Ekonomi Rusia Ditopang Perang Ukraina, Menang atau Kalah Bukan Pilihan

Kamis, 11 Juli 2024 - 08:38 WIB
loading...
Ekonomi Rusia Ditopang...
Ekonomi Rusia ditopang oleh perang di Ukraina, sehingga menang atau kalah bukan pilihan buat Moskow. Hal ini diungkapkan oleh seorang ekonom Eropa. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Ekonomi Rusia ditopang oleh perang di Ukraina , sehingga menang atau kalah bukan pilihan buat Moskow. Hal ini diungkapkan oleh seorang ekonom Eropa seperti dilansir Bussiner Insider.



PDB Rusia tumbuh 5,5% secara year over year (YoY) pada kuartal ketiga tahun 2023, menurut data dari pemerintah Rusia. Akan tetapi menurut Renaud Foucart, seorang dosen ekonomi senior di Universitas Lancaster menerangkan, pertumbuhan tersebut didorong oleh pengeluaran militer, ketika Kremlin menghabiskan 36,6 triliun rubel atau USD386 miliar untuk sektor pertahanan tahun ini.

"Gaji militer, amunisi, tank, pesawat, dan kompensasi untuk tentara yang tewas dan terluka, semuanya berkontribusi pada angka PDB. Sederhananya, perang melawan Ukraina sekarang menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Rusia," kata Foucart dalam sebuah op-ed untuk The Conversation di awal Juli 2024.



Di sisi lain beberapa sektor dari ekonomi Rusia mengalami tekanan di tengah perang berkepanjangan. Moskow dikecam saat mengalami kekurangan tenaga kerja yang parah, saat para profesional muda melarikan diri dari negara itu atau ditarik ke dalam konflik.

Rusia saat ini disebut kekurangan sekitar 5 juta pekerja, menurut salah satu proyeksi, hingga berdampak pada melonjaknya upah. Inflasi di Rusia sangat tinggi pada level 7,4% atau hampir dua kali lipat dari target bank sentral di angka 4%.

Sementara itu investasi langsung di Rusia telah runtuh, dengan penurunan hingga USD8,7 miliar dalam tiga kuartal pertama tahun 2023, menurut data dari bank sentral Rusia.

Kondisi semua itu menempatkan Kremlin dalam posisi yang sulit, tidak peduli hasil perang di Ukraina. Bahkan jika Rusia menang, negara itu diyakini bakal kesulitan dalam membangun kembali dan mengamankan Ukraina. Selain butuh biaya besar, dampak dari sanksi Barat juga dipastikan terus berlanjut yang membuatnya tetap terisolasi dari pasar global.

Negara-negara Barat memilih menghindari perdagangan dengan Rusia sejak menginvasi Ukraina pada 2022, yang menurut para ekonom dapat sangat menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang Moskow.

Selama tetap terisolasi, "harapan terbaik" Rusia adalah menjadi "sepenuhnya tergantung" pada China, salah satu dari sedikit sekutu strategisnya yang tersisa, kata Foucart.

Sementara itu biaya membangun kembali negaranya sendiri sudah "besar," tambahnya, menunjuk pada masalah seperti infrastruktur yang rusak dan kerusuhan sosial di Rusia.

"Kebuntuan yang berlarut-larut mungkin satu-satunya solusi bagi Rusia untuk menghindari keruntuhan ekonomi total," tulis Foucart.

"Rezim Rusia tidak memiliki insentif untuk mengakhiri perang dan menghadapi realitas ekonomi semacam itu. Jadi ia tidak mampu memenangkan perang, juga tidak mampu kehilangannya. Ekonominya sekarang sepenuhnya diarahkan untuk melanjutkan konflik yang panjang dan semakin mematikan," sambungnya.

Ekonom lain telah memperingatkan masalah yang akan datang untuk Rusia di tengah perang Ukraina. Ekonomi Rusia dinilai akan melihat lebih banyak degradasi secara signifikan ke depan, seperti disampaikan oleh salah satu think tank yang berbasis di London baru-baru ini memperingatkan. Meski begitu patut diakui soal ketahanan Rusia dalam menghadapi sanksi Barat.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1595 seconds (0.1#10.140)