500 Orang Terkaya di Dunia Kebakaran Jenggot Imbas Ambruknya Wall Street

Kamis, 08 Agustus 2024 - 19:46 WIB
loading...
500 Orang Terkaya di...
Ratusan orang terkaya di dunia kehilangan duitnya total USD134 miliar imbas ambruknya Wall Street atau bursa saham AS. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Ratusan orang terkaya di dunia kehilangan duitnya total USD134 miliar atau setara Rp2.121 triliun (Rp15,835 per USD) imbas ambruknya Wall Street atau bursa saham AS , sejak beberapa hari terakhir. Kekhawatiran resesi di AS menyebabkan aksi jual yang dipicu dari data ketenagakerjaan serta aktivitas manufaktur yang melemah.



Dihimpun dari The National News, Kamis (8/8/2024) miliarder yang paling menderita dari peristiwa ini adalah pendiri Amazon, Jeff Bezos. Ia dilaporkan telah kehilangan USD15 miliar atau setara Rp237 triliun dalam waktu yang sangat singkat.

Kerugian ini menjadi yang terburuk bagi Bezos untuk ketiga kalinya usai saham platform e-commerce terbesar di dunia jatih 8,8%. Selanjutnya disusul oleh pendiri Tesla dan SpaceX, Elon Musk yang kehilangan USD6,57 miliar (Rp100 triliun) karena saham perusahaan kendaraan listriknya itu turun lebih dari 4,2%.



Menurut Forbes, Bos Oracle, Larry Ellison kehilangan sekitar USD5 miliar karena saham perusahaannya bertahan 3% lebih rendah. Sementara salah satu pendiri Alphabet (induk Google) Sergey Brin dan kekayaan Larry Page masing-masing berkurang lebih dari USD3 miliar, usai saham perusahaan induk Google itu terjun bebas hingga 2,35%.

Masih dari miliarder teknologi lainnya, ada Bos Meta Platforms, Mark Zuckerberg yang menelan kerugian sekitar USD3 miliar karena saham Facebook turun hampir 2%. Pendiri Dell Technologies, Michael Dell juga kehilangan hampir USD3 miliar usai saham perusahaannya anjlok 5,7%.

Kepala eksekutif LVMH Bernard Arnault, mantan kepala eksekutif Microsoft, Bill Gates dan Steve Ballmer, serta chairman Berkshire Hathaway Warren Buffet, yang termasuk dalam 10 orang terkaya di dunia, secara kolektif kehilangan lebih dari USD7 miliar.

"Pasar keuangan global berada dalam keadaan cemas yang meningkat, dengan indeks utama mengalami penurunan sangat signifikan dan sentimen investor bergeser dengan cepat," kata Nigel Green, kepala eksekutif perusahaan penasihat keuangan deVere Group.

Laporan tersebut menyeret Nasdaq Composite yang padat teknologi turun 2,4%, membawa kerugiannya menjadi sekitar 10% sejak rekor penutupan pada 10 Juli, mengonfirmasi bahwa itu berada di wilayah koreksi. Indeks atau saham berada dalam koreksi ketika ditutup 10% atau sedikit membaik.

Sementara itu indeks S & P 500 turun 1,8% untuk menjadi yang terburuk dalam hampir dua tahun, dan telah kehilangan sekitar 6% sejak rekor penutupan terakhirnya. Dow Jones Industrial Average ikut turun lebih dari 1,5%.

Menambah parah kerugian para deretan orang terkaya di dunia ini yakni munculnya kekhawatiran atas kesehatan aktivitas manufaktur di seluruh Asia, Eropa, AS dan, khususnya, China sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia.

Laporan manufaktur AS pada hari Kamis menunjukkan aktivitas turun ke level terendah delapan bulan, memicu kekhawatiran Federal Reserve alias the Fed mungkin terlambat memangkas suku bunga. Bank sentral AS membiarkan suku bunga tidak berubah pada hari Rabu dan mengisyaratkan bahwa penurunan suku bunga yang diantisipasi secara luas baru akan dibahas pada bulan September.

Kekacauan pasar saham Wall Street terjadi setelah laporan pekerjaan AS yang lemah pada hari Jumat yang memperlihatkan perlambatan signifikan dalam perekrutan bulan lalu. Laporan bulan Juli menunjukkan bahwa kondisi ekonomi hanya menciptakan 114.000 pekerjaan baru bulan lalu.

Angka tersebut jauh di bawah estimasi analis sebesar 175.000 posisi baru. Pengangguran naik menjadi 4,3%, lebih buruk dari 4,1% yang diperkirakan oleh analis.

"Pergeseran di pasar global telah mendorong investor untuk mengevaluasi kembali strategi mereka sehubungan dengan rencana penurunan suku bunga Federal Reserve AS pada bulan September," kata Green.

"Dengan data manufaktur dan pekerjaan yang menandakan potensi tren resesi, ada kekhawatiran yang berkembang bahwa Fed mungkin sedikit tertinggal, terkait potensi memangkas suku bunga untuk mencegah perlambatan yang serius."
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1390 seconds (0.1#10.140)