Perusahaan Barat Ramai-ramai Tinggalkan Moskow, Rusia Kantongi Rp6 Triliun di 2024

Jum'at, 22 Maret 2024 - 06:00 WIB
loading...
Perusahaan Barat Ramai-ramai Tinggalkan Moskow, Rusia Kantongi Rp6 Triliun di 2024
Perusahaan asing yang meninggalkan Rusia telah memberikan kontribusi ke anggaran Kremlin sebesar 35,7 miliar rubel (USD385 juta atau setara Rp6 triliun dengan kurs Rp15.605 per USD) di sepanjang tahun 2024. Foto/Dok
A A A
MOSKOW - Perusahaan barat yang meninggalkan Rusia telah memberikan kontribusi ke anggaran Kremlin sebesar 35,7 miliar rubel (USD385 juta atau setara Rp6 triliun dengan kurs Rp15.605 per USD) di sepanjang tahun 2024 ini. Data tersebut tercatat sudah melampaui ekspektasi setahun penuh.



Sebelumnya Rusia terus memperketat persyaratan keluar untuk perusahaan yang pergi dari Moskow. Bagi perusahaan Barat yang meninggalkan Rusia harus mendapatkan persetujuan dari komisi pemerintah, lalu ada diskon 50% untuk setiap penjualan dan kontribusi terhadap anggaran federal setidaknya 10% dari harga jual.

Hal itu dijuluki oleh Washington sebagai 'pajak keluar' ketika pihak berwenang Rusia mewajibkan perusahaan asing yang keluar untuk membayar kontribusi sebesar 5% atau 10% dari nilai pasar. Sejak Desember 2022, Komisi Pemerintah Rusia telah mengenakan biaya kontribusi atas setiap perubahan kepemilikan anak perusahaan Rusia sebesar 10% dari harga transaksi.



Pada bulan Maret 2023, biayanya diubah menjadi 5% dari nilai pasar anak perusahaan Rusia. Biaya ini terkadang disebut sebagai "pajak keluar", namun secara teknis bukan pajak yang dipungut oleh Komisi Pemerintah Rusia.

Reuters melaporkan pada tahun lalu, bahwa beberapa perusahaan asing yang mencoba keluar dari Rusia, bakal dibebani lonjakan besar dalam hal biaya karena Moskow menuntut diskon yang lebih besar.

Harian RBC Rusia pertama kali melaporkan data pada hari Rabu, mencatat bahwa kenaikan kontribusi anggaran bikin biaya untuk keluar dari Rusia semakin tinggi. Bank sentral mengatakan, bahwa bank-bank Rusia telah meminjamkan sekitar 500 miliar rubel (USD5,4 miliar) untuk kebutuhan transaksi ysaat perusahaan asing keluar dari pasar pada akhir 2023.

Sebelumnya Pemerintah Rusia juga mengenakan kenaikan pajak bagi perusahaan besar di negara itu. Hal ini terjadi setelah negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin tersebut mengalami defisit keuangan yang cukup dalam setelah perang dengan Ukraina.

Rancangan undang-undang untuk mengenakan pajak rejeki tak terduga sebesar 10% pada perusahaan besar Rusia mendapatkan restu dari pemerintah. Peraturan ini menargetkan perusahaan yang setiap tahun menghasilkan lebih dari 1 miliar rubel atau Rp178 miliar.

Pada kuartal pertama 2023, Rusia membukukan defisit hampir 2,4 triliun rubel, berbalik tajam dari surplus lebih dari 1 triliun rubel pada kuartal pertama 2022. Negara ini membukukan penurunan pendapatan energi triwulanan sebesar 45% menjadi 1,64 triliun rubel, per data yang dirilis oleh Kementerian Keuangan Rusia pada 7 April.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1430 seconds (0.1#10.140)