Israel Gagal Amankan Kontrak Gas Rp30,9 Triliun Imbas Perang Gaza
loading...
A
A
A
JAKARTA - BP dan perusahaan minyak yang dimiliki oleh Uni Emirat Arab (UEA) menunda pembicaraan terkait pembelian 50% saham NewMed Energy, produsen gas alam asal Israel . Pihak perusahaan menerangkan, kesepakatan senilai USD2 miliar atau setara Rp30,9 triliun (Kurs Rp15.462 per USD) terlalu berisiko karena perang Gaza masih berkecamuk.
NewMed Energy seperti dilansir CNN mengatakan, bahwa ketiga perusahaan telah sepakat untuk menangguhkan pembicaraan mengenai kesepakatan "karena ketidakpastian yang diciptakan oleh lingkungan eksternal."
BP dan perusahaan minyak negara Abu Dhabi, Adnoc telah "menegaskan kembali ... minat dalam transaksi yang diusulkan," tambahnya dalam sebuah pernyataan.
Meski begitu NewMed Energy tidak merinci kapan pembicaraan bakal dilanjutkan kembali. "Tidak ada kepastian bahwa diskusi akan dilanjutkan atau kesepakatan akan tercapai di masa depan, atau mengenai ketentuan kesepakatan jika tercapai," kata NewMed Energy.
BP menolak berkomentar selain mengkonfirmasi isi pernyataan NewMed. Hal serupa juga dilakukan Adnoc yang belum mengomentari seputar kontrak gas tersebut. Sementara itu pada tengah pekan kemarin, saham NewMed Energy turun sebanyak 7% di Tel Aviv.
Perkembangan ini menyoroti dampak perang di Gaza terhadap perusahaan yang melakukan bisnis di Timur Tengah. Beberapa brand Barat, termasuk Starbucks, McDonald's, KFC dan Pizza Hut, telah menghadapi boikot di wilayah tersebut oleh pelanggan yang menganggap mereka mendukung atau memiliki hubungan dengan perang Israel di Gaza.
Sebagai informasi, BP kurang dari setahun yang lalu, mengumumkan seputar investasi di NewMed Energy sebagai bagian dari rencana untuk membentuk usaha patungan dengan Adnoc. Perusahaan tersebut nantinya bakal mengekstraksi gas alam untuk kepentingan bersama, termasuk di Mediterania timur.
Rencana transaksi ini menjadi bukti, sebagai upaya Israel dan UEA memperkuat hubungan keuangan setelah normalisasi hubungan diplomatik pada tahun 2020. Akan tetapi perang telah membuat hubungan keduanya menjadi tegang, dan UEA telah berulang kali menyerukan "gencatan senjata" di Gaza.
NewMed Energy seperti dilansir CNN mengatakan, bahwa ketiga perusahaan telah sepakat untuk menangguhkan pembicaraan mengenai kesepakatan "karena ketidakpastian yang diciptakan oleh lingkungan eksternal."
BP dan perusahaan minyak negara Abu Dhabi, Adnoc telah "menegaskan kembali ... minat dalam transaksi yang diusulkan," tambahnya dalam sebuah pernyataan.
Meski begitu NewMed Energy tidak merinci kapan pembicaraan bakal dilanjutkan kembali. "Tidak ada kepastian bahwa diskusi akan dilanjutkan atau kesepakatan akan tercapai di masa depan, atau mengenai ketentuan kesepakatan jika tercapai," kata NewMed Energy.
BP menolak berkomentar selain mengkonfirmasi isi pernyataan NewMed. Hal serupa juga dilakukan Adnoc yang belum mengomentari seputar kontrak gas tersebut. Sementara itu pada tengah pekan kemarin, saham NewMed Energy turun sebanyak 7% di Tel Aviv.
Perkembangan ini menyoroti dampak perang di Gaza terhadap perusahaan yang melakukan bisnis di Timur Tengah. Beberapa brand Barat, termasuk Starbucks, McDonald's, KFC dan Pizza Hut, telah menghadapi boikot di wilayah tersebut oleh pelanggan yang menganggap mereka mendukung atau memiliki hubungan dengan perang Israel di Gaza.
Sebagai informasi, BP kurang dari setahun yang lalu, mengumumkan seputar investasi di NewMed Energy sebagai bagian dari rencana untuk membentuk usaha patungan dengan Adnoc. Perusahaan tersebut nantinya bakal mengekstraksi gas alam untuk kepentingan bersama, termasuk di Mediterania timur.
Rencana transaksi ini menjadi bukti, sebagai upaya Israel dan UEA memperkuat hubungan keuangan setelah normalisasi hubungan diplomatik pada tahun 2020. Akan tetapi perang telah membuat hubungan keduanya menjadi tegang, dan UEA telah berulang kali menyerukan "gencatan senjata" di Gaza.