroclear dapat mencapai 20 miliar euro pada tahun 2027.

Aksi memanfaatkan aset Rusia semakin intens dibahas, setelah paket bantuan Amerika ke Ukraina senilai USD60 miliar tertahan di kongres AS yang dipimpin Partai Republik. Kondisi ini mendorong Kiev untuk mencari alternatif donor, dalam upaya mendanai perangnya.

Sementara itu dikutip dari RT, Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen bulan lalu menyarankan menggunakan keuntungan yang didapatkan dari aset Rusia, untuk mengirim pasokan senjata ke Ukraina dibandingkan untuk rekonstruksi, seperti yang direncanakan semula.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell menerangkan, bahwa blok tersebut dapat menggunakan keuntungan tak terduga dari aset Rusia yang dibekukan untuk membeli senjata bagi Ukraina melalui Fasilitas Perdamaian Eropa, mekanisme di luar anggaran yang digunakan untuk menyalurkan senjata ke Ukraina.

Menurut FT, anggota blok saat ini sedang menegosiasikan dorongan 5 miliar euro dari dana tersebut, serta opsi untuk berinvestasi di industri pertahanan Ukraina.

Barat Terpecah

Sementara itu sejumlah negara Barat belum sepenuhnya satu suara, soal pengambilalihan aset beku Rusia untuk membantu Ukraina. Ketika AS dan Inggris mendukung penyitaan langsung aset, beberapa negara anggota Uni Eropa, termasuk Prancis dan Jerman, baru-baru ini memperingatkan bahwa langkah itu dapat berdampak negatif.

Efeknya dikhawatirkan bisa mempengaruhi stabilitas keuangan dan mengikis kepercayaan pada status euro sebagai mata uang cadangan.

Di sisi lain, Moskow memperingatkan bahwa mereka akan menanggapi dengan cara yang sama jika Barat masuk dengan ancaman menyita aset Rusia yang diblokir di luar negeri. Kementerian keuangan Rusia mengingatkan, di bulan Februari lalu bahwa negara-negara Barat masih memiliki kepemilikan aset di Rusia yang dapat terancam jika dana yang dibekukan direbut.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1764 seconds (0.1#10.140)