Mengapa Negara-negara Asia Tenggara Ingin Bergabung dengan BRICS?

Minggu, 07 Juli 2024 - 10:25 WIB
loading...
Mengapa Negara-negara...
Potensi ekonomi dan kerja sama yang ditawarkan BRICS telah menarik minat sejumlah negara di Asia Tenggara untuk bergabung. FOTO/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - BRICS telah menjadi magnet baru yang menarik perhatian negara-negara Asia Tenggara untuk bergabung. Thailand dan Malaysia menjadi negara Asia Tenggara terbaru yang menyatakan minat mereka untuk bergabung dengan organisasi antarpemerintah tersebut.

Bulan lalu, Thailand mengajukan permintaan keanggotaan, sementara Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan dalam sebuah wawancara dengan portal berita China Guancha bahwa negaranya akan segera memulai prosedur formal.

"Menjadi anggota BRICS akan membuka peluang perdagangan dan investasi, jadi pertanyaannya adalah 'mengapa tidak?'" kata Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Piti Srisangam seperti dilansir DW. "Blok ini mempunyai anggota dari seluruh dunia, namun belum ada yang berasal dari Asia Tenggara."



Sementara itu, menurut James Chin, profesor Studi Asia di Universitas Tasmania, Thailand dan Malaysia dipandang sebagai kekuatan menengah. "Karena itu, lebih baik bagi mereka untuk bergabung dengan kelompok seperti BRICS sehingga mereka memiliki suara yang lebih besar di kancah internasional. Namun manfaat terbesarnya adalah perdagangan," tuturnya.

BRICS dinilai menawarkan peluang ekonomi yang lebih besar. Tahun lalu, BRICS – yang awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan – memutuskan untuk memperluas keanggotaannya dengan mengundang Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab untuk bergabung.

Jika digabungkan, anggota BRICS+ ini berjumlah sekitar 45% dari populasi dunia atau sekitar 3,5 miliar orang. Sedangkan nilai perekonomiannya mencapai sekitar USD30 triliun (28 triliun euro) atau sekitar 28% dari perekonomian global, menurut data Bank Dunia.

"Blok ini dapat membantu ekonomi digital Malaysia tumbuh lebih cepat dengan memungkinkan negara tersebut berintegrasi dengan negara-negara yang memiliki pasar digital yang kuat dan juga memanfaatkan praktik terbaik dari anggota lainnya," kata Rahul Mishra, profesor di Pusat Studi Indo-Pasifik di Jawaharlal Nehru Universitas di New Delhi, kepada DW. Dia menambahkan, Thailand juga akan mampu menarik investasi di industri-industri penting termasuk jasa, manufaktur, dan pertanian dengan bergabung ke dalam BRICS.

Sementara, Chin meyakini hubungan dagang antara Malaysia dan Thailand dengan China telah mempengaruhi keputusan mereka untuk bergabung dengan BRICS. China telah menjadi mitra dagang terbesar Malaysia selama 15 tahun terakhir dan mitra dagang terbesar Thailand selama 11 tahun. "Kedua negara Asia Tenggara yang menjadi anggota BRICS akan meningkatkan hubungan mereka dengan China," kata Chin.

Alasan lainnya untuk bergabung dengan BRICS adalah persoalan keberpihakan. Bulan lalu, Menteri Luar Negeri Thailand Maris Sangiampongsa menegaskan bahwa Bangkok tidak memandang bergabung dengan BRICS sebagai tindakan "memilih pihak," atau sebagai cara untuk mengimbangi blok lain. "Thailand memiliki keunikan karena kami berteman dengan setiap negara dan tidak bermusuhan dengan siapa pun. Kami dapat bertindak sebagai jembatan antara negara-negara berkembang dan anggota BRICS," tegasnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1809 seconds (0.1#10.140)