Permintaan Snack Meningkat, Maxi Bangun Pabrik Ketiga di Kawasan Industri Kendal
loading...
A
A
A
Karenanya sebagai perusahaan yang telah lama berspesialisasi pada pengolahan bahan baku umbi-umbian tropis seperti singkong, ubi jalar, dan talas menjadi berbagai makanan ringan, PT Maxindo bertekad terus berinovasi dalam pengembangan produknya.
“Ke depan, tidak menutup kemungkinan perusahaan dapat mengembangkan berbagai produk pada lini yang berbeda serta lebih inovatif,” imbuhnya.
Perseroan menilai, meskipun kondisi perekonomian tengah mengalami tekanan penurunan daya beli konsumen akibat inflasi, namun hingga sekarang potensi pasar makanan ringan berbahan baku umbi-umbian masih terbuka cukup lebar. Lantaran keunikan dan kekhasannya, snack berbahan baku umbi-umbian tidak bisa digantikan dengan makanan ringan lain yang saat ini ada di pasaran.
Kini, snack berbahan umbi-umbian telah menjadi tren makanan sehat. Selain kaya nutrisi, serat, vitamin, dan mineral, jenis snack tersebut dianggap sebagai alternatif makan ringan yang lebih baik dan menyehatkan untuk dikonsumsi.
“Tidak heran, bila produk-produk makanan ringan produksi PT Maxindo jauh lebih laris dibandingkan dengan snack berbahan baku tepung terigu,” aku Sarkoro.
Sementara itu, Sarkoro mengakui konflik geopolitik global yang kian memanas akhir-akhir ini serta proteksionisme perdagangan berdampak signifikan terhadap kinerja ekspor secara umum terutama terkait kenaikan biaya logistik di jalur konflik. Namun dirinya optimistis, ekspor makanan ringan oleh perseroan akan berjalan sesuai target.
Strateginya, melakukan diversifikasi pasar ekspor ke lebih banyak negara guna memitigasi risiko dan mengeksplorasi lebih dalam pasar domestik, Tanah Air. Selain itu membangun integrasi rantai pasok lebih andal, meningkatkan efisiensi biaya produksi dan logistik serta menjalin kemitraan dengan mitra dari negara-negara yang tak terdampak langsung konflik geopolitik.
Hal itu seiring dengan peningkatan total kapasitas produksi perseroan. Dimana, pabrik ke-3 di Kawasan Industri Kendal akan mampu menyumbang penambahan produksi sebesar 470 ton per bulan.
Alhasil, kini perseroan punya kemampuan produksi secara total mencapai 800 ton per bulan untuk pemenuhan kebutuhan domestik maupun ekspor. Secara khusus, eksplorasi pasar domestik akan difokuskan untuk memenuhi kebutuhan segmen pasar general, modern trade, dan online e-commerce.
“Bersamaan dengan groundbreaking pabrik di Kawasan Industri Kenal, kami telah memulai diversifikasi tujuan ekspor baru ke negara-negara Timur Tengah (Middle East) seperti Yordania, Palestina dan Saudi Arabia,” pungkas Sarkoro.
“Ke depan, tidak menutup kemungkinan perusahaan dapat mengembangkan berbagai produk pada lini yang berbeda serta lebih inovatif,” imbuhnya.
Perseroan menilai, meskipun kondisi perekonomian tengah mengalami tekanan penurunan daya beli konsumen akibat inflasi, namun hingga sekarang potensi pasar makanan ringan berbahan baku umbi-umbian masih terbuka cukup lebar. Lantaran keunikan dan kekhasannya, snack berbahan baku umbi-umbian tidak bisa digantikan dengan makanan ringan lain yang saat ini ada di pasaran.
Kini, snack berbahan umbi-umbian telah menjadi tren makanan sehat. Selain kaya nutrisi, serat, vitamin, dan mineral, jenis snack tersebut dianggap sebagai alternatif makan ringan yang lebih baik dan menyehatkan untuk dikonsumsi.
“Tidak heran, bila produk-produk makanan ringan produksi PT Maxindo jauh lebih laris dibandingkan dengan snack berbahan baku tepung terigu,” aku Sarkoro.
Sementara itu, Sarkoro mengakui konflik geopolitik global yang kian memanas akhir-akhir ini serta proteksionisme perdagangan berdampak signifikan terhadap kinerja ekspor secara umum terutama terkait kenaikan biaya logistik di jalur konflik. Namun dirinya optimistis, ekspor makanan ringan oleh perseroan akan berjalan sesuai target.
Strateginya, melakukan diversifikasi pasar ekspor ke lebih banyak negara guna memitigasi risiko dan mengeksplorasi lebih dalam pasar domestik, Tanah Air. Selain itu membangun integrasi rantai pasok lebih andal, meningkatkan efisiensi biaya produksi dan logistik serta menjalin kemitraan dengan mitra dari negara-negara yang tak terdampak langsung konflik geopolitik.
Hal itu seiring dengan peningkatan total kapasitas produksi perseroan. Dimana, pabrik ke-3 di Kawasan Industri Kendal akan mampu menyumbang penambahan produksi sebesar 470 ton per bulan.
Alhasil, kini perseroan punya kemampuan produksi secara total mencapai 800 ton per bulan untuk pemenuhan kebutuhan domestik maupun ekspor. Secara khusus, eksplorasi pasar domestik akan difokuskan untuk memenuhi kebutuhan segmen pasar general, modern trade, dan online e-commerce.
“Bersamaan dengan groundbreaking pabrik di Kawasan Industri Kenal, kami telah memulai diversifikasi tujuan ekspor baru ke negara-negara Timur Tengah (Middle East) seperti Yordania, Palestina dan Saudi Arabia,” pungkas Sarkoro.