Industri Gaming Hadapi Kesenjangan Gender, Pengembang Game Wanita hanya 30%

Kamis, 06 Juni 2024 - 20:53 WIB
loading...
Industri Gaming Hadapi...
30% pengembang game adalah perempuan. FOTO/iStock
A A A
JAKARTA - Industri gaming menghadapi kesenjangan gender yang mencolok, sebagaimana yang disoroti oleh Gena Davis Institute of Gender in Media, dengan hanya sekitar 30% pengembang game di seluruh dunia adalah perempuan meskipun hampir 50% gamer adalah perempuan. Kesenjangan ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk meningkatkan inisiatif keberagaman dalam sektor ini.

Perempuan mewakili hampir separuh gamer di pasar global, yang terdiri dari 46% gamer Amerika, 47% gamer Eropa, 48% gamer Australia, dan 37% gamer Asia. Meskipun terdapat tren peningkatan, kesenjangan gender masih tetap ada dalam industri video game. Hal ini menunjukkan adanya tantangan yang terus berlanjut dalam mencapai kesetaraan gender. Akan tetapi, statistik ini menegaskan bahwa perempuan mempunyai peran dalam industri game kedepannya.



Animator gameplay kawakan Victoria Lijaya, dengan pengalaman tujuh tahun, berbagi perjalanannya memasuki industri game saat belajar di California College of the Arts di bidang Computer Animation. Victoria tertarik pada industri ini karena kecintaannya pada animasi dan video game.

Ia pun menyadari masih adanya hambatan yang menghalangi perempuan untuk terjun ke dunia game, termasuk stereotip gender, kurangnya keterwakilan, dan bias yang tidak disadari. Kendala-kendala sosial ini dapat menciptakan lingkungan di mana perempuan mungkin merasa sulit untuk diterima dan bersaing. Terlepas dari tantangan ini, Victoria tetap bertekad untuk mengejar karirnya di dunia game.

Victoria membagikan pengalamannya bekerja di bidang video game yang positif melalui kolaborasi dengan perempuan-perempuan berbakat dari berbagai disiplin ilmu dalam lanskap pengembangan video game.

"Kehadiran perempuan dalam berbagai landskap pengembangan video game sangat menginspirasi. Saya berharap perempuan mendapatkan apresiasi yang lebih besar sehingga kedepannya mendorong perempuan lain yang tertarik mengejar karir di bidang game," kata dia dalam pernyataannya, dikutip Kamis (6/6/2024).

Untuk mengatasi tantangan ini, Victoria berpendapat bahwa pembentukkan sistem pendukung atau komunitas yang dirancang bagi perempuan muda yang tertarik di bidang game menjadi penting.

"Platform semacam ini akan menjadi fasilitas yang baik untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman belajar bersama. Selain itu, pembagian beasiswa bagi perempuan di dunia game juga perlu dikontribusikan secara khusus untuk meningkatkan akses terhadap peluang pendidikan dan pelatihan," imbuhnya.



Kontribusi Victoria pada industri ini telah memberinya peluang untuk bekerja sama dengan franchise terkenal seperti Avatar: The Last Airbender, Teenage Mutant Ninja Turtles, Stranger Things, dan Transformers. Victoria juga bekerja di studio-studio terkemuka, seperti Blizzard Entertainment dan Hasbro, Inc. Kisah Victoria merupakan salah satu contoh dari banyak figur perempuan berprestasi di industri video game. Dengan membina lingkungan yang inklusif dan mendukung, kedepannya diharapkan industri video game semakin terbuka dengan potensi-potensi talent terbaiknya tanpa memandang gender.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1483 seconds (0.1#10.140)