Pasien IMF Mengerikan, Jokowi Sebut 85 Juta Pekerjaan Akan Hilang di 2025
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Jokowi meresmikan pembukaan Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XXII dan Seminar Nasional, Surakarta, pada hari ini Kamis (19/9/2024). Dalam sambutannya, Jokowi mengatakan bahwa saat ini dunia mengahadapi gejolak ketidakpastian dan tantangan yang tidak mudah.
"Dunia sekarang ini menghadapi gejolak ketidakpastian tantangan yang tidak mudah. Semua negara mengalami termasuk kita, bahkan negara maju kalau kita lihat sudah masuk, banyak yang masuk jurang resesi. Terakhir Inggris masuk ke jurang resesi. Terakhir 96 negara sudah menjadi pasien IMF, ini juga sebuah angka yang kalau menurut saya sangat mengerikan," kata Jokowi.
Baca Juga: Raksasa Otomotif Jerman VW Bakal PHK 15 Ribu Karyawan
Jokowi juga mengingatkan pada tahun 2030 Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Hal itu, katanya bisa menjadi kekuatan dan beban bagi Indonesia. Maka dari itu, kata Jokowi, pada saat bonus demokrasi tersebut dibutuhkan pembukaan lapangan kerja sebesar-besarnya.
"Ini tantangan paling besar yang akan melompatkan kita menjadi negara maju atau tidak. Sehingga sekali lagi bonus demografi ini membutuhkan pembukaan kesempatan kerja sebesar-besarnya," kata Jokowi.
Menurut Jokowi saat ini semua negara sedang mengalami beberapa tantangan yang sama. Tantangan pertama, yakni perlambatan ekonomi global.
"Kita tahu 2023 dari world bank ini global hanya tumbuh 2,7, kemudian 2024 ini diperkirakan hanya muncul 2,6 tahun depan dari World Bank muncul naik sedikit 2,7 tapi masih jauh yang diharapkan oleh semua negara Dan kita seperti yang disampaikan bapak ketua umum, bisa tumbuh di 5 kurang lebih 5,1, ini sebuah hal yang patut kita syukuri karena ekonomi global hanya tumbuh 2,6-2,7," jelasnya.
Tantangan kedua yakni peningkatan otomasi diberbagai sektor kerja. Menurutnya saat ini semua serba otomasi termasuk kemunculan otomasi analitik.
"Setiap hari muncul hal-hal baru. Dan kalau kita baca 2025 pekerjaan yang hilang itu ada 85 juta sebuah jumlah yang tidak kecil. Kita dituntut membuka lapangan kerja, justru di 2025 85 juta pkerjaan akan hilan, karena tadi adanya peningkatan otomasi diberbagai sektor," ungkapnya.
Baca Juga: Banyak Pekerja Tersapu Badai PHK, Pemerintah Perlu Bertindak Cepat
Tantangan lainnya yakni ekonomi serabutan atau paruh waktu. Menurutnya jika tidak bisa dikelola dengan baik makan akan menjadi sebuah tren dan perusahaan akan memilih pekerja independen.
"Perusahaan memilih pekerja freelancer, perusahaan memilih kontrak jangka pendek untuk mengurangi risiko ketidakpastian global yang sedang terjadi, ini trennya kita lhat menuju ke sana. Dan yang bekerja itu bisa bekerja di sini bisa bekerja di negara lain. Sehingga sekali lagi kesempatan kerja semakin sempit dan semakin berkurang," kata Jokowi.
"Oleh sebab itu, saya berharap dari ISEI tadi sudah menyampaikan kajiannya ada sebuah desain tapi desain taktis, rencana tapi rencana taktis, strategi tapi strategi taktis yang detail. Kalau ada ini kita harus belok kemana, kalau di cegat di sini kita harus menuju kemana itu hal-hal taktis seperti ini yang kita perlukan," tandasnya.
"Dunia sekarang ini menghadapi gejolak ketidakpastian tantangan yang tidak mudah. Semua negara mengalami termasuk kita, bahkan negara maju kalau kita lihat sudah masuk, banyak yang masuk jurang resesi. Terakhir Inggris masuk ke jurang resesi. Terakhir 96 negara sudah menjadi pasien IMF, ini juga sebuah angka yang kalau menurut saya sangat mengerikan," kata Jokowi.
Baca Juga: Raksasa Otomotif Jerman VW Bakal PHK 15 Ribu Karyawan
Jokowi juga mengingatkan pada tahun 2030 Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Hal itu, katanya bisa menjadi kekuatan dan beban bagi Indonesia. Maka dari itu, kata Jokowi, pada saat bonus demokrasi tersebut dibutuhkan pembukaan lapangan kerja sebesar-besarnya.
"Ini tantangan paling besar yang akan melompatkan kita menjadi negara maju atau tidak. Sehingga sekali lagi bonus demografi ini membutuhkan pembukaan kesempatan kerja sebesar-besarnya," kata Jokowi.
Menurut Jokowi saat ini semua negara sedang mengalami beberapa tantangan yang sama. Tantangan pertama, yakni perlambatan ekonomi global.
"Kita tahu 2023 dari world bank ini global hanya tumbuh 2,7, kemudian 2024 ini diperkirakan hanya muncul 2,6 tahun depan dari World Bank muncul naik sedikit 2,7 tapi masih jauh yang diharapkan oleh semua negara Dan kita seperti yang disampaikan bapak ketua umum, bisa tumbuh di 5 kurang lebih 5,1, ini sebuah hal yang patut kita syukuri karena ekonomi global hanya tumbuh 2,6-2,7," jelasnya.
Tantangan kedua yakni peningkatan otomasi diberbagai sektor kerja. Menurutnya saat ini semua serba otomasi termasuk kemunculan otomasi analitik.
"Setiap hari muncul hal-hal baru. Dan kalau kita baca 2025 pekerjaan yang hilang itu ada 85 juta sebuah jumlah yang tidak kecil. Kita dituntut membuka lapangan kerja, justru di 2025 85 juta pkerjaan akan hilan, karena tadi adanya peningkatan otomasi diberbagai sektor," ungkapnya.
Baca Juga: Banyak Pekerja Tersapu Badai PHK, Pemerintah Perlu Bertindak Cepat
Tantangan lainnya yakni ekonomi serabutan atau paruh waktu. Menurutnya jika tidak bisa dikelola dengan baik makan akan menjadi sebuah tren dan perusahaan akan memilih pekerja independen.
"Perusahaan memilih pekerja freelancer, perusahaan memilih kontrak jangka pendek untuk mengurangi risiko ketidakpastian global yang sedang terjadi, ini trennya kita lhat menuju ke sana. Dan yang bekerja itu bisa bekerja di sini bisa bekerja di negara lain. Sehingga sekali lagi kesempatan kerja semakin sempit dan semakin berkurang," kata Jokowi.
"Oleh sebab itu, saya berharap dari ISEI tadi sudah menyampaikan kajiannya ada sebuah desain tapi desain taktis, rencana tapi rencana taktis, strategi tapi strategi taktis yang detail. Kalau ada ini kita harus belok kemana, kalau di cegat di sini kita harus menuju kemana itu hal-hal taktis seperti ini yang kita perlukan," tandasnya.
(nng)