Iran Serang Israel, Harga Minyak Bisa Mendidih Lampaui USD100 per Barel
loading...
A
A
A
Namun Tom Kloza, kepala analisis energi global di OPIS, sebuah perusahaan Dow Jones, mengatakan kepada MarketWatch bahwa sehubungan dengan Selat Hormuz, "tidak masuk akal bagi Iran untuk melakukan apa pun yang membahayakan aliran di sana atau yang dapat membatasi ekspor energi negara tersebut."
Sementara, dalam komentarnya melalui email, Rania Gule, analis pasar di XS.com, mengatakan bahwa jika Iran ikut berperang di Gaza, maka hal itu akan mengganggu rantai pasokan minyak secara signifikan. Sebagai produsen minyak terbesar ketiga di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), "keterlibatan langsung mereka dalam perang akan menyebabkan pergerakan signifikan di pasar minyak dan berdampak positif pada harga minyak."
Produksi Minyak Iran
Jay Hatfield, CEO di Infrastructure Capital Advisors menyebutkan, perubahan 1 juta barel dalam persamaan penawaran-permintaan akan menyebabkan pergerakan harga sebesar USD5 untuk menyeimbangkan pasar. Sementara, produksi Iran mencapai 3 juta barel per hari. "Akibatnya, jika seluruh produksi Iran terganggu, mungkin akan terjadi kenaikan harga minyak sebesar USD15 per barel," tuturnya.
Mengingat hal tersebut, gangguan pasokan seperti ini kemungkinan besar tidak akan diperhitungkan dalam pasar minyak, dan sebagian besar penguatan minyak baru-baru ini menurutnya didorong oleh faktor-faktor musiman.
Thummel dari Tortoise meyakini bahwa sudah ada sedikit premi risiko geopolitik – mungkin sekitar USD5 hingga USD7 – yang tertanam dalam harga minyak saat ini. Dia memperkirakan bahwa serangan oleh Iran dapat meningkatkan premi risiko sebesar USD5 hingga USD10 per barel, sehingga menyebabkan harga minyak untuk sementara mencapai USD100 per barel.
"Pengimbang dari semua ini adalah OPEC+ memiliki pasokan yang berarti yang dapat dibawa kembali ke pasar dalam waktu singkat," kata Thummel.
OPEC+ akan mengadakan pertemuan lagi pada tanggal 1 Juni dan diprediksi dapat menambah volume pasokan minyak global. Untuk saat ini, Hatfield yakin skenario yang paling mungkin terjadi adalah "tidak ada gangguan langsung terhadap pasokan Iran, yang akan mengurangi tekanan pada pasar minyak."
(fjo)