Israel Tak Peduli Ekonomi Carut Marut Asal Menang Perang
loading...
A
A
A
ABU DHABI - Mengorbankan ekonomi, Israel bersikeras tetap ngotot dalam perang melawan Hamas di Gaza, hal ini disampaikan oleh Menteri Ekonomi dan Industri Nir Barkat pada awal pekan lalu. Seperti diketahui perekonomian Israel senilai lebih dari USD500 telah mengalami pukulan telak sebagai akibat dampak perang .
Dimana tercatat angkatan kerja Israel kehilangan ribuan orang yang dipaksa pergi dalam kebijakan wajib militer. Akan tetapi, Barkat yang dipandang sebagai kandidat potensial menggantikan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menjelaskan bahwa keamanan nasional tidak hanya penting tetapi juga vital bagi ekonomi Israel.
Ditanya soal risiko defisit perdagangan yang lebih besar dan penurunan peringkat lainnya bagi Israel, Barkat mengatakan kepada Reuters: "Dengar, kami berkomitmen untuk memenangkan perang. Kita akan memenangkan perang terlepas dari apa pun."
"Saya pikir ketika orang melihat ekonomi Israel, mereka ingin memastikan, pertama-tama, kami aman," katanya saat berkunjung ke Uni Emirat Arab untuk konferensi tingkat menteri Organisasi Perdagangan Dunia.
Barkat mengatakan, Israel akan melakukan pinjaman dalam waktu dekat. Pinjaman ini ditambah dengan dampak ekonomi dari perang, akan meningkatkan rasio utang terhadap produk domestik bruto – ukuran kemampuan Israel untuk membayar utangnya – dari 62% menjadi 70%, katanya.
Israel berencana menambah utang sekitar US$60 miliar atau sekitar Rp939 triliun, menunda perekrutan pegawai pemerintah, serta menaikkan pajak tahun ini. Langkah ini diambil untuk meningkatkan belanja pertahanan.
Tapi Barkat memperkirakan ekonomi pascaperang akan tumbuh, memperoleh keuntungan dari ledakan inovasi di sektor teknologi tinggi Israel yang merupakan kontributor utama bagi perekonomian.
Gubernur Bank of Israel, Amir Yaron juga menggarisbawahi, ketahanan ekonomi Israel setelah mempertahankan suku bunga stabil menyusul pemotongan seperempat poin pada bulan Januari.
Dia mengatakan bahwa sementara ada ketidakpastian atas sejauh mana efek perang dan durasi perang, ekonomi Israel "bertumpu pada fondasi yang kokoh dan tangguh", dan biasanya pulih setelah konflik militer dan "kembali dengan cepat menuju kemakmuran," klaimnya.
Lihat Juga: PPN Naik Jadi 12% Berlaku di 2025, Ini Daftar Barang dan Jasa Terdampak dan Tak Terdampak
Dimana tercatat angkatan kerja Israel kehilangan ribuan orang yang dipaksa pergi dalam kebijakan wajib militer. Akan tetapi, Barkat yang dipandang sebagai kandidat potensial menggantikan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menjelaskan bahwa keamanan nasional tidak hanya penting tetapi juga vital bagi ekonomi Israel.
Ditanya soal risiko defisit perdagangan yang lebih besar dan penurunan peringkat lainnya bagi Israel, Barkat mengatakan kepada Reuters: "Dengar, kami berkomitmen untuk memenangkan perang. Kita akan memenangkan perang terlepas dari apa pun."
"Saya pikir ketika orang melihat ekonomi Israel, mereka ingin memastikan, pertama-tama, kami aman," katanya saat berkunjung ke Uni Emirat Arab untuk konferensi tingkat menteri Organisasi Perdagangan Dunia.
Barkat mengatakan, Israel akan melakukan pinjaman dalam waktu dekat. Pinjaman ini ditambah dengan dampak ekonomi dari perang, akan meningkatkan rasio utang terhadap produk domestik bruto – ukuran kemampuan Israel untuk membayar utangnya – dari 62% menjadi 70%, katanya.
Israel berencana menambah utang sekitar US$60 miliar atau sekitar Rp939 triliun, menunda perekrutan pegawai pemerintah, serta menaikkan pajak tahun ini. Langkah ini diambil untuk meningkatkan belanja pertahanan.
Tapi Barkat memperkirakan ekonomi pascaperang akan tumbuh, memperoleh keuntungan dari ledakan inovasi di sektor teknologi tinggi Israel yang merupakan kontributor utama bagi perekonomian.
Gubernur Bank of Israel, Amir Yaron juga menggarisbawahi, ketahanan ekonomi Israel setelah mempertahankan suku bunga stabil menyusul pemotongan seperempat poin pada bulan Januari.
Dia mengatakan bahwa sementara ada ketidakpastian atas sejauh mana efek perang dan durasi perang, ekonomi Israel "bertumpu pada fondasi yang kokoh dan tangguh", dan biasanya pulih setelah konflik militer dan "kembali dengan cepat menuju kemakmuran," klaimnya.
Lihat Juga: PPN Naik Jadi 12% Berlaku di 2025, Ini Daftar Barang dan Jasa Terdampak dan Tak Terdampak
(akr)