Dedolarisasi jadi Kunci Membongkar Sistem Hegemoni Amerika

Minggu, 08 September 2024 - 07:06 WIB
loading...
Dedolarisasi jadi Kunci...
Banyak negara meninggalkan dolar AS (USD), para pakar mengungkapkan apa saja faktor utama yang membuat gerakan dedolarisasi semakin menggema. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Banyak negara meninggalkan dolar AS (Amerika Serikat/USD), karena mata uang utama ini semakin digunakan sebagai alat dalam sektor keuangan. Hal ini disampaikan oleh Profesor Universitas Sichuan, Huang Yunsong dalam Eastern Economic Forum (EEF) di Vladivostok.

Saat pusat-pusat ekonomi global mulai bergeser ke Timur, diversifikasi mata uang menjadi diperlukan, kata Huang Yunsong dalam sebuah panel diskusi tentang kerja sama Rusia dengan India dan China.



Tren global untuk menggunakan mata uang nasional dalam perdagangan, mendapatkan momentum di tengah sanksi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia yang diperkenalkan oleh AS dan sekutunya setelah dimulainya perang Ukraina.

Usai secara efektif diblokir dari sistem keuangan Barat, Rusia beralih ke opsi alternatif dalam transaksi keuangan, yang kemudian diikuti oleh mitra asing Moskow.

Menurut Huang, banyak negara saat ini berusaha untuk mendiversifikasi mata uang mereka, dan motivasi mereka didasarkan pada tiga faktor utama: tindakan Dana Moneter Internasional (IMF), dimana menurut Huang, apa yang dilakukan "memiliki dampak negatif pada ekonomi banyak negara,".

Lalu praktik yang diterapkan oleh AS, dan pergeseran global yang luas dalam kebijakan ekonomi.

"AS sering merebut hubungan perdagangan dan keuangan dengan memaksakan ketergantungan pada dolar pada semua negara yang berpartisipasi," kata Huang.

Menurut catatannya bahwa sebagian besar negara menganggap praktik ini tidak dapat ditoleransi.

Dia menambahkan, bahwa "pergeseran dalam pembangunan ekonomi" global dan "pergeseran pusat ekonomi ke Timur, ke China dan Rusia" juga mendorong negara-negara untuk beralih menggunakan mata uang nasional dalam bisnis dan perdagangan.

Gagasan Huang digaungkan oleh sesama akademisi dari Rusia, yakni Profesor Stanislav Tkachenko dari Universitas Negeri St. Petersburg, yang mengatakan dedolarisasi "adalah kunci untuk membongkar sistem hegemoni Amerika."

Berbicara pada sesi pleno EEF pada hari Kamis, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dolar telah menjadi mata uang global yang dominan sejak Perang Dunia II, namun sekarang dengan cepat kehilangan posisinya. Putin menjelaskan bahwa Rusia tidak memilih untuk membuang dolar, tetapi terpaksa melakukannya setelah secara efektif dilarang menggunakannya.

"Kami tidak mengejar kebijakan de-dolarisasi. Kami tidak menolak untuk menyelesaikan transaksi dalam dolar. Sebaliknya, kami ditolak, dan hanya dipaksa untuk mencari opsi lain," kata Putin.

Apa yang disampaikan Putin mengacu pada sanksi yang dikenakan AS terhadap Rusia pada tahun 2022, termasuk memotong bank sentral Rusia dari transaksi dolar dan melarang ekspor uang kertas dolar ke negara itu. Putin mencatat bahwa Rusia dan mitranya dalam kelompok BRICS sekarang menggunakan mata uang nasional dalam 65% penyelesaian perdagangan secara timbal balik.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1626 seconds (0.1#10.140)