Diberondong Sanksi Barat, Rusia Bukannya Bangkrut tapi Malah Kaya Raya

Selasa, 02 Juli 2024 - 13:05 WIB
loading...
Diberondong Sanksi Barat,...
Bank Dunia atau World Bank meningkatkan peringkat Rusia menjadi negara berpenghasilan tinggi meski dihujani sanksi AS. FOTO/iStock
A A A
JAKARTA - Bank Dunia merilis laporan tahunan pendapatan nasional pada suatu negara. Dalam laporan tersebut, ekonomi Rusia melesat dari negara berpenghasilan menengah atas menjadi berpenghasilan tinggi. World Bankmengukur pendapatan nasional bruto (PNB) berdasarkan metode yang berasal dari tahun 1989 dan memperbarui klasifikasinya setiap tanggal 1 Juli berdasarkan PNB per kapita tahun kalender sebelumnya. Pendapatan diukur dalam nilai setara dolar AS.

"Aktivitas ekonomi Rusia dipengaruhi oleh peningkatan besar dalam aktivitas terkait militer pada 2023. Sementara pertumbuhan juga didorong oleh rebound dalam perdagangan tumbuh lebih 6,8%, sektor keuangan tumbuh lebih 8,7%, dan konstruksi tumbuh lebih 6,6%," dilansir Russian Today dari laman resmi Bank Dunia, Selasa (2/7/2024).

"Faktor-faktor ini menyebabkan peningkatan PDB riil meningkat 3,6% dan nominal meningkat 10,9%, dan PDB per kapita Atlas Rusia tumbuh 11,2%."



Lonjakan ekonomi tersebut terjadi setelah AS dan sekutunya menjatuhkan ribuan sanksi terhadap Rusia terkait konflik Ukraina, dan secara terbuka menyatakan bahwa tujuan mereka adalah untuk menghancurkan ekonomi Rusia dan memprovokasi perubahan rezim di Moskow.

Untuk dapat dianggap sebagai negara berpenghasilan tinggi, sebuah negara harus memiliki GNI lebih dari USD14.005 disesuaikan dari USD13.845 untuk tahun fiskal sebelumnya. Penyesuaian ini bergantung pada rata-rata tertimbang dari PDB China, Jepang, Inggris, AS, dan Zona Euro. Klasifikasi pendapatan seharusnya mencerminkan tingkat pembangunan suatu negara, dengan menggunakan GNI sebagai indikator kapasitas ekonomi yang tersedia secara luas.

Baca Juga: Terjebak Utang Negara-negara Barat, Ukraina Terancam Bangkrut

Angka-angka Bank Dunia juga menunjukkan tren pembangunan di Asia Selatan dan Amerika Latin dan Karibia, sementara Timur Tengah dan Afrika Utara lebih buruk pada 2023 dibandingkan tahun 1987. Sebaliknya, Eropa dan Asia Tengah meningkat dari 71% negara berpenghasilan tinggi pada 1987 menjadi 69% pada tahun fiskal yang lalu.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1580 seconds (0.1#10.140)