Atasi Inflasi, OJK Optimis The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga 3 Kali Tahun Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve akan segera memangkas suku bunga acuan pada tahun ini. OJK membaca terdapat potensi Fed Funds Rate (FFR) akan dipotong 2 - 3 kali.
Proyeksi ini hadir seiring inflasi AS yang termoderasi secara luas, meskipun berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi.
“(Ada) ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga kebijakan Bank Sentral Amerika FFR sebanyak dua atau tiga kali di sisa tahun 2024 ini.” kata Ketua Dewa KomisionerOJKMahendraSiregar dalam konferensi pers RDK Bulanan, Senin (5/8/2024).
"Jika kita melihat inflasi bergerak turun,kurang lebih sesuai dengan ekspektasi, pertumbuhan juga tetap cukup kuat, dan pasar tenaga kerja tetap konsisten dengan kondisi saat ini, maka saya pikir pemotongan suku bunga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pertemuan September," katanya.
Mahendra melihat ketidakpastian global masih terjadi seiring tensi perang dagang dan krisis geopolitik, termasuk stimulus fiskal dan moneter dari Bank Sentral Tiongkok, hingga flukutasi harga komoditas.
“Oleh karena itu, lembaga jasa keuangan agar tetap mencermati faktor-faktor risiko tersebut secara berkala.” paparnya.
Proyeksi ini hadir seiring inflasi AS yang termoderasi secara luas, meskipun berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi.
“(Ada) ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga kebijakan Bank Sentral Amerika FFR sebanyak dua atau tiga kali di sisa tahun 2024 ini.” kata Ketua Dewa KomisionerOJKMahendraSiregar dalam konferensi pers RDK Bulanan, Senin (5/8/2024).
"Jika kita melihat inflasi bergerak turun,kurang lebih sesuai dengan ekspektasi, pertumbuhan juga tetap cukup kuat, dan pasar tenaga kerja tetap konsisten dengan kondisi saat ini, maka saya pikir pemotongan suku bunga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pertemuan September," katanya.
Mahendra melihat ketidakpastian global masih terjadi seiring tensi perang dagang dan krisis geopolitik, termasuk stimulus fiskal dan moneter dari Bank Sentral Tiongkok, hingga flukutasi harga komoditas.
“Oleh karena itu, lembaga jasa keuangan agar tetap mencermati faktor-faktor risiko tersebut secara berkala.” paparnya.
(fch)