Sukses Tikung Embargo Barat, Pendapatan Minyak Rusia Melonjak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pendapatan Rusia dari ekspor minyak melonjak hampir 50% bulan lalu dibandingkan dengan tahun lalu dipacu tingginya harga minyak Ural yang menjadi andalan negara itu. Peningkatan itu juga dicapai berkat suksesnya adaptasi produsen minyak Rusia terhadap sanksi Barat.
Pendapatan Moskow dari penjualan minyak mentah meningkat dengan pajak terkait minyak naik menjadi 590,6 miliar rubel atau sekitar USD6,7 miliar (sekira Rp107,2 triliun pada kurs Rp16.000 per USD) bulan lalu dibandingkan dengan 402,8 miliar rubel (USD4,5 miliar) pada Juni 2023. Hal itu dilaporkan Bloomberg berdasarkan data Kementerian Keuangan Rusia, yang dikutip Russia Today, Kamis (4/7/2024).
Data itu juga menunjukkan, total laba minyak dan gas tercatat tumbuh sebesar 41% menjadi 746,6 miliar rubel atau sekitar USD8,4 miliar. Menurut outlet berita tersebut, lonjakan tersebut dikaitkan dengan harga yang lebih tinggi untuk campuran ekspor utama Rusia, Ural. Kementerian menghitung pajak Juni berdasarkan harga Ural sebesar USD67,37 per barel, naik dari USD53,50 tahun lalu.
Diskon Ural terhadap patokan Brent global telah menurun, meskipun ada batasan harga USD60 per barel untuk minyak Rusia yang diterapkan secara paksa oleh G7 dan Uni Eropa (UE). Pemerintah Barat memberlakukan batasan harga tersebut bersamaan dengan embargo minyak Rusia yang diangkut melalui laut dalam upaya untuk melemahkan ekonomi negara tersebut, dan pada saat yang sama menjaga minyak mentah Rusia tetap mengalir ke pasar global.
Sanksi tersebut diberlakukan pada bulan Desember 2022 dan diikuti pada bulan Februari 2023 dengan pembatasan serupa terhadap ekspor produk minyak bumi Rusia. Sebagai tanggapan, Rusia telah mengalihkan sebagian besar ekspor energinya ke Asia – khususnya ke India dan China, di mana minyak dari negara tersebut telah dijual jauh di atas batasan harga Barat.
Pejabat UE telah berulang kali mengakui bahwa Moskow telah berhasil menghindari batasan tersebut, karena "hampir tidak ada" pengiriman minyak mentah yang dijual pada atau di bawah batas harga, yang merupakan pukulan bagi upaya Barat untuk membatasi pendapatan energi Rusia.
Bulan lalu, data Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa pendapatan anggaran Rusia dari minyak dan gas telah melonjak sebesar 73,5% antara Januari dan Mei tahun ini, dibandingkan dengan lima bulan pertama tahun 2023. Hasil penjualan minyak dan gas mencapai 4,95 triliun rubel atau sekira USD55,7 miliar dalam lima bulan pertama tahun ini.
Rusia memperkirakan pendapatan minyak dan gas akan mencapai 10,99 triliun rubel atau sekitar USD125 miliar (sekira Rp2.000 triliun) tahun ini, menurut data Kementerian Keuangan.
Pendapatan Moskow dari penjualan minyak mentah meningkat dengan pajak terkait minyak naik menjadi 590,6 miliar rubel atau sekitar USD6,7 miliar (sekira Rp107,2 triliun pada kurs Rp16.000 per USD) bulan lalu dibandingkan dengan 402,8 miliar rubel (USD4,5 miliar) pada Juni 2023. Hal itu dilaporkan Bloomberg berdasarkan data Kementerian Keuangan Rusia, yang dikutip Russia Today, Kamis (4/7/2024).
Data itu juga menunjukkan, total laba minyak dan gas tercatat tumbuh sebesar 41% menjadi 746,6 miliar rubel atau sekitar USD8,4 miliar. Menurut outlet berita tersebut, lonjakan tersebut dikaitkan dengan harga yang lebih tinggi untuk campuran ekspor utama Rusia, Ural. Kementerian menghitung pajak Juni berdasarkan harga Ural sebesar USD67,37 per barel, naik dari USD53,50 tahun lalu.
Diskon Ural terhadap patokan Brent global telah menurun, meskipun ada batasan harga USD60 per barel untuk minyak Rusia yang diterapkan secara paksa oleh G7 dan Uni Eropa (UE). Pemerintah Barat memberlakukan batasan harga tersebut bersamaan dengan embargo minyak Rusia yang diangkut melalui laut dalam upaya untuk melemahkan ekonomi negara tersebut, dan pada saat yang sama menjaga minyak mentah Rusia tetap mengalir ke pasar global.
Sanksi tersebut diberlakukan pada bulan Desember 2022 dan diikuti pada bulan Februari 2023 dengan pembatasan serupa terhadap ekspor produk minyak bumi Rusia. Sebagai tanggapan, Rusia telah mengalihkan sebagian besar ekspor energinya ke Asia – khususnya ke India dan China, di mana minyak dari negara tersebut telah dijual jauh di atas batasan harga Barat.
Pejabat UE telah berulang kali mengakui bahwa Moskow telah berhasil menghindari batasan tersebut, karena "hampir tidak ada" pengiriman minyak mentah yang dijual pada atau di bawah batas harga, yang merupakan pukulan bagi upaya Barat untuk membatasi pendapatan energi Rusia.
Bulan lalu, data Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa pendapatan anggaran Rusia dari minyak dan gas telah melonjak sebesar 73,5% antara Januari dan Mei tahun ini, dibandingkan dengan lima bulan pertama tahun 2023. Hasil penjualan minyak dan gas mencapai 4,95 triliun rubel atau sekira USD55,7 miliar dalam lima bulan pertama tahun ini.
Rusia memperkirakan pendapatan minyak dan gas akan mencapai 10,99 triliun rubel atau sekitar USD125 miliar (sekira Rp2.000 triliun) tahun ini, menurut data Kementerian Keuangan.
(fjo)