Penurunan Harga Avtur Dinilai Tak Berpengaruh Besar ke Tarif Tiket Pesawat

Kamis, 11 Juli 2024 - 16:48 WIB
loading...
Penurunan Harga Avtur...
Pengamat menyebutkan, penurunan harga avtur sebesar Rp1.581 dari salah satu komponen yang diusulkan komisi VII DPR tidak serta merta menurunkan harga tiket pesawat dalam jumlah signifikan. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Pengamat Transportasi dan logistik, Bambang Haryo Soekartono (BHS) menyebutkan, penurunan harga avtur sebesar Rp1.581 dari salah satu komponen yang diusulkan komisi VII DPR tidak serta merta menurunkan harga tiket pesawat dalam jumlah signifikan.



Dikatakan pria yang akrab disapa BHS ini, dalam komponen biaya pesawat itu, cost Avtur 30% dari total biaya yang ada. Yang besar itu adalah cost untuk keselamatan dan kenyamanan pengguna layanan pesawat.

"Avtur di Indonesia termasuk yang mempunyai harga menengah, untuk wilayah Asia Tenggara. Sebagai pertimbangan, harga Avtur itu sekitar Rp13.300. Walaupun memang di Malaysia dan Singapura, harga Avtur itu berkisar Rp8.000 hingga Rp9.000. Sedangkan di Thailand sekitar Rp15.000. Tapi bukan berarti pemerintah harus berkeras menurunkan harga Avtur. Karena, kalaupun harga Avtur turun, tidak serta merta harga tiket pesawat akan turun banyak," imbuh BHS.



Sebagai ilustrasi lanjut BHS, jika Avtur mengalami penurunan Rp1.500 seperti yang diusulkan Komisi VII DPR RI, maka berarti penurunan Avtur hanya sekitar 12% dari 30%. Berarti ada penurunan harga tiket sekitar 4% dari total harga tiket pesawat.

"Apabila harga tiket pesawat Surabaya ke Jakarta Rp1,3 juta, bila turun 4% itu hanya sekitar Rp52.000. Apa itu berpengaruh terhadap mahalnya harga tiket pesawat? Pengaruhnya tidak banyak. Apalagi pengguna pesawat itu kan golongan menengah ke atas. Turun Rp52.000 apa artinya bagi mereka?” tanya BHS.

Alumni ITS Surabaya ini menilai daripada mempertimbangkan penurunan harga Avtur, sebaiknya pemerintah menurunkan harga Solar atau Diesel. Hal itu lantaran dinilai akan lebih berdampak di perekonomian makro dan mikro secara luas dan jauh lebih besar.

"Karena dari semua moda transportasi, yang paling banyak penggunanya terutama logistik yang berdampak pada ekonomi itu adalah transportasi darat, karena sekitar 80% logistik kita menggunakan transportasi darat. Berikutnya diikuti dengan transportasi laut, yaitu 12% dan sisanya adalah kereta api serta penerbangan," bebernya.

"Jika harga BBM-nya transportasi darat dan laut serta kereta api yaitu diesel/solar diturunkan, tentu dampaknya terhadap ekonomi akan jauh lebih besar dan masyarakat secara luas akan diuntungkan. Terutama pengguna transportasi dan juga biaya logistik. Untuk sektor logistik, hal ini bisa memengaruhi harga produk industri yang ada di Indonesia sehingga daya beli masyarakat membaik,” ungkap BHS.

Anggota Dewan Pakar DPP Partai Gerindra ini kembali menyatakan, biaya terbesar dalam transportasi udara adalah jaminan risiko keselamatan dan standarisasi kenyamanan, yang memengaruhi harga tiket.

"Jangan sampai harga keselamatan ini ditawar. Kalau terjadi kecelakaan, karena tekanan untuk menurunkan harga tiket, yang dilakukan pengusaha transportasi udara dengan menurunkan cost keselamatan, siapa yang mau bertanggung jawab," ungkapnya lagi.

Lebih lanjut, BHS mengatakan, ada alternatif bagi masyarakat yang tidak mau menggunakan transportasi udara, yaitu angkutan laut dan angkutan darat.

"Alangkah baiknya jika pemerintah bisa mempertimbangkan harga BBM Solar atau Diesel yang diturunkan. Sejalan dengan meningkatkan kualitas transportasi darat dan laut. Jadi masyarakat bisa mendapat alternatif transportasi, karena tidak mau menggunakan pesawat, bisa menggunakan bus, kereta maupun kapal laut," ucapnya.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1569 seconds (0.1#10.140)