Rupiah Berotot Lawan Dolar, Ditutup Menguat ke Rp16.194
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar ( kurs ) rupiah pada perdagangan hari ini kembali ditutup menguat 46 poin atau 0,28 persen ke level Rp16.194 setelah sebelumnya di Rp16.240 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah sempat dibuka pada level Rp16.216 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS diperdagangkan dalam kisaran yang ketat pada hari Kamis setelah kesaksian awal Powell di hadapan Kongres, dengan ketua The Fed menandai melemahnya pasar tenaga kerja baru-baru ini sebagai faktor yang semakin penting dalam memutuskan kapan bank sentral AS akan mulai memangkas suku bunga.
"Powell juga mengatakan penurunan suku bunga tidak tepat sampai The Fed memperoleh 'keyakinan yang lebih besar' bahwa inflasi menuju target 2 persen. Namun dengan menyebutkan bahwa peningkatan inflasi bukanlah satu-satunya risiko yang dihadapi bank sentral," tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (11/7/2024).
Ketua The Fed tersebut dapat dianggap sedang mempersiapkan landasan untuk penurunan suku bunga pada bulan September. Powell akan kembali ke Washington pada Rabu malam, dan para pedagang akan mencari penyempurnaan lebih lanjut dalam komentarnya menjelang data penting inflasi konsumen pada hari Kamis.
Data inflasi indeks harga produsen Jepang menunjukkan bahwa meskipun inflasi pabrik meningkat pada bulan Juni, inflasi tersebut masih relatif lemah, sehingga menambah keraguan mengenai apakah Bank of Japan akan memiliki cukup dorongan untuk terus melakukan pengetatan kebijakan.
Inflasi CPI Tiongkok menyusut pada bulan Juni, mencerminkan rendahnya kepercayaan konsumen untuk berbelanja. Inflasi PPI di negara tersebut membaik, menyusut pada laju paling lambat sejak bulan Februari 2023, namun masih menunjukkan bahwa disinflasi Tiongkok masih terus terjadi.
Dari sentimen domestik, realisasi subsidi dan kompensasi energi tahun 2024 akan membengkak. Peningkatan ini didorong oleh fluktuasi Indonesian Crude Price (ICP), nilai tukar rupiah, serta peningkatan volume LPG dan listrik bersubsidi.
Pada semester I 2024, realisasi subsidi dan kompensasi energi mencapai Rp 155,7 triliun, dibandingkan dengan Rp 161,9 triliun pada periode yang sama tahun lalu, menunjukkan penurunan 3,8 persen. Namun, angka ini belum memasukkan kompensasi yang akan dihitung pada semester II.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS diperdagangkan dalam kisaran yang ketat pada hari Kamis setelah kesaksian awal Powell di hadapan Kongres, dengan ketua The Fed menandai melemahnya pasar tenaga kerja baru-baru ini sebagai faktor yang semakin penting dalam memutuskan kapan bank sentral AS akan mulai memangkas suku bunga.
"Powell juga mengatakan penurunan suku bunga tidak tepat sampai The Fed memperoleh 'keyakinan yang lebih besar' bahwa inflasi menuju target 2 persen. Namun dengan menyebutkan bahwa peningkatan inflasi bukanlah satu-satunya risiko yang dihadapi bank sentral," tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (11/7/2024).
Ketua The Fed tersebut dapat dianggap sedang mempersiapkan landasan untuk penurunan suku bunga pada bulan September. Powell akan kembali ke Washington pada Rabu malam, dan para pedagang akan mencari penyempurnaan lebih lanjut dalam komentarnya menjelang data penting inflasi konsumen pada hari Kamis.
Data inflasi indeks harga produsen Jepang menunjukkan bahwa meskipun inflasi pabrik meningkat pada bulan Juni, inflasi tersebut masih relatif lemah, sehingga menambah keraguan mengenai apakah Bank of Japan akan memiliki cukup dorongan untuk terus melakukan pengetatan kebijakan.
Inflasi CPI Tiongkok menyusut pada bulan Juni, mencerminkan rendahnya kepercayaan konsumen untuk berbelanja. Inflasi PPI di negara tersebut membaik, menyusut pada laju paling lambat sejak bulan Februari 2023, namun masih menunjukkan bahwa disinflasi Tiongkok masih terus terjadi.
Dari sentimen domestik, realisasi subsidi dan kompensasi energi tahun 2024 akan membengkak. Peningkatan ini didorong oleh fluktuasi Indonesian Crude Price (ICP), nilai tukar rupiah, serta peningkatan volume LPG dan listrik bersubsidi.
Pada semester I 2024, realisasi subsidi dan kompensasi energi mencapai Rp 155,7 triliun, dibandingkan dengan Rp 161,9 triliun pada periode yang sama tahun lalu, menunjukkan penurunan 3,8 persen. Namun, angka ini belum memasukkan kompensasi yang akan dihitung pada semester II.