Kedua Kalinya dalam 17 Tahun, Bank Sentral Jepang Kerek Suku Bunga Acuan

Rabu, 31 Juli 2024 - 18:48 WIB
loading...
Kedua Kalinya dalam...
Bank sentral Jepang menaikkan suku bunga acuan untuk kedua kalinya dalam 17 tahun, sebagai upaya mencoba menormalkan kebijakan moneter pada ekonomi terbesar keempat di dunia. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Bank sentral Jepang menaikkan suku bunga acuan untuk kedua kalinya dalam 17 tahun, sebagai upaya mencoba menormalkan kebijakan moneter pada ekonomi terbesar keempat di dunia. Bank of Japan (BoJ) menaikkan suku bunga utamanya menjadi sekitar 0,25% dari kisaran sebelumnya 0% menjadi 0,1%.



Bank sentral juga menguraikan rencana untuk melonggarkan program pembelian obligasi besar-besaran dari langkah-langkah stimulus selama satu dekade. Keputusan ini diambil beberapa jam sebelum Federal Reserve AS akan mengumumkan keputusan suku bunga terbarunya, sedangkan Bank of England bakal merilis suku bunga terbaru pada hari Kamis.

"Kenaikan suku bunga secara luas sudah diperkirakan, usai media domestik melaporkan keputusan sebelumnya pada Selasa malam," kata Stefan Angrick, seorang ekonom senior di Moody's Analytics.

Keputusan ini dinilai bakal sulit, melihat data ekonomi yang buruk dan kurangnya inflasi yang didorong oleh permintaan. Baca Juga:Siap-siap! Tahun Depan Era Suku Bunga Mahal Akan Menerjang

Angka resmi menunjukkan ekonomi Jepang menyusut sebesar 2,9% secara tahunan pada Januari hingga Maret, sementara harga konsumen naik 2,6% lebih rendah dari perkiraan pada bulan Juni tahun sebelumnya.

"Meskipun belanja konsumen lamban, pejabat moneter mengirim sinyal dengan menaikkan suku bunga dan memungkinkan pengurangan neraca yang lebih bertahap," kata Kepala Ekonom Asia di HSBC, Frederic Neumann.

"Kecuali ada gangguan besar, BoJ berada di jalur untuk memperketat lebih lanjut, dengan kenaikan bunga lanjutan pada awal tahun depan," tambahnya.

Pada bulan Maret sebelumnya, BoJ menaikkan biaya pinjaman untuk pertama kalinya sejak 2007. Keputusan Jepang menandakan, bahwa tidak ada lagi negara di dunia yang tersisa dengan suku bunga negatif.

Pada 2016, BoJ memangkas suku bunga utamanya di bawah nol dalam upaya untuk merangsang ekonomi yang stagnan.
Ketika suku bunga negatif berlaku, orang harus membayar ketika menyetor uang di bank. Beberapa negara memakainya sebagai cara untuk mendorong orang agar membelanjakan uang mereka daripada memasukkannya ke bank.

Selama pandemi, bank sentral di seluruh dunia memangkas suku bunga untuk menangkal dampak negatif dari penutupan perbatasan dan penguncian (lockdown). Pada saat itu beberapa negara, termasuk Swiss dan Denmark, serta Bank Sentral Eropa, memperkenalkan suku bunga negatif.

Setelahnya bank sentral di seluruh dunia, seperti Federal Reserve AS dan Bank of England, telah menaikkan suku bunga untuk mengekang lonjakan harga.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1356 seconds (0.1#10.140)