Indonesia Darurat Literasi Digital, Pengaruhi Pengembangan UMKM
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia dinilai masih darurat soal literasi digital. Bahkan, menurut catatan Indef pada awal tahun lalu, tingkat literasi digital di Indonesia hanya sebesar 62%.
Jumlah itu disebut paling rendah jika dibandingkan negara lain ASEAN yang rata-rata mencapai 70%. Padahal, literasi digital erat kaitannya dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya, dalam pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Saat ini, kurangnya literasi digital di Indonesia menjadi salah satu kendala dalam pengembangan UMKM di Tanah Air, salah satunya, rencana Pemerintah dalam penerapan UMKM hijau di tahun 2025.
Ketua Bidang Pariwisata dan Kebudayaan DPP Partai Perindo Viera Lovienta mengatakan, pengembangan UMKM termasuk UMKM hijau sangat berkaitan erat dengan teknologi. Karenanya, untuk mendukung pengembangan UMKM hijau, Indonesia juga harus mendorong para pelaku UMKM untuk melek teknologi.
"Memang kalau kita ngomongin green economy ada pengembangan teknologi yang menunjang adanya green economy sehingga berjalan sesuai plan itu memang harus ada teknologi yang men-support," ujar Viera, saat dihubungi MNC Portal, Jumat, (28/6/2024).
"Nah ini masih ada sangkut pautnya juga dengan peningkatan literasi digital di Indonesia. Jadi untuk adanya pengembangan UMKM hijau juga harus ada pengembangan literasi digital at the same time," sambungnya.
Menurut Viera, dengan lebih aware terhadap literasi digital, maka pengembangan segala sektor juga bisa lebih optimal, salah satunya dalam mengembangkan UMKM hijau. "Karena saat masyarakat lebih aware dengan literasi digital, maka untuk mengembangkan green economy yang melalui advancing teknologi itu juga dapat dilakukan," ungkapnya.
Sayangnya, pemahaman masyarakat terhadap perkembangan teknologi tidak didasari berdasarkan 4 pilar literasi digital sesuai yang dicanangkan Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo).
Menurut Viera, pemahaman masyarakat terhadap dunia digital saat ini mayoritas hanya ada di tahap dasar. Padahal, berdasarkan 4 pilar literasi digital Kominfo, masyarakat seharusnya tidak hanya sekedar paham teknologi, namun juga harus menerapkan budaya, keamanan, dan kode etik dalam media digital, agar teknologi itu justru tidak menjadi bumerang untuk mereka.
"Sebenarnya kalau kita ngomongin literasi digital, menurut Kominfo sendiri literasi digital itu kan mencakup 4 pilar ya. Ada Cakap Bermedia Digital, Budaya Bermedia Digital, Aman Bermedia Digital dan Etis Bermedia Digital," paparnya.
"Yang sekarang ada, itu misalnya dia memiliki digital skill, yaitu dia dapat menggunakan media sosial pada contohnya ya. Namun seperti digital savety, lalu misalnya etiknya, itu kita belum memenuhi," tutupnya.
Lihat Juga: Kisah Sukses Agen Mitra UMi BRI di Merauke, Tingkatkan Ekonomi Keluarga hingga Sekolahkan Anak
Jumlah itu disebut paling rendah jika dibandingkan negara lain ASEAN yang rata-rata mencapai 70%. Padahal, literasi digital erat kaitannya dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya, dalam pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Saat ini, kurangnya literasi digital di Indonesia menjadi salah satu kendala dalam pengembangan UMKM di Tanah Air, salah satunya, rencana Pemerintah dalam penerapan UMKM hijau di tahun 2025.
Ketua Bidang Pariwisata dan Kebudayaan DPP Partai Perindo Viera Lovienta mengatakan, pengembangan UMKM termasuk UMKM hijau sangat berkaitan erat dengan teknologi. Karenanya, untuk mendukung pengembangan UMKM hijau, Indonesia juga harus mendorong para pelaku UMKM untuk melek teknologi.
"Memang kalau kita ngomongin green economy ada pengembangan teknologi yang menunjang adanya green economy sehingga berjalan sesuai plan itu memang harus ada teknologi yang men-support," ujar Viera, saat dihubungi MNC Portal, Jumat, (28/6/2024).
"Nah ini masih ada sangkut pautnya juga dengan peningkatan literasi digital di Indonesia. Jadi untuk adanya pengembangan UMKM hijau juga harus ada pengembangan literasi digital at the same time," sambungnya.
Menurut Viera, dengan lebih aware terhadap literasi digital, maka pengembangan segala sektor juga bisa lebih optimal, salah satunya dalam mengembangkan UMKM hijau. "Karena saat masyarakat lebih aware dengan literasi digital, maka untuk mengembangkan green economy yang melalui advancing teknologi itu juga dapat dilakukan," ungkapnya.
Sayangnya, pemahaman masyarakat terhadap perkembangan teknologi tidak didasari berdasarkan 4 pilar literasi digital sesuai yang dicanangkan Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo).
Menurut Viera, pemahaman masyarakat terhadap dunia digital saat ini mayoritas hanya ada di tahap dasar. Padahal, berdasarkan 4 pilar literasi digital Kominfo, masyarakat seharusnya tidak hanya sekedar paham teknologi, namun juga harus menerapkan budaya, keamanan, dan kode etik dalam media digital, agar teknologi itu justru tidak menjadi bumerang untuk mereka.
"Sebenarnya kalau kita ngomongin literasi digital, menurut Kominfo sendiri literasi digital itu kan mencakup 4 pilar ya. Ada Cakap Bermedia Digital, Budaya Bermedia Digital, Aman Bermedia Digital dan Etis Bermedia Digital," paparnya.
"Yang sekarang ada, itu misalnya dia memiliki digital skill, yaitu dia dapat menggunakan media sosial pada contohnya ya. Namun seperti digital savety, lalu misalnya etiknya, itu kita belum memenuhi," tutupnya.
Lihat Juga: Kisah Sukses Agen Mitra UMi BRI di Merauke, Tingkatkan Ekonomi Keluarga hingga Sekolahkan Anak
(fjo)