Dihantam Badai Pandemi, UMKM Diyakini Cepat Pulih

Selasa, 18 Agustus 2020 - 08:35 WIB
loading...
Dihantam Badai Pandemi, UMKM Diyakini Cepat Pulih
Foto/dok
A A A
JAKARTA - Peran usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Tidak hanya sebagai tulang punggung dalam menggerakkan roda ekonomi, UMKM juga berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja dan ekspor.

Pada saat krisis ekonomi 1998, UMKM tampil sebagai pahlawan. Kala itu, UMKM menjadi penyelamat ekonomi nasional ketika banyak usaha besar dan konglomerasi bertumbangan. Bahkan, nilai ekspor UMKM saat itu mampu meningkat hingga 350%.

Namun, kini kondisinya berbeda. Sejak kasus pertama Covid-19 dinyatakan masuk ke Indonesia pada awal Maret 2020, sektor UMKM merasakan dampak, baik dari sisi permintaan maupun pasokan. Mereka harus menghadapi anjloknya pemasaran akibat berkurangnya pembeli yang bertumpuk dengan terpukulnya daya beli masyarakat.

Berdasarkan data OECD (Organization for Economic Cooperation and Development), setelah September 2020 diperkirakan separuh dari pelaku UMKM di Indonesia akan gulung tikar akibat pandemi tersebut. Sementara jumlah UMKM pada 2019 mencapai 64,1 juta unit usaha atau 99,8% dari jumlah dunia usaha yang ada di Indonesia. (Baca: Bangun Jalan Tol terpanjang di Indonesia, Hutama Karya Pakai Produk Lokal)

“Setidaknya 40 survei memperkirakan separuh UMKM tidak akan mampu survive. Pemerintah berusaha membangkitkan UMKM dengan berbagai cara, karena di sana ada 60 juta pengusaha UMKM, belum lagi jumlah tenaga kerjanya,” ujar Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki, beberapa waktu lalu.

Pemerintah segera merespons jeritan pelaku UMKM baik dengan memberi bantuan sosial maupun bantuan modal agar mereka bisa tetap menggerakkan usahanya. Cara lainnya dengan mempercepat belanja barang maupun jasa kementerian dan lembaga (K/L).

Di sisi lain, stimulus juga diperlukan guna meringankan beban pengeluaran UMKM, mendukung kelancaran cashflow, dan menghindari adanya pemutusan pekerjaan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa per 3 Agustus 2020, realisasi anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dalam bentuk dukungan bagi UMKM telah tercatat Rp32,5 triliun atau 26,4% dari alokasi Rp123,46 triliun.

“Khusus stimulus subsidi bunga, data per 3 Agustus 2020 menunjukkan realisasi sebesar Rp1,3 triliun yang dinikmati oleh lebih dari 2,4 juta debitur,” katanya. (Baca juga: 75 Tahun Merdeka, politikus PPP Ingatkan Akses Kesehatan dan Pendidikan)

Pemerintah juga telah menempatkan dana pada empat bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) sebesar Rp30 triliun. Dana ini diharapkan bisa digunakan untuk merestrukturisasi UMKM . Sementara penempatan dana kepada Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar Rp11,5 triliun juga dilakukan.

Kemudian untuk stimulus belanja Imbal Jasa Penjaminan dan Penjaminan Kredit Modal Kerja, pemerintah telah mengalokasikan penjaminan kepada Jamkrindo dan Askrindo dengan besaran Rp1 triliun. Sementara terkait stimulus PPh Final UMKM Ditanggung Pemerintah (DTP) memiliki target UMKM sebanyak 2,31 juta Wajib Pajak (WP). Per 3 Agustus telah ada realisasi sebesar Rp200 miliar dari 205.200 debitur.

Di sisi lain, realisasi dari stimulus pembiayaan investasi kepada koperasi melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir-Koperasi dan UMKM (LPDB-KUMKM) per 3 Agustus 2020 telah cair seluruh dana dari alokasi yang dianggarkan sebesar Rp1 triliun. (Baca juga: Putin Mengaku Siap Kirim Tentara Rusia ke Belarusia)

Pemerintah juga terus memberikan dukungan tambahan kepada UMKM melalui kebijakan KUR khusus selama masa pandemi. Tambahan subsidi bunga/margin KUR, penundaan angsuran pokok, dan relaksasi ketentuan restrukturisasi KUR telah diberikan kepada penerima KUR.

Calon penerima KUR juga telah menerima fasilitas kemudahan berupa relaksasi pemenuhan persyaratan administrasi dalam proses pengajuan KUR dan relaksasi pemenuhan berupa penundaan sementara penyampaian dokumen administrasi.

Sebagai upaya meningkatkan kemampuan usaha dan pemasaran produk UMKM , pemerintah pun memberikan beberapa program antara lain Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dan Bantuan Produktif (Modal Kerja) bagi Pelaku Usaha Mikro.

Selain itu, sebagai upaya meningkatkan kemampuan usaha mikro, pemerintah saat ini sedang menyiapkan program untuk 12 juta pelaku usaha mikro yang tidak sedang menerima kredit perbankan dengan nilai bantuan Rp2,4 juta. (Lihat videonya: Bakso Merah Putih Hidangan Menyambut Hari Kemerdekaan)

Meski menjadi sektor yang paling berdarah-darah saat pandemi ini, UMKM merupakan sektor yang mudah beradaptasi. Dibandingkan dengan perusahaan, variabel bisnis UMKM cenderung lebih sederhana. Hal ini yang membuat bisnis UMKM menjadi cepat bangkit dibandingkan perusahaan yang perlu mempertimbangkan banyak aspek.

“Jadi, mereka cepat sekali kena hit pada situasi saat ini, tetapi juga cepat pulih. Setelah pelonggaran pun kelihatan UMKM mulai bergerak. Artinya, mereka sudah mulai melakukan banyak kegiatan utamanya, yakni perdagangan,” ujar Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad. (Oktiani Endarwati)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1318 seconds (0.1#10.140)