Skotlandia Terjun ke Jurang Resesi, Apa Efeknya Bagi RI?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Bank BNI Ryan Kiryanto beranggapan resesi di sejumlah negara di Eropa khususnya di Skotlandia tidak berpengaruh besar bagi Indonesia. Pasalnya sekitar 58-60% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia ditopang oleh konsumsi rumah tangga bukan kegiatan ekspor.
"Khususnya ekspor nonmigas, sehingga relatif tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan PDB atau pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujar dia saat dihubungi SINDOnews, di Jakarta, Minggu (23/8/2020).
Menurut dia kendati resesi tersebut tidak terlalu berpengaruh bagi RI, akan tetapi antisipasi tetap perlu dilakukan kuartal III 2020 hingga kuartal berikutnya. Langkah pemulihan ekonomi bisa dilakukan dengan mempercepat stimulus ekonomi."Maka, sudah benar strategi pemerintah untuk menjaga sinyal pemulihan ekonomi di Q3 dan Q4 serta kuartal-kuartal berikutnya di 2021," imbuhnya.
Disamping itu, penguatan konsumsi rumah tangga yang di dalam program pemulihan ekonomi perlu dijalankan. Hal itu tertuang dalam pos-pos jejaring pengaman sosial, di antaranya penyaluran bansos, bansos produktif, kartu pra kerja, program PKH. "Ini dimaksudkan untuk menjaga daya beli masyarakat lapis bawah yang rentan terdampak oleh pandemi Covid-19," kata dia.
Tidak hanya itu, restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 melalui POJK No. 11/2020 juga sudah tepat untuk membantu kalangan perbankan dan dunia usaha terutama segmen UMKM agar tetap bisa bertahan di tengah wabah. Sebagai informasi, negara-negara Eropa saat ini sedang di landa resesi ekonomi. Adapun sejumlah negara di zona euro itu, antara lain Jerman, Inggris, dan yang baru ini adalah Skotlandia.
"Khususnya ekspor nonmigas, sehingga relatif tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan PDB atau pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujar dia saat dihubungi SINDOnews, di Jakarta, Minggu (23/8/2020).
Menurut dia kendati resesi tersebut tidak terlalu berpengaruh bagi RI, akan tetapi antisipasi tetap perlu dilakukan kuartal III 2020 hingga kuartal berikutnya. Langkah pemulihan ekonomi bisa dilakukan dengan mempercepat stimulus ekonomi."Maka, sudah benar strategi pemerintah untuk menjaga sinyal pemulihan ekonomi di Q3 dan Q4 serta kuartal-kuartal berikutnya di 2021," imbuhnya.
Disamping itu, penguatan konsumsi rumah tangga yang di dalam program pemulihan ekonomi perlu dijalankan. Hal itu tertuang dalam pos-pos jejaring pengaman sosial, di antaranya penyaluran bansos, bansos produktif, kartu pra kerja, program PKH. "Ini dimaksudkan untuk menjaga daya beli masyarakat lapis bawah yang rentan terdampak oleh pandemi Covid-19," kata dia.
Tidak hanya itu, restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 melalui POJK No. 11/2020 juga sudah tepat untuk membantu kalangan perbankan dan dunia usaha terutama segmen UMKM agar tetap bisa bertahan di tengah wabah. Sebagai informasi, negara-negara Eropa saat ini sedang di landa resesi ekonomi. Adapun sejumlah negara di zona euro itu, antara lain Jerman, Inggris, dan yang baru ini adalah Skotlandia.
(nng)