Menelusuri Jejak 'Kota Hantu' Buatan China di Dekat Indonesia Senilai Rp1.627 T

Selasa, 09 Juli 2024 - 17:37 WIB
loading...
Menelusuri Jejak Kota...
Investasi China tersesat membangun Kota Hantu di dekat Indonesia. FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Dibangun di sepanjang pantai negara bagian Johor, Malaysia selatan, Forest City seluas 2.833 hektare sekitar 7.000 hektar menawarkan apartemen bertingkat tinggi menghadap ke Singapura, yang ditujukan bagi warga negara China yang memimpikan rumah mewah di pulau tropis yang cerah.

Dilengkapi dengan pantai berpohon palem dan tanaman hijau yang rimbun, kota metropolis yang futuristik ini telah mengalami kemunduran, terhambat oleh kontrol ekonomi, politik lokal, dan pandemi Covid-19.

Dikembangkan oleh raksasa properti China yang dirundung masalah, Country Garden pengembang kota ini sekarang sedang berusaha merevitalisasi tempat yang hanya dihuni oleh 9.000 orang di 28.000 unit rumah.

Berdiri di dalam toko kelontong yang hampir kosong di bawah salah satu gedung bertingkat, Sun Qibin, seorang warga negara China berusia 30-an mengatakan bisnis telah meningkat akhir-akhir ini namun masih lambat.

"Ada lebih banyak orang yang datang dari China sekarang," kata dia kepada Al Jazeera, ketika beberapa orang melewati toko di lantai dasar pada suatu malam di bulan November yang sepi. "Namun pada saat-saat biasa, bisnisnya tidak bagus."

Diluncurkan secara resmi pada 2016 lalu, proyek senilai USD100 miliar atau Rp1.627 triliun membuat harga properti mewah meningkat karena pihak berwenang memberikan status bebas bea dan keringanan pajak untuk membuatnya menarik bagi para pembeli dari daratan China.

Terletak di Selat Johor dengan pemandangan perbatasan Singapura yang dapat dicapai dalam waktu 20 menit berkendara, Forest City seharusnya memiliki populasi 700.000 orang di empat pulau reklamasi pada tahun 2035.

Namun, pembatasan China terhadap modal ke luar negeri dan pembatasan perbatasan akibat pandemi selama tiga tahun membuat permintaan mengering dan hanya 700 hektar atau 10 persen dari total proyek, yang telah diselesaikan.

Keraguan meningkat ketika mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan pada tahun 2018 bahwa orang asing tidak akan diberikan visa untuk tinggal di sana. Wakil presiden regional Forest City, Syarul Izam Sarifudin, mengatakan bahwa pembangunan kota ini masih "sesuai rencana", tetapi mengakui bahwa minat terhadap 5.000 unit yang belum terjual masih kurang.

"Bagi kami, ini masih bisa diatasi. Kami masih menjual dua atau tiga rumah per bulan," katanya kepada Al Jazeera. "Masih ada sentimen dari orang-orang yang ingin datang dan menikmati fasilitas yang ada... beli dan tinggallah di sini."
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1767 seconds (0.1#10.140)