Kinerja Investasi dan Ekspor Ganggu Pertumbuhan Ekonomi

Rabu, 08 Mei 2019 - 18:42 WIB
Kinerja Investasi dan Ekspor Ganggu Pertumbuhan Ekonomi
Kinerja Investasi dan Ekspor Ganggu Pertumbuhan Ekonomi
A A A
JAKARTA - Capaian pertumbuhan ekonomi triwulan I/2019 yang lebih rendah dibandingkan triwulan IV/2018 dinilai terjadi akibat melambatnya investasi dan kinerja ekspor yang tumbuh negatif. Dua sektor yang diharapkan dapat menjadi akselerator pertumbuhan ekonomi tersebut justru sama-sama mengalami perlambatan pada periode tersebut.

"Pertumbuhan sektor investasi PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) pada triwulan I/2019 turun dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun secara tahunan masih tumbuh jika dibandingkan triwulan I/2018," ungkap Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad di Jakarta, Rabu (8/5/2019).

Dia menjelaskan, investasi PMTB mengalami penurunan terutama pada investasi kendaraan dan peralatan lainnya. Sementara, laju pertumbuhan ekspor turun -7,04% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, dan -2,08% (yoy) dibandingkan triwulan I/2018.

"Ekspor tumbuh negatif seiring perlambatan perekonomian global yang berimbas pada lesunya permintaan dari mitra dagang utama Indonesia. Januari-Februari 2018 angka ekspor meningkat dibandingkan dengan kondisi ekspor di bulan Januari-Februari 2019," tambahnya.

Di tengah penurunan tersebut, INDEF juga mengkritisi perekonomian Indonesia yang masih bersifat Jawasentris. Hal ini ditunjukkan dengan porsi PDB yang dikontribusikan oleh Pulau Jawa pada triwulan I/2019 yang sebesar 59,03%, meningkat jika dibandingkan dengan triwulan I/2018 sebesar 58,67%.

Tauhid menjelaskan lebih lanjut bahwa tantangan domestik berupa dominasi pulau Jawa masih susah digeser oleh pulau lain di Indonesia. Beberapa wilayah, terutama Maluku dan Papua masih sangat bergantung pada investasi pemerintah.

INDEF pun menyarankan beberapa solusi, antara lain industri Indonesia memerlukan peningkatan daya saing dan strategi bisnis agar mengikuti rantai nilai global yang sedang berkembang. Selain itu, diperlukan adanya perubahan strategi ekspor di tengah perlambatan permintaan dunia, terlebih dengan ketidakpastian perekonomian global sebagai tantangan eksternal yang perlu dihadapi.

"Investasi asing yang turun sebanyak 12% juga perlu diarahkan pada sektor non-telekomunikasi, pergudangan, dan transportasi," imbuhnya.

Untuk perekonomian yang masih Jawasentris, INDEF menilai perlu adanya perhatian lebih terhadap pengembangan ekonomi regional di luar Jawa. "Dalam hal ini perlu kehati-hatian dalam menempatkan lokasi ibu kota baru dalam pembangunan regional, terutama pemerataan pembangunan," lanjut Tauhid.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9183 seconds (0.1#10.140)