Aje Gile, Tekstil Bodong Asal China Bikin Tekor Negara Rp7 Triliun

Rabu, 19 Agustus 2020 - 14:43 WIB
loading...
Aje Gile, Tekstil Bodong Asal China Bikin Tekor Negara Rp7 Triliun
Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Asosiasi Pertekstilan Indonesia menyebut jumlah kerugian negara yang diakibatkan dari impor tekstil ilegal mencapai Rp7 triliun. Nominal tersebut berdasarkan dari selisih jumlah data impor Indonesia terhadap produk China dan ekspor dari China ke Indonesia sepanjang 2016 hingga 2019.

"Kalau hitungan kasar kita, sekitar 331.000 ton hasil selisih perbedaan impor dan ekspor kemudian kita konversikan. Lalu ditambah PPn dan PPh yang harusnya pemerintah dapat mungkin di atas Rp7 triliun potensi yang hilang," ujar Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Rizal T. Rakhman dalam acara Market Review IDX Channel, Rabu (19/8/2020).

Rizal menambahkan, rata-rata produk impor merupakan pakaian jadi, sehingga merusak produk di dalam negeri. Jika produk itu diproduksi di dalam negeri akan mampu menggerakkan ekonomi nasional, memperkerjakan sekian banyak karyawan, dan UMKM atau IKM juga akan bergerak. ( Baca juga:BI Ungkap Penyebab Adanya Gambar Pakaian Adat China di Uang Baru Pecahan Rp75.000 )

"Tapi kalau tiba-tiba barang itu masuk ke Indonesia sudah jadi barang, artinya ada banyak proses yang bisa menghasilkan nilai tambah bagi ekonomi nasional hilang. Ini kan merugikan banyak pihak, belum lagi soal pendapatan negara," kata dia.

Rizal menegaskan bahwa kerugian tadi bukanlah angka yang kecil. Pasalnya, sektor manufaktur punya nilai tambah yang lain.

"Ini bukan angka yang kecil karena produk manufaktur mempunyai nilai tambah yang sangat besar kalau itu dilakukan di dalam negeri," sambungnya.

Tak ingin hal tersebut berulang, Rizal menyampaikan bahwa pihaknya telah mengajukan sertifikat untuk benang serta kain dan sudah keluar bea masuk tambahan untuk kain dan benang. Ini diperlukan agar barang impor yang masuk Indonesia harganya lebih mahal daripada yang diproduksi dalam negeri.

"Artinya kalau barang impor lebih murah merusak pasar dalam negeri," ucapnya.
(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1358 seconds (0.1#10.140)