Penggerak Pertumbuhan Ekonomi, UMKM Jadi Tumpuan Bisnis BRI di Masa Depan
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) pada semester I/2020 secara konsolidasi membukukan laba bersih Rp10,20 triliun. Angka tersebut lebih rendah atau turun 32% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kendati laba mengalami penurunan, BRI meyakini ke depan akan mampu terus menumbuhkan bisnisnya di tengah upaya menyelamatkan, membantu, dan membangkitkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) akibat tekanan ekonomi yang disebabkan pandemi korona (Covid-19).
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, bagi perseroan, pertumbuhan yang berkelanjutan dalam jangka panjang merupakan hal utama. Oleh karena itu BRI akan berjibaku untuk memastikan debitor sektor UMKM bertahan.
“UMKM menjadi sumber penggerak pertumbuhan ekonomi di Indonesia serta tumpuan bisnis BRI di masa depan,” kata Sunarso di sela-sela konferensi pers virtual saat paparan kinerja BRI Semester I/2020 di Jakarta, Rabu (19/8).
Pada kesempatan itu BRI juga melaporkan bahwa hingga akhir Juni 2020 telah menyalurkan kredit secara konsolidasi sebesar Rp922,97 triliun atau tumbuh 5,23% year on year (yoy). (Baca: Yuk Intip! Berapa Sih Bantuan BRI untuk Penanganan Corona)
"Pencapaian ini lebih tinggi dari pertumbuhan kredit industri perbankan di bulan Juni 2020 sebesar 1,49% yoy" kata Sunarso.
Dari total pinjaman tersebut, sebesar 78,58% di antaranya atau senilai Rp725,27 triliun disalurkan ke segmen UMKM. Perseroan menargetkan sebanyak 80% portofolio pinjaman BRI pada 2022 merupakan pinjaman yang disalurkan ke segmen UMKM.
Kendati perekonomian secara nasional mengalami tekanan, BRI mampu menjaga rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) di angka 3,13% dengan NPL coverage 187,73% pada akhir Juni 2020. Adapun dari segi liabilities, BRI mampu menumbuhkan dana pihak ketiga (DPK) hingga double digit. Sementara itu hingga akhir Juni 2020, DPK BRI konsolidasian tercatat Rp 1.072,50 triliun, tumbuh 13,49% yoy.
"Pencapaian ini lebih tinggi dari penghimpunan DPK industri perbankan di bulan Juni 2020 yang tercatat sebesar 7,95% yoy," katanya. (Baca juga: Wamena Papua Kembali Mencekam, 10 Rumah Dibakar dan 4 Warga Terluka)
BRI melihat Covid-19 telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi selama kuartal I dan II tertekan. Hal ini merupakan imbas dari berbagai kebijakan seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membuat aktivitas masyarakat terbatas.
Kendati laba mengalami penurunan, BRI meyakini ke depan akan mampu terus menumbuhkan bisnisnya di tengah upaya menyelamatkan, membantu, dan membangkitkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) akibat tekanan ekonomi yang disebabkan pandemi korona (Covid-19).
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, bagi perseroan, pertumbuhan yang berkelanjutan dalam jangka panjang merupakan hal utama. Oleh karena itu BRI akan berjibaku untuk memastikan debitor sektor UMKM bertahan.
“UMKM menjadi sumber penggerak pertumbuhan ekonomi di Indonesia serta tumpuan bisnis BRI di masa depan,” kata Sunarso di sela-sela konferensi pers virtual saat paparan kinerja BRI Semester I/2020 di Jakarta, Rabu (19/8).
Pada kesempatan itu BRI juga melaporkan bahwa hingga akhir Juni 2020 telah menyalurkan kredit secara konsolidasi sebesar Rp922,97 triliun atau tumbuh 5,23% year on year (yoy). (Baca: Yuk Intip! Berapa Sih Bantuan BRI untuk Penanganan Corona)
"Pencapaian ini lebih tinggi dari pertumbuhan kredit industri perbankan di bulan Juni 2020 sebesar 1,49% yoy" kata Sunarso.
Dari total pinjaman tersebut, sebesar 78,58% di antaranya atau senilai Rp725,27 triliun disalurkan ke segmen UMKM. Perseroan menargetkan sebanyak 80% portofolio pinjaman BRI pada 2022 merupakan pinjaman yang disalurkan ke segmen UMKM.
Kendati perekonomian secara nasional mengalami tekanan, BRI mampu menjaga rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) di angka 3,13% dengan NPL coverage 187,73% pada akhir Juni 2020. Adapun dari segi liabilities, BRI mampu menumbuhkan dana pihak ketiga (DPK) hingga double digit. Sementara itu hingga akhir Juni 2020, DPK BRI konsolidasian tercatat Rp 1.072,50 triliun, tumbuh 13,49% yoy.
"Pencapaian ini lebih tinggi dari penghimpunan DPK industri perbankan di bulan Juni 2020 yang tercatat sebesar 7,95% yoy," katanya. (Baca juga: Wamena Papua Kembali Mencekam, 10 Rumah Dibakar dan 4 Warga Terluka)
BRI melihat Covid-19 telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi selama kuartal I dan II tertekan. Hal ini merupakan imbas dari berbagai kebijakan seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membuat aktivitas masyarakat terbatas.